Namun saya tak akan membahasnya dari segi keuntungan finansial. Karena bagi saya yang hanya seorang guru, hasil ini sungguh luar biasa dan mesti disyukuri, meskipun bagi orang lain yang lebih ahli dalam berbisnis, usaha yang saya geluti ini belumlah seberapa.
Saya memandangnya dari sisi ekologi. Dengan apa yang saya lakukan, saya berharap ikut serta berkontribusi dalam menjaga kestabilan lingkungan, mencintai dunia pertanian, hingga berimbas pada keseimbangan energi yang dihasilkan dari proses alam di saat manusia mau menanam.
Prinsip saya, bisnis tanaman bukan hanya lahan untuk mencari laba berupa materi, namun dijadikan sarana untuk mengedukasi para pembeli, bahwa bertani adalah salah satu bagian dari ikhtiar menjaga ekosistem. Banyak di antara pembeli yang merupakan petani pemula. Pejabat, pengusaha properti, generasi muda yang mau coba-coba, dan ada pula PNS yang ingin bertani menjelas usia pensiun.
Kejujuran menjadi pondasi kami dalam menjalankan bisnis ini. Dengan menjaga kepercayaan dari pembeli, amanah seoptimal mungkin, saya pun menerapkan pelayanan purna jual dengan membimbing petani pemula. Saya yakinkan mereka, bahwa bertani adalah pekerjaan mulia dan berkah, karena ikut serta mendukung penguatan energi dan kelestarian lingkungan hidup.
Kali ini, saya pun tidak hanya berperan selaku makelar yang menjual. Namun sudah naik posisi ke level produsen. Dari sisi legalitas, istri saya berperan sebagai direktur CV dengan nama Rahayu Jaya Mandiri. Kami mengorganisir penyemaian benih dan bibit tanaman yang dilakukan oleh sanak famili Cikajang di Garut. Meski menggunakan pola manajemen jarak jauh, namun semuanya berjalan dengan lancar, karena sistem yang dibangun sudah kuat dan karyawan yang saya libatkan sudah ahli dalam bertani.
Sebagian kerabat petani yang ingin belajar marketing di dunia maya, saya edukasi pula mereka tidak hanya dari sisi teknis IT, namun berikut dengan edukasi manner, attitude dan cara komunikasi dengan calon pelanggan. Jujur saja, dalam hal ini profesi utama saya sebagai guru sangat membantu kelancaran ikhtiar ini.
Dari hasil bisnis ini, Alhamdulillah, kami mampu membeli sejumlah lahan baik di Garut, maupun di Kota Banjar, salah satunya berupa kebun pohon mahoni dan kelapa di pesisir pantai Pameungpeuk Garut, yang kini sudah sangat lebat, dan masyarakat di sana menamainya hutan lindung Punaga. Kebun seluas setengah hektare tersebut ikut serta menyuplai oksigen yang banyak untuk lingkungan di sana.
Kami pun menginvestasikan hasil usaha ini di bidang peternakan domba dan kambing, dengan tujuan, selain menghasilkan laba dari penjualan, juga mengambil manfaat dari kotoran ternak yang kami olah jadi pupuk organik, agar tanah yang kami olah tidak cepat tidak akibat terlalu banyak penggunaan pupuk berbahan kimia.
Saya pun ikut menyadarkan generasi muda di kampung halaman, serta kepada siswa siswi yang saya didik, bahwa menjadi petani bukanlah profesi yang memalukan.
Menjadi PNS jangan sampai dijadikan target satu-satunya anak muda dalam meraih penghasilan. Alhasil, banyak pemuda yang kini saya bimbing telah berhasil menjadi bos kopi, bos kayu, dan bos sayuran.