Mohon tunggu...
JAKA PRADANA
JAKA PRADANA Mohon Tunggu... -

Seperti manusia pada umumnya. Kadang geje, narsis, lebay, so'-so'an. Kadang juga bijak, bersemangat. Kadang-kadang aja. Jangan berharap banyak :D Twitter : aajap visit : aajaka.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengigau karena Marmara

6 Desember 2010   01:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kondisi rakyat Palestina yang terpenjara dalam blokade Gaza, bukanlah berita baru bagi kita. Penyerangan tentara Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan, Marvi Marmara, juga merupakan informasi yang tersaji dalam sepekan ke belakang. Aksi kemanusiaan, solidaritas, dan keprihatinan pun sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak dan sudah menjadi headline di berbagai surat kabar. Tuntutan terhadap pemerintah, pencitraan, maupun pencerdasan masyarakat telah dilakukan dengan baik oleh sejumlah elemen masyarakat. Kebutuhan fisik, maupun fikir, sudah banyak terperhatikan dan harus tetap selalu diasup.

Namun gerak belum purna. Yang ada, belum sepenuhnya merasa. Belum sepenuhnya tergerak. Belum sepenuhnya berpeluh. Belum sepenuhnya berdaya. Belum sepenuhnya, sepenuhnya.

Merah Putih Masih di Sana

Garuda belum jua terbang

Menunggu tanah-air-mata?

Agar merah berpesta sejarah?

Lalu putih dalam sejati,

Mengabadi…

Mungkin, sukma belum seutuhnya hadir. Kerinduan, kedalaman dan ketinggian, masih dahaga. Isyarat yang syarat, masih sangat bersyarat. Nafas kehidupan yang melengkapi kesempurnaan dan kepurnaan masih setengah sesak.

Kita membutuhkan nafas yang mampu dirasakan. Kita membutuhkan getaran yang mampu dialirkan. Kita membutuhkan bahasa yang mampu mengungkapkan hal hal yang tak pernah diungkapkan. Kita membutuhkan nuansa yang terhadirkan di ruang ruang setiap manusia. Untuk memanusiakan manusia. Untuk mempurnakan keadaan dan keberadaan.

Untukmu yang ada, semoga merasa :

Selayak Thaha bagi Ummar, selayak adzan bagi Bilal, selayak filsafat bagi Plato, selayak syair bagi Syafi’i,  selayak mantra bagi Fir’aun, selayak do’a bagi Yunus dan Ibrahim, selayak salam dan shalawat bagi Rasulullah.

Selayak ayat, selayak adzan, selayak filsafat, selayak syair, selayak mantra, selayak do’a, selayak salam, selayak shalawat.

Selayak puisi, gerakan ini ingin mengusikmu. Tanpa paksaan, tanpa kekerasan. Di ruang terbuka, juga dalam sunyi. Berbahasa dalam isyarat, dalam getar, dan dalam nafas nafas yang dekat.

Rasakanlah, rasakanlah, rasakanlah!

Kau akan mengerti, tanpa kami harus mengatakan. Kau akan sadar, tanpa kami harus menyentuh. Kau akan faham, tanpa kami harus memaksa. Karena relungmu, adalah muaraku.

Dengan keluhuran intelektual yang dalam dan tinggi. Sungguh, kesungguhan akan hadir dalam hari harimu, bersamaku. Asalkan kau manusia atau menuju manusia.

Kepada Gaza, Kepada Marmara :

Negerimu, negeriku, sama saja

Kau telah hadir, semoga kamipun demikian

Berharap yang ada, akan merasa

Lalu bersama yang ada, bersama yang merasa

Bandung, 6 Juni 2010

Gerakan Sebait Cinta Untuk Palestina

aajaka.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun