Mohon tunggu...
Ali Ahmad Nawawi
Ali Ahmad Nawawi Mohon Tunggu... Penulis - Kreator Digital

Stimulate your passion! anawawy.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Sering Kali Kita Temukan Bahayanya Wanita?

19 November 2023   19:19 Diperbarui: 19 November 2023   19:25 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita. Foto: unsplash.com

Dalam literatur-literatur agama, sering kita menemukan tentang betapa bahayanya wanita. Tapi hampir tidak pernah kita temukan bahayanya pria

Barseso, seorang ahli ibadah yang dalam 60 tahun usianya tidak pernah bermaksiat, yang semua santrinya bisa terbang seperti layang-layang, mampu berjalan di atas air laksana perahu kertas, tetapi ia tersandung dalam tragedi takdir suul khatimah  disebabkan selain karena minuman dan pembunuhan, ternyata karena terlibat juga dengan seorang wanita.

Seorang pendeta yang dalam setengah abad lebih usianya digunakan hanya untuk bertapa, tetapi hidupnya berakhir mengenaskan oleh pengeroyokan tiga pemuda bersaudara, sedangkan ia dalam keadaan bersujud pada Iblis. Pasalnya, kemarin malam saat ia sedang bertapa, seorang gadis penggembala domba menginap di pertapaannya. Di tengah-tengah bertapa, tersingkaplah rok sang wanita. Dan itu adalah pertama kalinya sang pendeta ngaceng karena syahwat. Setengah ragu, akhirnya burung itu pun tetap masuk ke dalam sangkar yang bukan haknya. Iblis mengabarkan itu kepada tiga saudaranya, sekaligus menawarkan pertolongan pada sang pendeta. Tetapi pendeta tersebut terbunuh dan Iblis mengkhianatinya.

Bahkan sejak manusia pertama, konon, ia terusir dari surga juga lantaran wanitanya. Dan kemudian putranya, membunuh saudara kandungnya sendiri karena berebut wanita. 

Di dalam Alquran juga disebutkan, di antara macam-macam syahwat yang disebutkan pertama adalah wanita. Dalam banyak Hadis juga kita diwanti-wanti agar menjauhi (aneka penyebab kedurhakaan yang disebabkan oleh) wanita.

Mengapa wanita?

Ya. Memang demikian adanya. Namun, banyaknya disebut potensi bahayanya, bukan berarti dia melulu tokoh antagonis dalam kisah, atau pemeran jahat dalam drama. Bukan sepenuhnya salah Hawa tatkala Adam ikut memakan buah dari pohon terlarang. Sama sekali bukan salah Ikrima saat Qabil mengepruk dengan batu kepala saudaranya. Bukan salah penjaga warung ketika Barseso kemudian memerkosanya. Bukan salah wanita penggembala domba ketika seorang pendeta mencuri keperawanannya. Itu semua lebih kepada salah prianya. Dan karena itu, agama mewanti-wanti agar para pria hati-hati kepada wanita.

Saat Qitfir menjumpai perselingkuhan Yusuf dengan Zulaikha, ia menuding istrinya dan berkata, "Sesungguhnya godaan kalian sangat agung, wahai para wanita."

فَلَمَّا رَاٰ قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ كَيْدِكُنَّۗ اِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ

Artinya: Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.” (Q.S. Yusuf: 28)

Allah memuji dan mengangkat tinggi derajat para pria yang mampu menahan diri dari syahwat pada wanita.

Sayyidina Yusuf as. diangkat menjadi seorang Nabi karena ia lari dari godaan Zulaikha, yakni, istri orang yang mencintai dan dicintainya.

Di antara tujuh golongan manusia yang diberikan payung kesejukan saat matahari berada sekilan di atas kepala adalah ketika seorang wanita cantik mengajak "aho-aho-aiwah-kedah-aiwah-kedah" (Min Bābil Ibāhiyyat al-'Mashriyyat) dan si pria berkata, "Innī Akhāfu Allah" (Sesungguhnya aku takut kepada Allah).

Ketika tiga orang terkurung, terpenjara dalam gua, terbuka guanya karena salah seorang di antara mereka bertawasul dengan amalnya. Kepada keponakannya sendiri ia jatuh cinta. Keponakannya sudah mau karena terpaksa, butuh uang, untuk berobat ayahnya. Burung sudah berdiri tegang di hadapan rerimbun belukar si wanita. Tapi pria itu lebih memilih meninggalkannya karena takut pada Tuhannya. "Jika saya melakukannya karena takut pada-Mu, bukakanlah jalan keluar dari gua ini." Gua itu pun terbuka.

Mengapa wanita? Mengapa bukan pria?

Karena pria itu tidak bahaya. Pria yang bahaya adalah pria yang memiliki sifat wanita, yang kepriaannya tidak sempurna, yang lebih menonjol perasaannya ketimbang logikanya. Atau, pria yang menjadi budak wanita, yang tunduk, patuh, serta yang selalu berdiri meringkuk di bawah ketiaknya.

Jangan duga para pencuri itu mencuri karena dirinya sendiri. Mereka mencuri untuk nafkah istri dan anaknya.

Koruptor berkorupsi itu bukan karena ia rakus terhadap harta. Jangan suudzon dulu. Mereka korupsi atas nama cinta. Cinta kepada istri. Istrinya sendiri. Istrinya tetangga. Istri dari adiknya. Istri dari kariawannya atau istri dari suami sekretarisnya.

Karena itu, selain kepada wanita, yang paling sering disebut-sebut agar dihindari keburukannya adalah harta. Sebab, pria itu mata perempuan, dan wanita itu mata duitan.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

Allah berfirman: "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik." (Q.S. Ali Imran: 14)

Ayat di atas seakan-akan berkata: Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, (sehingga banyak yang kemudian rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Yaitu) cinta terhadap apa yang diinginkan. (Kepada para pria) berupa perempuan-perempuan, (dan) anak-anak, (Sementara wanita terasa indah dengan) harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak (serta aneka perhiasan lainnya yang termasuk juga tas, sepatu, dan kutang), kuda pilihan (yakni kendaraan mewah), hewan ternak dan sawah ladang (atau juga rekening yang bertumpuk-tumpuk). Itulah kesenangan hidup di dunia, (yang sebenarnya boleh kamu turutin, selama masih berada dalam aturan Allah dan Rasul-Nya.) Dan (ingatlah, bahwa) di sisi Allahlah (yakni di akhirat nanti) tempat kembali yang baik. 

Biasanya, Allah menggunakan sighat taghlib dalam memerintahkan sesuatu. Yakni, cukup menggunakan kata ganti maskulin untuk memerintahkan pria maupun wanita. Tapi dalam perintah menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, Allah mengulangnya dua kali. Masing-masing mendapatkan perintahnya. Boleh jadi karena penyebabnya berbeda. Sebab, yang dilihat pria adalah keindahan wanita. Lalu, yang tidak kuasa menahan gejolaknya, ia akan melampiaskannya. Kepada wanitanya, kepada istrinya, kepada pacarnya, atau kepada imajinasi yang menyatu dengan sabunnya.

Sementara wanita, yang dilihat pertama adalah harta, atau yang berhubungan dengan harta, yang melekat pada diri seorang pria. Lalu, yang tidak mampu menahan gejolaknya oleh harta yang menyatu dengan cinta, ia rela mempersembahkan kemaluannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Itu sebabnya mereka diperintahkan: "Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang beriman (yang laki-laki), hendaknya kamu (menahan dengan cara) menundukkan pandanganmu (terhadap apa yang membuat burungmu berdiri bukan pada tempatnya. Seperti melihat bokong yang megal-megol. Susu yang menyembul seperti pembuktian bahwa bumi itu bulat. Atau dengan menonton film-film yang tak senonoh untuk melampiaskan syahwat. Tapi terkadang ada pandangan yang tidak sengaja, maka yang pertama tidaklah dihukumi dosa). Serta (kalau yang ini harus dilakukan dengan totalitas dan tidak bisa ditawar-tawar. Tidak ada pula kata "tidak sengaja") jagalah kemaluanmu (dari melampiaskannya pada sesuatu yang tidak dibenarkan dalam agama dan Pancasila). Yang demikian itu lebih suci bagimu. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi atas apa yang kalian perbuat.

Dan (katakan juga) kepada orang-orang yang beriman (yang wanita), agar mereka meminimalisir padangannya (dari harta benda atau potensi kenyamanan hidup pada diri seorang pria) serta agar mereka menjaga (dengan totalitas) kemaluan mereka (dari mengumbarnya kepada siapa yang memberikan harta atau kenyamanan, kecuali dengan cara yang diperbolehkan oleh tuntunan agama), (Lihat Q.S. An-Nur: 30-31).

Rasulullah SAW bersabda:

أَلَا فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ

Artinya, “Ketahuilah, takutlah kalian pada harta, dan takutlah pada wanita,” (HR At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah).

Writer: Ali Ahmad Nawawi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun