Selayak Thaha bagi Ummar, selayak adzan bagi Bilal, selayak filsafat bagi Plato, selayak syair bagi Syafi’i,  selayak mantra bagi Fir’aun, selayak do’a bagi Yunus dan Ibrahim, selayak salam dan shalawat bagi Rasulullah.
Selayak ayat, selayak adzan, selayak filsafat, selayak syair, selayak mantra, selayak do’a, selayak salam, selayak shalawat.
Selayak puisi, gerakan ini ingin mengusikmu. Tanpa paksaan, tanpa kekerasan. Di ruang terbuka, juga dalam sunyi. Berbahasa dalam isyarat, dalam getar, dan dalam nafas nafas yang dekat.
Rasakanlah, rasakanlah, rasakanlah!
Kau akan mengerti, tanpa kami harus mengatakan. Kau akan sadar, tanpa kami harus menyentuh. Kau akan faham, tanpa kami harus memaksa. Karena relungmu, adalah muaraku.
Dengan keluhuran intelektual yang dalam dan tinggi. Sungguh, kesungguhan akan hadir dalam hari harimu, bersamaku. Asalkan kau manusia atau menuju manusia.
Negerimu, negeriku, sama saja
Kau telah hadir, semoga kamipun demikian
Berharap yang ada, akan merasa
Lalu bersama yang ada, bersama yang merasa