Sementara wanita, yang dilihat pertama adalah harta, atau yang berhubungan dengan harta, yang melekat pada diri seorang pria. Lalu, yang tidak mampu menahan gejolaknya oleh harta yang menyatu dengan cinta, ia rela mempersembahkan kemaluannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Itu sebabnya mereka diperintahkan: "Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang beriman (yang laki-laki), hendaknya kamu (menahan dengan cara) menundukkan pandanganmu (terhadap apa yang membuat burungmu berdiri bukan pada tempatnya. Seperti melihat bokong yang megal-megol. Susu yang menyembul seperti pembuktian bahwa bumi itu bulat. Atau dengan menonton film-film yang tak senonoh untuk melampiaskan syahwat. Tapi terkadang ada pandangan yang tidak sengaja, maka yang pertama tidaklah dihukumi dosa). Serta (kalau yang ini harus dilakukan dengan totalitas dan tidak bisa ditawar-tawar. Tidak ada pula kata "tidak sengaja") jagalah kemaluanmu (dari melampiaskannya pada sesuatu yang tidak dibenarkan dalam agama dan Pancasila). Yang demikian itu lebih suci bagimu. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi atas apa yang kalian perbuat.
Dan (katakan juga) kepada orang-orang yang beriman (yang wanita), agar mereka meminimalisir padangannya (dari harta benda atau potensi kenyamanan hidup pada diri seorang pria) serta agar mereka menjaga (dengan totalitas) kemaluan mereka (dari mengumbarnya kepada siapa yang memberikan harta atau kenyamanan, kecuali dengan cara yang diperbolehkan oleh tuntunan agama), (Lihat Q.S. An-Nur: 30-31).
Rasulullah SAW bersabda:
أَلَا فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ
Artinya, “Ketahuilah, takutlah kalian pada harta, dan takutlah pada wanita,” (HR At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah).
Writer: Ali Ahmad Nawawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H