Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suhada Akah, 25 Rupiah

12 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 18 Februari 2024   18:20 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dulu aku ingin bercerita tentang kisah ini. Cerita tentang persahabatan di masa silam, yang takkan terlupakan sepanjang hidup. 

Tepatnya 35  tahun lalu, saat usiaku 8,5  tahun. Kala itu, aku harus pindah sekolah dari SDN 4 Cikajang Kabupaten Garut ke SDN 2 Ciporeat Ujungberung Bandung. Aku baru naik kelas 3 waktu itu.

Cerita ini bermula saat hancurnya bahtera rumah tangga yang dinakhodai bapakku akibat diterjang badai. Seluruh penumpang mesti tercerai berai. Termasuk diriku yang kala itu masih belum faham akan apa yang sedang terjadi.

Kakak perempuan keduaku yang waktu itu baru saja menikah, namun masih berkuliah di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (sekarang UIN), memboyongku dari Cikajang ke rumah kontrakannya di daerah Ciporeat Ujungberung Bandung.

SDN 2 Ciporeat Bandung terletak di pinggir jalan raya Ujungberung. Meski di pinggir jalan, namun sekolah terbilang asri karena banyak pepohonan dan bunga-bunga di sekillingnya. Hari pertama masuk sekolah, aku dihampiri salah seorang anak berkulit sawo matang. Tinggi namun agak kurus, bentuk wajahnya lonjong dan berambut lurus.

"Kenalkan namaku Suhada, tapi teman-teman di kampung memanggilku Akah," katanya ramah.

"Di mana rumah kamu, Akah?" tanyaku. Akah menjelaskan detail alamat rumahnya, yang ternyata tidak jauh dari kontrakan kakakku.

Setelah saling bertukar alamat, kami pun memutuskan untuk menjadi teman sebangku. Esoknya, saat berangkat ke sekolah, Akah menjemputku.

"Ayo murid baru, kita berangkat bareng," katanya sembari tersenyum. Aku heran, koq mau-maunya dia menjemputku, padahal dia harus mengambil jalan lurus dulu ke kontrakanku. Artinya, jarak rumahnya ke sekolah lebih dekat dibanding dia harus menjemputku terlebih dahulu.

"Kamu bawa bekal berapa?" tanya Akah sembari berjalan di sebelah kananku. "50 Rupiah, " jawabku singkat. Mendengar jawabanku, Akah merogoh saku celananya. "Aku bawa bekal 125 rupiah. Nih, yang 25 rupiahnya untuk kamu," katanya tanpa ragu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun