Mohon tunggu...
Aksara Alderaan
Aksara Alderaan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Aksara Alderaan, seorang penulis fiksi yang sudah menulis beberapa karya, baik solo maupun antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Journalism Zone - Series 1

10 Juli 2024   16:34 Diperbarui: 11 Juli 2024   01:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku duduk di sudut kamar, memeriksa kembali tulisanku sebelum dikirim ke redaksi. Di luar kembali turun hujan yang begitu deras, sambaran petir seakan mendramatisasi keadaan. Notifikasi berbunyi, namun aku tidak mengenal pengirimnya. Kubalas pesannya, ternyata ia adalah Maudy, wanita yang kujumpa di halte kemarin sore.

"Kamu sedang meliput?" tulisnya.

"Nggak. Saya sedang memeriksa tulisan saja di rumah, sebelum dikirim ke redaksi," balasku. "Kalo kamu sedang apa?"

"Sedang mencari informasi mengenai acara besok di Perpustakaan Nasional," jawabnya.

"Kamu besok liputan ke sana juga? Saya akan liputan ke sana besok. Kita bisa berjumpa lagi."

"Wah, senang rasanya jika kita bertemu lagi. Boleh kita jadwalkan sehabis acara. Kamu tidak ada kepentingan, 'kan, seberes acara?" tanyanya lagi.

"Tentu saja tidak. Paling hanya merapikan tulisan saja, tapi itu gampang, 'lah, bisa diatur sembari ketemuan denganmu."

Hujan semakin deras, genangan air di jalanan terlihat dari jendela kamarku. Semoga saja tidak tergenang hingga menyebabkan banjir. Karena, hal tersebut bisa saja membatalkan pertemuanku dengan Maudy esok hari. Dirasa telah beres, kukirim tulisan yang kubuat ke redaksi dengan harapan tidak ada revisi agar aku bisa bersantai sebelum beranjak tidur. Kunyalakan musik kesukaanku melalui file pada laptopku. Lagu-lagunya bergantian berputar, beradu dengan derai hujan yang turun di luar.

Keesokan harinya langit hadir begitu cerah, begitu pun semangatku. Entah karena apa, diriku sangat bersemangat menjalani aktivitas hari ini. Setelah melakukan presensi di kantor, aku langsung meluncur ke Perpustakaan Nasional bersama rekanku, Haikal. Ia adalah juru kamera yang bisa dibilang 'kecemplung' ke dunia jurnalistik. Karena, latar pendidikannya jauh dari dunia ini, yakni Arsitektur. Namun, karena Haikal memiliki kemampuan dan pengalaman di bidang video-editing, akhirnya ia dapat bekerja di sini.

Sesampainya di lokasi, kutunjukkan kartu namaku kepada satpam agar dapat diarahkan ke tempat peliputan. Acara berlangsung di lantai 2, di sana sudah hadir pula jurnalis dari berbagai media. Namun, aku belum melihat adanya Maudy atau jurnalis dari Jurnalis Muda.

"Lu cari siapa sih? Kayaknya ada yang lu cari dari tadi, Tur!?" Haikal sangat keheranan melihat temannya melirik sana-sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun