Mohon tunggu...
AA Diah Indrayani
AA Diah Indrayani Mohon Tunggu... Dosen - write with love

beginner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Saraswati

30 Januari 2022   09:13 Diperbarui: 30 Januari 2022   09:41 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selain keterangan diatas, Dewi Saraswati itu juga dianggap sebagai pemelihara kitab-kitab Weda, seperti yang telah diterangkan didalam buku Calya Parwa, pasal 51, sebagai berikut :

Di pinggir sungai Saraswati, terdapat tujuh orang pendeta (sapta resi), yaitu Resi Gautama, Bharadwaja, Wicwamitra, Jamadagni, Wacistha, Kacyapa dan Atri. Pada musim kemarau, para resi itu semuanya beralih ke tempat lain, mencari tempat yang agak subur, untuk menyambung penghidupannya. Pada saat itu mereka lupa kepada isi-isi pustaka Weda semua.

Saraswata, yaitu putra Dewi Saraswati masih tinggal tekun menetap dipinggir sungai Saraswati. Iapun tidak takut beralih ketempat lain, karena sebelum tiba musim kemarau itu, ibunya (Saraswati) telah berjanji akan memberi sangu kepadanya. Misalnya ikan yang ada di aliran sungai itu, untuk dimakannya. Lama kelamaan, para resi yang meninggalkan tempat itu kembali lagi ketempat mereka semula di pinggir sungai Saraswati. Disana mereka memohon kepada Dewi Saraswati, supaya mereka disadarkan kembali kepada isi-isi weda yang dahulu pernah dipelajari.

            Mendengar permohonan para resi itu, maka Dewi Saraswati mengabulkan permohonan itu, asal saja mereka tetap menjadi siswanya. Para resi mengatakan, bahwa Dewi Saraswati itu usianya masih muda, jadi dianggap kurang patut orang-orang berguru padanya. Namun Dewi Saraswati menerangkan, bahwa seorang guru (nabe) tiada terletak kepada umur, kekayaan, kebangsawanannya, melainkan harus disoroti ialah orang yang sanggup melakukan dharma kepandaianya. Demikian penjelasan Dewi Saraswati itu, yang kemudian datanglah lagi enam puluh ribu orang menghadap Dewi Saraswati itu hendaklah berguru kepadanya.

            Dengan jalan demikian Dewi Saraswati itu dapat menghidupkan atau mengembangkan kitab-kitab wedanya. Didalam pustaka ceritra Aitereya Brahmana, jilid II, pasal 19, disana diceritakan belas kasihan Dewi Saraswati itu kepada seorang resi. Ceritanya adalah sebagai berikut :

            Tersebutlah seorang resi bernama Resi Kawasa, putra dari orang kebanyakan (wangsa Sudra). Pada suatu hari, Resi Kawasa itu hendak ikut menghantarkan suatu sesajen. Tetapi ia dilarang oleh seorang pendeta wangsa Brahmana, bahkan ia harus di internir ke Gurun Pasir hendaknya supaya mati. Setelah ia tiba di Gurun Pasir, kemudian datanglah Dewi Saraswati dengan sangat berbelas kasihan kepada resi yang malang itu oleh karena itu dia pun diberi pelajaran-pelajaran stuti (stotra). Setelah Resi Kawasa itu sangat pandai menghapalkan stotra-stotra maka ia pun kembali ketempatnya semula, serta disana ia menerangkan kepada sesamanya, bahwa ia sendiri sudah lulus dari ajaran-ajaran Dewi Saraswati. Akhirnya Resi Kawasa itu barulah diakui oleh sesamanya disana.

            Lain dari pada sikap Dewi Saraswati berbelas kasihan seperti keterangan-keterangan diatas ini, Dewi Saraswati suka mengampuni orang-orang yang berdosa karena kekeliruan, seperti yang tercantum didalam kitab Manawa Dharma Sastra, jilid XI, sloka 78. Didalam buku ini diterangkan, kalau ada seorang yang bukan wangsa brahmana membunuh seorang brahmana, apabila ia hendak memohon ampun, ia harus melakukan "Tirtagama" (membersihkan diri) dialiran sungai Saraswati dari hilir ke udik, seraya membawa sajian yang bernama "hawisya". Untuk makan selama ia melakukan tugas itu, harus ia memakan bekas-bekas (surudan, lungsuran) dari sesajen itu. Didalam buku ini juga jilid:VIII, sloka 105, dimana tercantum juga, sloka yang isinya untuk permohonan ampun dari seseorang yang menjadi saksi bohong. Untuk membersihkan dosa itu, maka ia harus memohon ampun kepada Dewi Saraswati, serta membawa sesajen yang disebut : Caru (kurban), serta dihantarkan dengan sloka yang berbunyi :

"Wagdaiwatya Icca carubhir,

Yaheram ste saraswatim,

Anretasyainasas tasya, 

Kurwana niskrtim param"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun