Toleransi adalah kunci untuk membangun dunia yang lebih harmonis.
Harmoni dalam Keberagaman
Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh dinamika, keberagaman adalah fakta yang tidak dapat kita abaikan. Namun, bagaimana kita merespons keberagaman adalah sebuah pilihan. Ekskursi ke Pesantren Darul Falah, Bandung Barat, memberikan pelajaran hidup yang mendalam: bagaimana harmoni dan toleransi dapat menjadi jembatan untuk membangun persaudaraan sejati.Â
Dalam perjalanan ini, saya menemukan kebahagiaan sejati yang berasal dari hubungan yang harmonis dengan sesama, melampaui batas agama, budaya, dan keyakinan.
Dialog Antar Agama, Sebuah Langkah Awal
Ekskursi dimulai dengan seminar bertema "Embrace, Share, and Celebrate Our Faith". Seminar ini menghadirkan tiga pembicara yang memberikan perspektif unik dan penuh makna: Bhikkhu Kamsai Sumano Mahthera, seorang biksu Buddhis; Mateo Jubileo Singgih, pendiri Majus Berkarya; dan Inaya Wahid, seorang aktivis Muslim. Bhikkhu Kamsai membuka seminar dengan menyentuh tema kasih sayang universal.Â
Beliau menggambarkan bahwa cinta kasih tidak mengenal batas agama, suku, atau budaya. "Hati yang penuh kasih adalah tempat kedamaian sejati," ujarnya. Bapak Matteo melanjutkan dengan membahas pentingnya cinta kasih sebagai inti kehidupan manusia. Ia menekankan bahwa cinta kasih adalah jembatan untuk saling memahami dan bekerja sama.Â
Mbah Inaya, dengan penuh semangat, mengingatkan pentingnya merawat nilai toleransi. "Toleransi bukanlah beban, tetapi kekuatan," katanya, seraya mengajak kami untuk menjadikan keberagaman sebagai alasan untuk saling melengkapi. Seminar ini bukan hanya sekedar diskusi, tetapi sebuah ajakan untuk merenung.Â
Saya belajar bahwa pluralisme adalah anugerah, bukan hambatan. Dialog ini memberikan landasan yang kuat untuk memahami keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan.
Membangun Kepercayaan, Menemukan Kehangatan
Ketika tiba di Pesantren Darul Falah, saya sempat diliputi kekhawatiran. Pikiran saya dipenuhi oleh stereotip tentang Islam yang sering digambarkan ekstrem di media. Namun, kekhawatiran itu memudar ketika kepala sekolah Darul Falah memberikan pidato yang begitu menenangkan. Â Beliau menjelaskan bahwa "Darul Falah" berarti Tempat Kebahagiaan.Â
Menurutnya, kebahagiaan hanya dapat tercapai melalui hubungan yang harmonis: hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Beliau juga memperkenalkan konsep Ukhuwah Wathaniyah (persatuan dalam ikatan kebangsaan) dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan antarumat manusia). Dari pidato ini, saya merasakan energi positif yang begitu besar.Â
Saya mulai melihat pesantren ini bukan hanya sebagai tempat pendidikan agama, tetapi juga sebagai rumah bagi nilai-nilai universal tentang cinta, persaudaraan, dan persatuan. Â