Setelah setengah jam perjalanan akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Udara segar menyelimuti, suara air mengalir seakan menjadi melodi yang berdengung di telinga. Raya kembali memotret dengan kameranya, sementara aku dan Saga membantu membawa barang-barang mereka.
Untuk sampai titik air terjunnya, kami harus berjalan kaki sejauh 1 kilometer. Tentu akses jalannya tidak mudah karena harus menanjak di antara jalan setapak yang curam. Raya dan teman-teman memimpin di barisan depan, meskipun sebenarnya mereka tidak begitu tahu jalan menuju ke titik air terjunnya.
"Kalian beruntung karena saat ini air terjunnya tidak ramai pengunjung," kata Saga dengan napas terengah-engah.
"Kenapa emangnya, Bang?" tanya Yani heran.
"Karena sekarang bukan musim liburan," jawabku mengambil alih.
"Iya juga, ya," ucap Yani.
"Arghhh!" Raya tak mempedulikan obrolan yang sedang tercipta, ia  terlalu asyik dengan kameranya sehingga hampir terpeleset ke bawah derasnya arus sungai. Untung saja Saga menangkapnya dengan cepat.
Bukannya bersyukur Raya tidak terjatuh, aku seperti tak suka melihat adegan itu. Saga memeluknya erat dan sangat lama, sedangkan Raya luluh dengan kelugasannya.
"Terima kasih, Bang," ucap Raya diam tak berkutik.
"Sama-sama," kata Saga yang masih memeluknya.
"Cieeee....." Yani dan Tita meledeki Raya yang sehingga membuatku hangus oleh api kecemburuan.