Sekolah telah usai, semua siswa berbondong-bondong keluar kelas. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi lantai tiga. Senandung kecil kunyanyikan, temani perjalanan yang sunyi ini. Aku jarang berada di lantai tiga, dapat kulihat furnitur tua menghiasi lorong lantai tiga, lantainya sedikit berdebu, baunya lembab, mungkin karena tempat ini memang jarang dikunjungi.
Aku telah sampai di depan pintu kamar mandi yang sudah usang, sebagian dari pintunya sudah habis dimakan rayap, dengan perlahan kubuka pintu yang mengeluarkan suara decitan nyaring. Kulihat sekeliling, fyuh, aman.
"Katanya tempat ini angker, tetapi aku tak melihat satupun hantu yang bergentayangan?" gumamku.
"Itu karena aku penguasa kamar mandi ini."
Demi Tuhan! Bisakah Natia muncul tanpa membuat terkejut?
"Natia! Lain kali beri aku tanda kalau kamu akan muncul."
"Lah? Sudah kok, bau melatinya ga kecium ya?"
Bau melati ya, pantas saja dari tadi baunya semerbak sekali padahal tidak ada wujudnya, ternyata tanda dari Natia, tetapi tetap saja kaget jika dia selalu muncul tiba-tiba.
"Ya ya ya, terserah."
Natia terlihat bersedekap dada, "Bagaimana? Kau siap membantuku kan?"
"Iya, aku akan membantumu, bagaimana cara agar aku bisa membalasmu tadi pagi huh?"