Mohon tunggu...
Aksara Alderaan
Aksara Alderaan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Aksara Alderaan, seorang penulis fiksi yang sudah menulis beberapa karya, baik solo maupun antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hingga Peluit Panjang Berbunyi - Babak 2

1 Mei 2024   15:32 Diperbarui: 1 Mei 2024   16:32 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kiandra dan tim ofisial yang lain duduk bersama di bangku cadangan, mereka sudah membawa air dan perlengkapan pemain lainnya.

"Kasihan banget sih, Sa, harus mulai dari bangku cadangan. Liat, tuh, Nathan, dia jadi pemain utama lagi hari ini," ledek Kiandra kepadaku tanpa melihat diriku.

"Sepak bola adalah olahraga tim, bukan individu. Jadi, wajar aja ada pemain utama atau pemain cadangan. Gua nggak masalah mau mulai dari bangku cadangan sekali pun, yang penting tim ini meraih kemenangan. Lagian Nathan posisinya kiper, sedangkan gua berposisi sebagai penyerang yang banyak pemain di posisi itu," balasku sembari tersenyum. "btw, terima kasih kritik tadi, gua akan berlatih lebih giat lagi supaya di pertandingan berikutnya dipilih sejak awal."

Kiandra mengendus napasnya. Ia sangat kesal karena ledekannya tidak mempan kepadaku. Aku selalu menangkisnya dengan 'elegan', yang membuatnya tidak mampu berkata-kata lagi.

Tak berselang lama, Ezra harus ditarik keluar karena cedera yang menimpanya. Hal tersebut membuat diriku dimasukkan oleh Bang James. Strategi yang diberi olehnya berusaha kucerna agar dapat mengikuti instruksinya dengan baik. Aku ditaruh sebagai penyerang kanan. Posisi baru bagiku yang sebelumnya selalu ditempatkan sebagai penyerang tengah.

"Tugas lu bantu Bagas buat peluang. Saat Bagas cari ruang, lu masuk dengan pergerakan tanpa bola. Atau, saat Bagas dikawal lawan, lu yang akan menjelma sebagai penyerang bayangan," tuturnya kepadaku.

Wasit mengizinkanku masuk ke dalam lapangan. Strategi yang baru saja diberi Bang James langsung kubisikkan kepada Bagas agar juga mengerti dengan instruksi baru. Selanjutnya, pertandingan berlangsung sangat ketat, terjadi jual beli serangan dari masing-masing tim. Beruntung tim sekolahku mampu mengatasinya, bahkan berbalik menyerang melalui counter attack yang cepat. Alhasil, Bagas berhasil merobek gawang lawan lewat sundulannya setelah memanfaatkan umpan silang yang kuberi.

Di tengah pertandingan, stadion diguyur hujan deras. Wasit tetap melanjutkan permainan. Laju bola beberapa kali terhenti di tengah genangan, membuat para pemain harus berhati-hati untuk mengoper dari kaki ke kaki.

"Lapangan tergenang air membuat laju bola terhambat, kita harus hati-hati untuk memainkan umpan pendek. Coba sesekali mainkan umpan panjang ke depan, Bagas atau pun Mahesa harus selalu siap untuk mengejar bolanya agar tercipta peluang mencetak gol," terial Bang James di tengah guyuran hujan.

Kulihat pertandingan menyisakan sepuluh menit terakhir, artinya menit-menit rawan untuk kebobolan. Aku harus bisa menambah gol agar tim sekolahku bisa mengunci kemenangan. Kini, tim sekolahku memainkan umpan panjang agar bisa menciptakan peluang, meski hujan lebat. Aku berhasil memanfaatkan umpan tersebut setelah lolos dari perangkap offside, kugiring bola untuk berhadapan satu lawan satu dengan kiper lawan. Namun, setelah sedikit kugocek kiper lawan menekel kakiku sehingga berbuah tendangan penalti.

Bang James menyuruh Bagas mengambil penalti tersebut. Untung saja ia berhasil mengecoh kiper lawan dan kembali berhasil mencetak skor untuk tim. Hingga menit akhir, tim sekolahku kembali meraih kemenangan, kali ini dengan skor 2-0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun