Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Drama "Waliraja - Rajawali" Sukses Dipentaskan di Taman Ismail Marzuki

18 Agustus 2022   06:06 Diperbarui: 18 Agustus 2022   06:17 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal sejatinya Bangsa Nusantara adalah Bangsa yang luhur peradaban, akhlak dan akal budinya bahkan dalam urusan perang pun ada tata kramanya ada aturannya. Demikian menurut Pak Rajek ( Eko Winardi ). 

Pemahaman ini sejalan dengan apa yang disampaikan KRT Manu J WidyaSeputra di Youtube caknun.com  tentang Budak Kolonial dan Laku Perang Nusantara, Silakan kita tonton dua video itu sebab menurut saya itu sangat penting agar kita memahami siapa sejatinya Bangsa Nusantara.

Tangisan Ibu Pertiwi menggetarkan alam langit dan didengar oleh Maulana Iradat ( Joko Kamto ) maka kemudian beliau mewanti -- wanti Ibu Pertiwi agar jangan patah arang dan semangat bahkan andai tangisan itu memenuhi alam semesta teruslah Istikomah. Jangan hilang iman dan pengharapan teruslah meminta kepada Tuhan.

Di alam dunia, Mas Mambang ( Fatah ) sedang menawarkan sesuatu kepada rakyat agar rakyat tumbuh kesadaran politiknya. Bahkan Mas Bambang berani melakukan politik transaksional ( suap ) ke rakyat. Ternyata itu agenda Partai Politik bernama "Rajawali". 

Di part dialog itu saya menemukan bahwa Bangsa Indonesia yang besar ini ternyata soal kepemimpinan harus dipaksa memilih segelintir orang saja. Padahal mestinya setiap orang berhak memilih siapa orang yang dipilihnya sehingga istilah "membeli kucing dalam karung" jangan sampai terjadi. 

Peran begawan, sesepuh, ulama, dan tetua juga hilang sehingga rakyat jalan sendiri-sendiri tanpa kontrol padahal justru peran sesepuh dan ulama sangat dibutuhkan untuk mencarikan sosok yang pantas untuk dipilih. 

Artinya para begawan, ulama dan tetua punya tanggungjawab mencarikan sosok. Disini akhirnya sosok pun dipilih bukan mencalonkan. 

Tetapi kenyataannya roda perpolitikan kita tidak didasari hal itu malah cenderung ke politik transaksional yang bermuara pada pemodal dan kekuasaan. Jika seperti ini, apa yang bisa kita harapkan ?

Lanjut ke dialog alam para Leluhur. Disana ada Eyang Sabdo ( Nevi Budianto ) dan Eyang Noyo ( Puji Widodo ) yang juga cemas akan masa depan rakyat Nusantara. 

Sirna Ilang Kertaning Bumi. Bangsa Nusantara kesengsem Bangsa Eropa dan Bangsa Arab. Tidak pede dengan jati diri bangsa. Merebaknya virus Dajjalisasi  ke fikiran manusia Nusantara. Dan puncaknya keberhasilan Wali Anom ( Margono ) yang berhasil mengIslamkan Prabu Brawijaya V hingga meluasnya Agama Islam ke seantero Nusantara. 

Karena hal ini pula Eyang Sabdo dan Eyang Noyo marah dan membuat sumpah  bahwa  kelak setelah 500 tahun dari runtuhnya Kerajaan Majapahit mereka akan datang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun