Goffman membagi panggung depan menjadi dua bagian, yaitu setting dan personal front. Yang dimaksud Setting adalah situasi fisik yang harus ada ketika aktor melakukan pertunjukan. Sedangkan personal front merupakan bahasa verbal dan bahasa tubuh sang aktor. Dalam Instagram, setting berupa fitur untuk mengunggah sesuatu, seperti foto dan video. Sementara itu, foto atau video yang diunggah beserta dengan sebuah caption menjadi personal front seseorang. Lalu panggung belakang merupakan kenyataan yang disembunyikan dari pandangan publik. Di Instagram, jika keberadaan panggung depan para penggunanya akan menampilkan diri sesuai dengan tren atau yang diinginkan oleh orang lain agar dia mendapatkan pengakuan, maka di panggung belakang penggunanya akan menampilkan dirinya yang asli yang disembunyikannya, agar tidak dihujat atau diberi label negatif oleh orang lain.
Misalnya, di Instagram bisa menjadi tempat untuk memamerkan harta kekayaannya, lalu hal tersebut menjadi sebuah tren. Sehingga ada seseorang yang terlalu memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup hedon tersebut. Kemudian setelah berhasil, maka orang tersebut akan mempresentasikannya melalui postingan foto atau video di Instagram sebagai panggung depan, agar bisa mendapatkan kesan baik dari pengguna lainnya. Sedangkan panggung belakangnya orang tersebut sebenarnya tidak menyanggupi jika harus mengikuti tren tersebut, jadi dia untuk menciptakan panggung depannya itu dia melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan cara memberi barang-barang branded, namun itu semua adalah barang palsu. Bahkan bisa juga orang tersebut melakukan perbuatan yang buruk agar bisa mendapatkan keuntungan untuk memenuhi gaya hidupnya tersebut. Dengan sering seorang remaja pamer di Instagram, hal tersebut dapat menumbuhkan sifat arogan dan sombong.Â
Pengaruh Instagram Terhadap RemajaÂ
Instagram diciptakan memang untuk mempermudah kehidupan manusia, khususnya dalam mencari informasi serta untuk berkomunikasi. Namun jika pengguna Instagram tidak menggunakannya dengan bijak, hal itu akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap penggunanya tersebut. Apalagi jika remaja yang menggunakan media sosial Instagram. Para remaja memiliki emosi yang labil, maka akan berbahaya terhadap perkembangan mental dan perilaku mereka. Melalui tulisan ini, penulis akan menguraikan pengaruh positif maupun negatif dari Instagram, terutama pengaruh Instagram terhadap eksistensi diri remaja.
Yang pertama akan membahas mengenai pengaruh positif dari Instagram terhadap eksistensi diri remaja, yaitu Instagram yang merupakan aplikasi yang bisa membuat para remaja bisa memberikan informasi pribadi berupa foto dan video, lalu di Instagram juga memiliki fitur like dan komen. Jadi orang lain bisa menekan tanda like atau membuat komentar di salah satu postingan yang diunggah. Dari situlah remaja bisa menjadi eksis, dengan begitu juga bisa menambahkan rasa percaya dalam diri remaja. Instagram juga memudahkan penggunanya mendapatkan informasi terbaru seperti informasi tentang hiburan, pengetahuan umum, gaya hidup masa kini, update berita terkini. Lalu dengan Instagram para remaja juga bisa mengekspresikan diri sekaligus bisa menghasilkan keuntungan, yakni dengan membuat online shop atau toko produk online. Sekarang banyak juga remaja yang membuka usaha-usaha kecil dengan menjual berbagai karya buatannya. Dan Instagram tentunya bisa menjadi tempat untuk para remaja untuk bersosialisasi agar bisa saling menjalin pertemanan antara satu sama lain. Apalagi jika seseorang mendapat banyak perhatian dan dia menjadi sangat eksis di Instagram. Maka kesempatan ia untuk diterima di lingkaran pertemanan baru lebih besar, karena orang-orang menganggap ia keren, eksis, dan gaul.
