Hal menarik ketika saya mencoba menerapkan segitiga restitusi kepada siswa adalah berkaitan dengan karakter siswa. Ada siswa yang pendiam sehingga sulit sekali saya menggali solusi dari siswa tersebut. Ada siswa yang sulit sekali mengakui kesalahan, perlu usaha yang cukup besar untuk menimbulkan kesadaran atas kesalahan yang dia perbuat. Ada siswa yang mengakui salah dan tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri tapi dia enggan melakukannya walaupun sudah terbentuk keyakinan kelas, perlu waktu untuk dia berpikir dan beranjak untuk menyelesaikannya. Inti dari semuanya adalah kesabaran, konsistensi, dan kontinuitas.
Hal ini juga saya alami ketika ada seorang siswa yang menghubungi saya dimana siswa tersebut adalah siswa paling "bermasalah" ketika kelas 9. Siswa tersebut sekarang sudah duduk di bangku SMK kelas 10 dan baru lulus tahun ajaran ini. Dia mengatakan bahwa sekolah di SMP banyak merubah perilaku dia, dia merasa menjadi lebih baik dan akan lebih baik lagi. Ternyata pendekatan yang baik dampaknya tidak selalu instan tapi bisa jadi dampaknya terjadi di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H