Mohon tunggu...
Triandini Aulia R
Triandini Aulia R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Instagram Terhadap Eksistensi Diri Remaja di Era Digital

23 Oktober 2022   03:28 Diperbarui: 19 November 2022   12:21 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ABSTRAK

Di era digital saat ini kemajuan teknologi semakin pesat perkembangannya, salah satunya yakni teknologi informasi. Lahirnya media sosial menjadi salah satu bukti perkembangan teknologi informasi. Media sosial kini semakin mudah diakses, sehingga para pengguna media sosial semakin sering menghabiskan waktunya untuk bermain media sosial. Salah satu media sosial yang paling populer adalah Instagram. Media sosial Instagram membawa pengaruh bagi pengguna media sosial tersebut, khususnya para remaja masa kini, yang sering menggunakan Instagram sebagai media untuk mengekspresikan dirinya lebih bebas agar mendapatkan eksistensi, dengan cara mengunggah foto atau video yang ditambah dengan caption di Instagram. Namun perlu diingat bahwasannya media sosial Instagram sebagai wadah ekspresi untuk menunjukkan eksistensi diri tersebut, dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap remaja, khususnya mempengaruhi mental dan perilaku remaja. Maka dari itu tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk melihat apa pengaruh Instagram pada remaja sebagai media eksistensi diri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dramaturgi menurut Erving Goffman, yang mana terdapat panggung depan dan panggung belakang bagi manusia untuk memainkan perannya di atas panggung, yang berkaitan dengan eksistensi diri para remaja.

Kata Kunci: Instagram, Remaja, Eksistensi Diri, Dramaturgi, Erving Goffman.

PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi di era sekarang ini sudah sangat berkembang, termasuk teknologi informasi, yang semakin bertambah canggih. Hal tersebut membuat manusia semakin mudah untuk berkomunikasi, mengakses, serta menyebarkan sebuah informasi. Dari perkembangan teknologi tersebut terciptalah media sosial yang berguna sebagai alat untuk mendapatkan sebuah informasi dengan begitu mudah. Serta sebagai alat komunikasi, yang membuat manusia dapat berkomunikasi tanpa dihalangi oleh jarak, ruang, dan waktu. Oleh karena itu yang membuat manusia tidak bisa lepas dari media sosial, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain media sosial.

Dari berbagai media sosial yang ada, salah satu media sosial yang sangat diminati oleh berbagai kalangan, dari anak kecil, remaja, sampai orang tua yaitu Instagram. Instagram merupakan media sosial yang dibuat dan dikembangkan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang pertama kali diluncurkan pada Oktober 2010. Instagram yang dibuat sebagai media yang memfasilitasi penampilan konten-konten berupa foto dan video ini memegang posisi keempat setelah Youtube, Facebook, dan WhatsApp sebagai media sosial yang sering dikunjungi oleh pengguna internet terutama para pengguna usia muda (Wibisono 2020). Menurut data Business of Apps, pengguna Instagram secara global mencapai 1,96 miliar orang pada tahun 2021. Pengguna Instagram terbanyak berada di wilayah Asia Pasifik, yakni mencapai 893 juta orang pada 2021 (Rizaty 2022). Laporan Napoleon Cat menunjukkan, ada 91,01 juta pengguna Instagram di Indonesia pada tahun 2021. Jumlah ini turun 7,18% dibandingkan Agustus 2021 yang mencapai 98,06 juta pengguna. Tercatat, mayoritas pengguna Instagram di Indonesia adalah dari kelompok usia 18-24 tahun, yakni sebanyak 33,90 juta. Rinciannya, sebanyak 19,8% pengguna aplikasi tersebut adalah perempuan, sedangkan 17,5% merupakan laki-laki (Annur 2021).

Dari data di atas bisa dilihat bahwasannya mayoritas pengguna Instagram di Indonesia berusia 18-24 tahun, hal tersebut menunjukkan bahwa kalangan remaja merupakan pengguna utama dari media sosial Instagram. Remaja merupakan masa dimana seseorang sedang dalam pencarian jati dirinya. Lalu dengan adanya Instagram para remaja menggunakannya sebagai media untuk mengekspresikan diri, yakni dengan mengunggah foto atau video yang dilengkapi dengan caption. Apalagi pada masa remaja tersebut mereka dalam kondisi yang mana emosinya masih labil, sehingga mereka memiliki keinginan untuk bisa tampil eksis di publik dengan membuat sebuah citra agar mendapatkan pengakuan dan perhatian dari lingkungannya. Maka dari itu Instagram juga digunakan para remaja sebagai media eksistensi diri. Untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, para remaja biasanya membagikan kegiatan atau rutinitas dengan mengunggah sebuah konten berupa video atau foto ke Instagram.

Maka dari itu remaja tidak bisa lepas dari Instagram, kebanyakan waktu mereka dihabiskan untuk bermain Instagram, dibandingkan untuk berkumpul bersama dengan keluarganya, belajar, maupun bersosialisasi dengan teman-temannya. Mencari jati diri, agar terlihat eksis dan menjadi pusat perhatian merupakan salah satu alasan bagi remaja untuk menghabiskan waktunya bermain Instagram. Hal tersebut tidak bisa lepas karena pada masa remaja, pikiran seseorang belum matang mereka cenderung mencari kepuasan dan kesenangan. Dengan mereka terlihat eksis, para remaja tersebut akan merasa puas dan senang, serta mendapatkan kebanggaan pada diri sendiri sebab menjadi pusat perhatian.

Dari fenomena tersebut bisa dikaitkan dengan salah satu teori sosiologi, yakni teori Dramaturgi dari Erving Goffman.yang mana Instagram digunakan remaja sebagai media untuk eksistensi diri, namun perlu diingat terkadang yang dilihat di Instagram tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi jika dikaitkan dengan teori dramaturgi adalah segala sesuatu yang ingin remaja perlihatkan di depan publik melalui konten-konten yang mereka posting untuk membuat citra yang diinginkan merupakan bentuk dari panggung depan. Sedangkan panggung belakangnya merupakan tempat dimana para remaja tersebut menyembunyikan kenyataan atau citra asli mereka. Berdasarkan gambaran dari latar belakang diatas, maka penulis memutuskan untuk membuat tulisan ini dengan judul "Pengaruh Instagram Terhadap Eksistensi Diri Remaja di Era Digital".

PEMBAHASAN (TEMUAN DAN ANALISIS) 

Instagram Sebagai Media Sosial

Media Sosial menurut Van Dijk adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial sehingga media sosial didefinisikan sebagai medium internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain (Nasrullah 2017). Oleh sebab itu media sosial sangat mempermudah manusia dalam berkomunikasi tanpa dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Contoh media sosial yang digunakan untuk berkomunikasi, antara lain yaitu WhatsApp dan Line. Namun selain berguna untuk berkomunikasi dengan orang lain, media sosial juga digunakan untuk penggunanya agar bisa mengekspresikan dirinya melalui video atau foto yang diunggah ke media sosial, contohnya yaitu Instagram. Melalui Instagram seseorang dapat mengunggah sebuah konten berupa video, foto, atau caption yang dapat dilihat serta direspon oleh pengguna Instagram yang lain, dengan memberikan like atau komentar pada konten yang diunggah ke Instagram.

Instagram adalah media sosial yang lahir dari sebuah perusahaan yaitu Burbn, Inc. Perusahaan itu berdiri pada 6 Oktober 2010 dan didirikan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger. Instagram berasal dari kata instan dan telegram. Kata instan atau insta adalah kata dari sebuah kamera polaroid yang sangat terkenal pada zaman dahulu. Kamera itu juga dinamai dengan kamera instan. Adapun kata telegram merujuk pada sebuah alat yang bekerja untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat (Fanani 2022). Jadi Instagram adalah media sosial yang digunakan untuk mengunggah rutinitas penggunanya melalui foto atau bisa juga melalui video serta untuk membagikan sebuah informasi ke publik. Selain itu Instagram juga memiliki beberapa fitur selain mengunggah foto, yaitu ada fitur Instagram story, reels, followers dan following, serta para pengguna Instagram bisa saling berinteraksi. Dengan cara memberi like atau komentar pada postingan yang ada di Instagram. Instagram merupakan media sosial yang populer dan sangat diminati oleh orang dari berbagai kalangan. Pengguna aktif Instagram di dunia sangat banyak, termasuk di Indonesia. Mayoritas pengguna aktif di Instagram berasal dari kalangan remaja. 

Remaja 

Sebagai pengguna yang paling aktif di Instagram, para remaja menggunakan Instagram untuk mengekspresikan dirinya, mereka akan berusaha untuk mencari perhatian serta pengakuan dari lingkungannya. Karena pada masa remaja ini seseorang berada pada fase transmisi, menuju kedewasaannya. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Febriyanti 2018) Menurut Hurlock masa remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun) kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock 1991).

Pada fase transmisi ini seorang remaja ingin mencoba segala sesuatu yang baru dalam hidupnya, dan muncul berbagai macam gejolak emosi. Serta pada fase ini, remaja sedang dalam pencarian jati dirinya, yang sedang berusaha untuk mengenal siapa dirinya, dengan mengidentifikasi dirinya dengan hal yang disukai. Para remaja memiliki kebutuhan untuk terkoneksi atau diterima lingkungannya. Maka para remaja cenderung menggunakan media sosial Instagram sebagai ajang eksistensi diri. Agar remaja bisa tampil eksis, mereka akan berusaha untuk membentuk sebuah citra sesuai yang mereka inginkan agar bisa mendapatkan pengakuan serta menjadi pusat perhatian.

Eksistensi Diri

Mengacu pada salah satu keinginan remaja yaitu ingin selalu tampil eksis dan mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Jadi jika kita lihat bahwasannya eksistensi menjadi suatu hal yang teramat penting dan berpengaruh terhadap remaja. Eksistensi berasal dari bahasa Inggris "exist" yang berarti ada, terdapat hidup atau dirasakan keberadaannya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia eksistensi merupakan keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan (Putri, Nurwati and S 2016). 

Dalam pandangan psikologi eksistensial menurut Boss dan Binswanger yang dikutip Calvin dan Lindzey mengatakan bahwa eksistensi diri adalah keberadaan manusia yang berkaitan dengan bagaimana cara manusia itu meng "ada"-kan dirinya dalam dunia sesuai dengan identitas dirinya (Hall and Lindzey 1993). Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan eksistensi diri merupakan keberadaan seseorang yang berusaha untuk memahami arti dari kehidupan bagi dirinya sendiri yang harus menemukan caranya sendiri.

Adapun kebutuhan yang harus dipenuhi menurut Maslow yaitu terdapat lima tingkat kebutuhan dasar manusia, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, serta kebutuhan akan aktualisasi diri (Asrori 2005). Pada kebutuhan aktualisasi diri, seseorang akan berusaha untuk menunjukkan eksistensinya. Lalu di era digital saat ini, yang mana kemajuan teknologi sangat berkembang pesat seseorang khususnya para remaja semakin mudah dan lebih leluasa untuk menunjukkan eksistensinya dengan berbagai cara, salah satunya melalui media sosial Instagram. Media sosial tersebut memang diciptakan sebagai media mengekspresikan diri remaja untuk menunjukkan eksistensi diri. Namun, terkadang apa yang terlihat di media sosial justru kebalikan dari kenyataan yang ada.

Teori Dramaturgi Dalam Bermain Instagram

Dramaturgi merupakan teori yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Teori Dramaturgi ini menjelaskan mengenai adanya panggung sandiwara, dimana manusia sebagai aktor yang memainkan peran yang dibuatnya. Lalu berdasarkan teori ini, setiap individu dalam kehidupannya memiliki dua panggung, yaitu panggung depan atau bisa disebut juga dengan front stage dan panggung belakang atau backstage (Goffman 1956). Yang dimaksud dengan panggung depan atau front stage adalah tempat dimana seorang individu memainkan perannya dengan membuat citra yang diinginkannya, salah satu tujuan hal tersebut dilakukan adalah agar si individu tersebut diterima atau juga agar bisa mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosialnya. Sedangkan panggung belakang atau backstage adalah wajah asli atau kepribadian asli dari individu tersebut, yang berusaha untuk disembunyikan.

