"Nggak apa-apa," ucapku berbohong. "Kita ke sana, yuk, biar bisa hadap-hadapan dengan narasumber. Biar lu juga bisa dapet angle yang pas, Kal."
Aku masih mencari-cari keberadaan Maudy hingga akhirnya sebelum dimulainya acara, ia dengan Reva pun datang. Awalnya ingin kuhampiri dia, tapi aku tidak bisa mundur ke belakang kembali. Â Beberapa jurnalis dari berbagai media telah berkerumun sehingga sulit untuk dapat ke belakang. Sepanjang acara berlangsung, sesekali diriku menoleh ke belakang untuk memastikan Maudy masih di sana. Haikal semakin curiga dengan gelagatku, ia terus-menerus bertanya kepadaku, meskipun aku tetap membisu untuk memberitahunya.
***
Acara yang berlangsung dua jam akhirnya usai, seusai merekam semua pers tadi, aku menelepon Maudy untuk menanyakan di manakah ia berada. "Kamu di mana?"
"Aku sudah di bawah, ini lagi menuju tempat makan yang ada di area Monas. Kita ketemu di sana saja, ya, nanti aku kasih tau letak persisnya di mana," jelasnya.
Setelah mendapat informasi, aku segera menuju tempat -- tanpa mengajak Haikal -- yang diberi tahu oleh Maudy. Aneka ayam bakar maupun ayam goreng menjadi lokasi pertemuan. Setelah menemukan tempatnya, aku segera menghampiri Maudy yang ternyata hanya sendirian, tidak bersama Reva.
"Hai!" sapaku.
"Guntur! Silakan duduk," balasnya. "Aku udah pesan minuman untukmu, kalo makanannya kamu pesan lagi biar sesuai sama yang kamu mau."
Aku duduk di depannya, berhadapan dengannya. Senyum manisnya terlukis indah di wajahnya, membuatku mabuk kepalang. Grogi menyerangku tiba-tiba, lidahku mendadak kaku, dan udara mendadak dingin. Ada apa dengan diriku, mengapa tiba-tiba seperti ini? Apa benar aku telah jatuh hati dengan wanita yang ada di hadapanku?
"Kenapa diam saja dari tadi?"
"Nggak apa-apa. Sudah sering makan di sini?"