"Itu mudah, cukup tunjukkan siapa pembunuhku, beres."
"Huh? Yang benar saja, aku bukan detektif." Aku hanya bisa melihat hantu, aku tidak bisa melihat masa lalu seseorang, bagaimana mungkin aku bisa menemukan pembunuh Natia?
"Tenang, aku sudah tau siapa pembunuhnya, namun aku sudah mati, tidak ada cara lain. Aku kasihan dengan korban fitnah dari guru itu."
"Apa? Guru?" tanyaku terheran. Seorang guru telah membunuh muridnya, dan mungkin dia masih berkeliaran di lingkungan sekolah, ini menakutkan.
"Ya, guru."
"Baiklah, aku bisa membantumu."
BRAK
Suara pintu yang didobrak, kami saling memandang. Seorang lelaki dengan tubuh tinggi, rambutnya hitam sedikit kemerahan, parasnya rupawan, sulit dibayangkan jika ada lelaki setampan ini di sekolahku.
"Maaf menguping, tapi kau sedang mengobrol dengan Kak Natia, ya?" tanya lelaki itu. Siapa sih dia? Kenapa dia bisa tau aku sedang mengobrol dengan Natia?
"Oh ya, namaku Bagas, adik kandung Kak Natia." Tangannya terulur padaku, sepertinya memang adik dari Natia, karena perilaku mereka sama.
"Ya, dia adikku, mungkin dia bisa membantu juga," tegas Natia.