Goffman membagi panggung depan menjadi dua bagian, yaitu setting dan personal front. Yang dimaksud Setting adalah situasi fisik yang harus ada ketika aktor melakukan pertunjukan. Sedangkan personal front merupakan bahasa verbal dan bahasa tubuh sang aktor. Dalam Instagram, setting berupa fitur untuk mengunggah sesuatu, seperti foto dan video. Sementara itu, foto atau video yang diunggah beserta dengan sebuah caption menjadi personal front seseorang. Lalu panggung belakang merupakan kenyataan yang disembunyikan dari pandangan publik. Di Instagram, jika keberadaan panggung depan para penggunanya akan menampilkan diri sesuai dengan tren atau yang diinginkan oleh orang lain agar dia mendapatkan pengakuan, maka di panggung belakang penggunanya akan menampilkan dirinya yang asli yang disembunyikannya, agar tidak dihujat atau diberi label negatif oleh orang lain.

Misalnya, di Instagram bisa menjadi tempat untuk memamerkan harta kekayaannya, lalu hal tersebut menjadi sebuah tren. Sehingga ada seseorang yang terlalu memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup hedon tersebut. Kemudian setelah berhasil, maka orang tersebut akan mempresentasikannya melalui postingan foto atau video di Instagram sebagai panggung depan, agar bisa mendapatkan kesan baik dari pengguna lainnya. Sedangkan panggung belakangnya orang tersebut sebenarnya tidak menyanggupi jika harus mengikuti tren tersebut, jadi dia untuk menciptakan panggung depannya itu dia melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan cara memberi barang-barang branded, namun itu semua adalah barang palsu. Bahkan bisa juga orang tersebut melakukan perbuatan yang buruk agar bisa mendapatkan keuntungan untuk memenuhi gaya hidupnya tersebut. Dengan sering seorang remaja pamer di Instagram, hal tersebut dapat menumbuhkan sifat arogan dan sombong. 

Pengaruh Instagram Terhadap Remaja 

Instagram diciptakan memang untuk mempermudah kehidupan manusia, khususnya dalam mencari informasi serta untuk berkomunikasi. Namun jika pengguna Instagram tidak menggunakannya dengan bijak, hal itu akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap penggunanya tersebut. Apalagi jika remaja yang menggunakan media sosial Instagram. Para remaja memiliki emosi yang labil, maka akan berbahaya terhadap perkembangan mental dan perilaku mereka. Melalui tulisan ini, penulis akan menguraikan pengaruh positif maupun negatif dari Instagram, terutama pengaruh Instagram terhadap eksistensi diri remaja.

Yang pertama akan membahas mengenai pengaruh positif dari Instagram terhadap eksistensi diri remaja, yaitu Instagram yang merupakan aplikasi yang bisa membuat para remaja bisa memberikan informasi pribadi berupa foto dan video, lalu di Instagram juga memiliki fitur like dan komen. Jadi orang lain bisa menekan tanda like atau membuat komentar di salah satu postingan yang diunggah. Dari situlah remaja bisa menjadi eksis, dengan begitu juga bisa menambahkan rasa percaya dalam diri remaja. Instagram juga memudahkan penggunanya mendapatkan informasi terbaru seperti informasi tentang hiburan, pengetahuan umum, gaya hidup masa kini, update berita terkini. Lalu dengan Instagram para remaja juga bisa mengekspresikan diri sekaligus bisa menghasilkan keuntungan, yakni dengan membuat online shop atau toko produk online. Sekarang banyak juga remaja yang membuka usaha-usaha kecil dengan menjual berbagai karya buatannya. Dan Instagram tentunya bisa menjadi tempat untuk para remaja untuk bersosialisasi agar bisa saling menjalin pertemanan antara satu sama lain. Apalagi jika seseorang mendapat banyak perhatian dan dia menjadi sangat eksis di Instagram. Maka kesempatan ia untuk diterima di lingkaran pertemanan baru lebih besar, karena orang-orang menganggap ia keren, eksis, dan gaul.

Selain pengaruh positif, Instagram juga bisa memberikan pengaruh negatif terhadap eksistensi remaja. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Instagram menjadi panggung depan untuk para remaja memainkan sebuah peran dengan membuat citra agar ia bisa eksis di Instagram. Lalu menyembunyikan jati dirinya yang asli di panggung belakang. Ditambah jika remaja mengkonsumsi informasi yang kurang tepat ditakutkan akan berdampak pada keeksistensian para remaja yang berlebihan seperti suka memamerkan barang atau kekayaan. Fenomena memamerkan kekayaan di Instagram sudah menjadi hal yang biasa, tuntutan gaya hidup hedon membuat orang-orang berlomba-lomba memamerkan kekayaannya atau yang biasanya disebut dengan flexing. Memang tidak ada yang salah untuk bisa tampil eksis dengan memamerkan harta kekayaannya. Namun perlu diingat jika memang ingin membeli barang-barang branded tersebut, harus menggunakan uang yang didapatkan dengan cara yang positif, misalnya membuka usaha kecil dengan menjual karya buatan sendiri bisa kerajinan tangan atau membuat produk makanan di Instagram. Jangan karena ingin membeli barang-barang branded tersebut, sampai melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan uang. Sebab ada juga berbagai kasus para remaja yang rela mencuri demi memenuhi gaya hidupnya.    

Kemudian masalah lain jika terlalu suka memamerkan harta kekayaannya melalui postingan di Instagram, lalu postingan tersebut menjadi viral, orang-orang akan mulai memberikan penilaian yang buruk. Karena mereka menganggap orang yang suka flexing memiliki sifat yang arogan dan sombong. Media sosial termasuk Instagram di zaman sekarang ini sering digunakan untuk menilai orang lain sesuka hatinya, bahkan kepada orang yang tidak dikenal. Hal tersebut disebabkan karena media sosial sekarang memudahkan seseorang tampil dengan identitas palsu, sehingga mereka bisa bebas memberikan penilaian berupa komentar-komentar negatif ke orang lain, tanpa perlu mempertanggung jawabkannya. Jika para remaja memiliki sikap seperti itu, tentunya akan bahaya untuk pertumbuhan psikisnya. Remaja tersebut akan berkembang menjadi orang yang tidak tanggung jawab, suka berpikiran negatif ke orang lain, bahkan sampai menimbulkan perilaku bullying. Dan jika bagi remaja yang di bully akan membuat mereka menjadi depresi.

Lalu dengan adanya Instagram selain bisa menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengekspresikan dirinya. Instagram juga bisa membuat seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah dengan penampilannya sehingga cenderung meniru apa yang ada di Instagram, padahal belum tentu apa yang ditampilkan di media sosial merupakan dirinya yang asli bisa saja itu hanya panggung depannya saja. Maka dari itu lebih baik menjadi diri sendiri dan percaya pada diri sendiri, tanpa perlu menirukan orang lain. Pengaruh negatif lainnya adalah jika tidak diawasi dengan baik dalam penggunaan Instagram, hal tersebut juga mengakibatkan terganggunya waktu para remaja dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dan berkurangnya waktu belajar, karena terlalu sering menggunakan Instagram untuk bisa tetap eksis. Maka diharapkan para remaja bisa mengontrol dirinya dan membagi waktunya bermain Instagram.

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya Instagram sebagai media sosial digunakan untuk berkomunikasi serta mencari dan membagikan informasi melalui postingan berupa foto dan video yang biasanya juga ditambah dengan caption ke Instagram. Remaja sebagai pengguna paling aktif Instagram, mereka sering menghabiskan waktunya untuk bermain Instagram. Remaja yang memiliki emosi yang labil, lalu hanya memikirkan kesenangan dan kepuasannya, salah satu cara para remaja untuk merasa puas adalah mereka berusaha untuk membuat sebuah citra agar mereka bisa tampil eksis. Jadi para remaja menggunakan Instagram sebagai media mengekspresikan diri untuk menunjukkan eksistensi diri. Namun, perlu diingat terkadang apa yang terlihat di media sosial justru kebalikan dari kenyataan yang ada.

Instagram sebagai panggung depan untuk menunjukkan peran yang remaja ciptakan sesuai dengan citra yang diinginkan. Yakni dengan mengunggah berbagai rutinitas ke Instagram dalam bentuk foto, video, maupun caption. Mereka biasanya mengunggah seperti apa gaya hidupnya, yang bertujuan untuk mendapatkan like dan komen, sehingga mereka puas karena berhasil tampil eksis di Instagram. Namun di panggung belakang merupakan kebalikan dari panggung depan. Di panggung belakang ini menunjukkan identitas asli dari para remaja yang tidak ditunjukkan di Instagram. 

