"Gun, ternyata wanita yang aku lihat tempo hari bersama Julian itu sepupunya," jelasnya lewat telepon.
"Apa kubilang, 'kan," ucapku.
"Kemarin dia telepon aku untuk ngajak ketemuan. Kangen katanya. Besok malam, aku akan bertemu dengannya di kafe dekat-dekat sini, Gun," ungkapnya.
Sejujurnya aku merasa cemburu ketika ia bilang akan bertemu dengan Julian. Padahal, aku sudah merencanakan sesuatu untuknya. Namun, setelah mendengarnya aku mengurungkan niat itu. Kulihat ia sangat senang menanti pertemuan itu, aku hanya bisa tersenyum melihatnya senang. Entah sampai kapan aku menyembunyikan perasaan ini kepadanya. Mungkin tidak akan pernah. Semoga saja ada waktu untuk itu.
"Kira-kira aku pakai baju apa, ya?" tanya Maudy. "Aku ingin terlihat cantik di hadapannya."
"Pakai apa saja kamu tetap cantik," jawabku tersenyum.
"Itu menyindir atau apa, ya?"
"Aku tidak menyindir. Kamu memang cantik pakai baju apa saja. Percayalah pada dirimu."
Maudy menatap langit seolah ia sedang berpikir. "Kamu mau temaniku bersiap untuk pertemuanku dengan Julian?"
"Menemani ke mana?"
"Beli baju dan sebagainya. Aku ingin bersolek untuknya karena sudah lama tidak bertemu dengannya."