Selain pengaruh positif, Instagram juga bisa memberikan pengaruh negatif terhadap eksistensi remaja. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Instagram menjadi panggung depan untuk para remaja memainkan sebuah peran dengan membuat citra agar ia bisa eksis di Instagram. Lalu menyembunyikan jati dirinya yang asli di panggung belakang. Ditambah jika remaja mengkonsumsi informasi yang kurang tepat ditakutkan akan berdampak pada keeksistensian para remaja yang berlebihan seperti suka memamerkan barang atau kekayaan. Fenomena memamerkan kekayaan di Instagram sudah menjadi hal yang biasa, tuntutan gaya hidup hedon membuat orang-orang berlomba-lomba memamerkan kekayaannya atau yang biasanya disebut dengan flexing. Memang tidak ada yang salah untuk bisa tampil eksis dengan memamerkan harta kekayaannya. Namun perlu diingat jika memang ingin membeli barang-barang branded tersebut, harus menggunakan uang yang didapatkan dengan cara yang positif, misalnya membuka usaha kecil dengan menjual karya buatan sendiri bisa kerajinan tangan atau membuat produk makanan di Instagram. Jangan karena ingin membeli barang-barang branded tersebut, sampai melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan uang. Sebab ada juga berbagai kasus para remaja yang rela mencuri demi memenuhi gaya hidupnya. Â Â
Kemudian masalah lain jika terlalu suka memamerkan harta kekayaannya melalui postingan di Instagram, lalu postingan tersebut menjadi viral, orang-orang akan mulai memberikan penilaian yang buruk. Karena mereka menganggap orang yang suka flexing memiliki sifat yang arogan dan sombong. Media sosial termasuk Instagram di zaman sekarang ini sering digunakan untuk menilai orang lain sesuka hatinya, bahkan kepada orang yang tidak dikenal. Hal tersebut disebabkan karena media sosial sekarang memudahkan seseorang tampil dengan identitas palsu, sehingga mereka bisa bebas memberikan penilaian berupa komentar-komentar negatif ke orang lain, tanpa perlu mempertanggung jawabkannya. Jika para remaja memiliki sikap seperti itu, tentunya akan bahaya untuk pertumbuhan psikisnya. Remaja tersebut akan berkembang menjadi orang yang tidak tanggung jawab, suka berpikiran negatif ke orang lain, bahkan sampai menimbulkan perilaku bullying. Dan jika bagi remaja yang di bully akan membuat mereka menjadi depresi.
Lalu dengan adanya Instagram selain bisa menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengekspresikan dirinya. Instagram juga bisa membuat seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah dengan penampilannya sehingga cenderung meniru apa yang ada di Instagram, padahal belum tentu apa yang ditampilkan di media sosial merupakan dirinya yang asli bisa saja itu hanya panggung depannya saja. Maka dari itu lebih baik menjadi diri sendiri dan percaya pada diri sendiri, tanpa perlu menirukan orang lain. Pengaruh negatif lainnya adalah jika tidak diawasi dengan baik dalam penggunaan Instagram, hal tersebut juga mengakibatkan terganggunya waktu para remaja dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dan berkurangnya waktu belajar, karena terlalu sering menggunakan Instagram untuk bisa tetap eksis. Maka diharapkan para remaja bisa mengontrol dirinya dan membagi waktunya bermain Instagram.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya Instagram sebagai media sosial digunakan untuk berkomunikasi serta mencari dan membagikan informasi melalui postingan berupa foto dan video yang biasanya juga ditambah dengan caption ke Instagram. Remaja sebagai pengguna paling aktif Instagram, mereka sering menghabiskan waktunya untuk bermain Instagram. Remaja yang memiliki emosi yang labil, lalu hanya memikirkan kesenangan dan kepuasannya, salah satu cara para remaja untuk merasa puas adalah mereka berusaha untuk membuat sebuah citra agar mereka bisa tampil eksis. Jadi para remaja menggunakan Instagram sebagai media mengekspresikan diri untuk menunjukkan eksistensi diri. Namun, perlu diingat terkadang apa yang terlihat di media sosial justru kebalikan dari kenyataan yang ada.
Instagram sebagai panggung depan untuk menunjukkan peran yang remaja ciptakan sesuai dengan citra yang diinginkan. Yakni dengan mengunggah berbagai rutinitas ke Instagram dalam bentuk foto, video, maupun caption. Mereka biasanya mengunggah seperti apa gaya hidupnya, yang bertujuan untuk mendapatkan like dan komen, sehingga mereka puas karena berhasil tampil eksis di Instagram. Namun di panggung belakang merupakan kebalikan dari panggung depan. Di panggung belakang ini menunjukkan identitas asli dari para remaja yang tidak ditunjukkan di Instagram.Â