Saya pikir, karena pertempuran sudah dalam hitungan hari, baiknya yang dibutuhkan adalah kekompakan. Kesatuan taktik dan strategi. Maksudnya, biar tak ada penyesalan di kemudian hari. Sebab, pertarungan ini harus dimenangkan.
Sekali kalah, apa yang Mbak perjuangkan mungkin bakal membentur tembok lebih tebal lagi. Mengkritik ya sah saja. Tapi jangan sampai pihak sebelah justru yang bersorak gembira. Andai pun Mbak memang sudah kebelet ingin menyentil katakanlah partai nasionalis karena seperti kata Mbak malah mendukung perda syariah, mungkin bisa dengan cara yang tak menimbulkan kegaduhan. Apalagi saling sahut antar kawan sendiri.
Mumpung satu barisan koalisi, saya pikir masih bisa dicari cara mengkritik dengan tanpa kegaduhan yang boleh jadi berujung blunder. Karena bagaimana pun, pileg dan pilpres ini tak bisa dipisahkan. Saling terkait. Sekali saja kegaduhan, apalagi antar kawan sendiri, bakal cepat disambar oleh kubu lawan. Nuwun sewu Mbak, saya hanya khawatir, karena pertempuran ini sudah di depan mata.
Jangan sampai apa yang Mbak tabuh justru berbuah seperti yang tak diharapkan. Mengkritik ya boleh saja. Tapi, tak perlu dengan menyudutkan apalagi sampai menyalahkan partai lain, apalagi partai satu barisan koalisi.
Saya pikir, masih banyak cara yang lebih simpatik. Justru yang saya khawatirkan, ini justru jadi blunder yang akan menyerang Pak Jokowi. Kubu lawan dibuat senang, karena pesaingnya tak akur. Sementara mereka makin solid. Ini kan sama saja, merapuhkan benteng sendiri. Kalau benteng sendiri rapuh, lawan lebih gampang menyerang dan merangsek. Karena yang diserang, sibuk saling kritik antar kawan sendiri.
Terus terang Mbak, pada akhirnya ini yang menggayut di pikiran saya, Mbak ini ingin Pak Jokowi menang, atau hanya PSI saja yang menang? Nuwun sewu Mbak saya bertanya begini. Bagi saya yang awam, 'serangan' Mbak ke kawan koalisi sendiri di tengah pertempuran, bukan strategi perang yang cerdas.
Sekali lagi saya mohon maaf. Menyerang kawan sendiri di saat semua sedang angkat senjata, adalah strategi yang justru merugikan. Boleh jadi, ini strategi 'bunuh diri'. Karena pertahanan sendiri kocar kacir. Bukan oleh lawan, tapi oleh kawan sendiri.
Semoga kekhawatiran saya ini keliru. Mumpung masih tersisa beberapa hari sebelum babak final, baiknya semua satu barisan. Fokus memenangkan pertarungan bersejarah ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H