Kemudian penggunaan Instagram bisa menimbulkan pengaruh positif maupun negatif terhadap eksistensi diri remaja. Pengaruh positif dari Instagram antara lain; membagikan informasi pribadi berupa foto dan video, dengan fitur like dan komen, remaja bisa menjadi eksis, dan membuat rasa percaya dalam diri remaja bertambah. Instagram juga memudahkan penggunanya mendapatkan informasi terbaru seperti informasi tentang hiburan, pengetahuan umum, gaya hidup, dan update berita terkini. Lalu dengan Instagram para remaja juga bisa mengekspresikan diri sekaligus bisa menghasilkan keuntungan, yakni dengan membuka usaha-usaha kecil dengan menjual berbagai karya buatannya. Dan yang terakhir menjadi tempat untuk para remaja bisa bersosialisasi dengan menjalin pertemanan antara satu sama lain. 

Sedangkan pengaruh negatif Instagram, antara lain; suka memamerkan barang atau kekayaan. Karena ingin membeli barang-barang mahal dan branded, ada remaja yang melakukan tindak kriminal demi memenuhi gaya hidupnya dan agar bisa tetap tampil eksis. Serta jika terlalu suka memamerkan harta kekayaannya melalui postingan di Instagram bisa membentuk karakter pada diri remaja menjadi seseorang yang arogan dan sombong. Instagram juga bisa membuat seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah dengan penampilannya sehingga cenderung meniru apa yang ada di Instagram. Serta jika tidak diawasi dengan baik mengakibatkan terganggunya waktu para remaja dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dan berkurangnya waktu belajar

Manusia memang membutuhkan media sosial sebagai alat interaksi, tetapi jangan sampai harus menutup diri. Lalu keinginan untuk mendapatkan perhatian memang manusiawi, namun jangan sampai keinginan itu harus sampai menciptakan sifat negatif, seperti sifat insecure, arogan, dan sombong. Maka dari itu lebih baik mulai untuk mencintai, menerima, menjadi, dan percaya pada diri sendiri. Lalu para remaja harus bisa mengontrol diri, berpikir dahulu sebelum mengunggah sesuatu, hindari postingan negatif, pilih teman serta follower dengan baik, gunakan tata bahasa yang sopan, jadikan Instagram sebagai media untuk mengembangkan diri, dan harus membagi waktu antara bermain Instagram dengan melakukan kegiatan yang produktif. Jadi gunakanlah Instagram maupun media sosial lainnya dengan bijak.

DAFTAR PUSTAKA

Annur, Cindy Mutia. 2021. databoks.katadata.co.id. November 15. Accessed October 21, 2022. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/15/ada-91-juta-pengguna-instagram-di-indonesia-mayoritas-usia-berapa.

Asrori, H.M. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media.

Fanani, Muhammad Farih. 2022. merdeka.com. August 21. Accessed october 21, 2022. https://www.merdeka.com/sumut/instagram-adalah-media-sosial-berbasis-foto-dan-video-simak-penjelasannya-kln.html.

Febriyanti, Pipit. 2018. "Gambaran Penyebab Masalah Seksualitas Remaja Pada Kelas XI D SMKN 05 Mataram." Karya Tulis Ilmiah DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan. 

Goffman, Erving. 1956. The Presentation of Self in Everyday Life. University of Edinburgh.

Hall, Calvin S., and Gardner Lindzey. 1993. Psikologi Kepribadian: Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, Elizabeth B. 1991. Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Nasrullah, Rulli. 2017. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Putri, Wilga Secsio Ratsja, Nunung Nurwati, and Meilanny Budiarti S. 2016. "Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat."

Rizaty, Monavia A. 2022. databoks.katadata.co.id. June 12. Accessed October 21, 2022. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/17/bertambah-lagi-ini-jumlah-pengguna-instagram-per-kuartal-i-2022.

Wibisono, Damar. 2020. "Pengaruh Penggunaan Instagram Terhadap Eksistensi Diri Remaja." Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, Vol. 22 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun