Masa pengusiran orang Eropa dari Indonesia memang tidak banyak mendapat porsi untuk dibahas. Bahkan selama penulis sekolah tidak pernah diajarkan mengenai repatriasi orang Eropa ini. Kita tidak bisa menutup fakta bahwa dipaksa angkat kaki dari tanah kelahiran untuk menuju negeri yang bahkan tidak tahu menahu kondisinya seperti apa adalah sesuatu yang menyakitkan. Kebencian pribumi yang kadung membuncah pada ras kulit putih pasca kemerdekaan menjadikan orang-orang keturunan ini ikut terusir. Hal ini menjadi semacam supremasi pribumi, dimana kekuasaan mutlak kaum pribumi atas tanah Indonesia dimulai. Perusahaan, bangunan, dan segala macamnya dinasionalisasi dan di Indonesiakan. Seperti De Javasche Bank yang kemudian berubah menjadi Bank Indonesia, NV Deli Spoorweg-Maatschappij yang kemudian menjadi PT.Kereta Api Indonesia dan masih banyak yang lainnya.
Lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng sedikit bisa menggambarkan bagaimana situasi saat itu. Dimana orang-orang kulit putih itu harus tunduk pada kebijakan pribumi. Vandalisme dan kekerasan yang diterima orang Eropa totok dan Indo memaksa kebijakan pemulangan paksa itu dilaksanakan. Sebuah kebijakan untuk menghindari kerusuhan yang lebih parah.
Pada akhirnya, sebagian kisah itu menjadi sejarah yang juga harus diterima porsinya. Sejarah memang harus dipelajari dari segala sisi, tidak untuk diperdebatkan melainkan untuk menambah khazanah pengetahuan mengenai wawasan kebangsaan kita selaku rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H