Bekal 'empirik' ini juga dibarengi dengan pengetahuan lain tentang destinasi wisata, pengetahuan umum, terminologi pariwisata, hingga pelbagai prosedur serta standar dalam menangani wisatawan dari berbagai kelas. Kompleksitas bertambah, respon kita pun harus berubah agar tetap relevan.
Pengetahuan - pengetahuan fundamental terkait pariwisata dan pelayanan akan membuka cakrawala pemahaman bahwa kepemanduan wisata sejatinya adalah seni menangani manusia yang tidak boleh sekadar dimaknai dari fungsi 'transportatif', cukup bawa dan antar wisatawan ke satu tempat, selesai.Â
Lebih dari itu, menangani manusia yang berasal dari berbagai macam daerah dan negara, dengan beragam karakter, berbeda status sosial maupun ekonomi, berbeda latar belakang pendidikan hingga profesi, tentu membutuhkan kemampuan yang handal untuk dilaksanakan dengan baik.
Menyadari bahwa di banyak daerah di negara kita, prasyarat untuk menjadi seorang pemandu wisata berbeda - beda sesuai kekhasan regulasi serta orientasi pariwisata yang ada dan berlaku di tempat tersebut, maka upaya-upaya untuk standardisasi kompetensi dan pembekalan keilmuan dasar pariwisata dilakukan dengan pemberian pelatihan-pelatihan tematik sesuai kebutuhan.Â
Dalam satu dasawarsa terakhir, ikhtiar untuk meningkatkan kualitas SDM bidang kepemanduan wisata melalui beragam pelatihan gencar digalakkan, baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, hingga sektor privat dan lembaga - lembaga lain di luar pemerintahan.
Apresiasi dan Status Sosial
Progres pariwisata nasional hingga masuk ke dalam sektor prioritas negara membuat gerbong pariwisata kita dikondisikan untuk berakselerasi kencang. Ironisnya, di saat promosi dan pemasaran pariwisata melaju secara eksponensial, faktor-faktor penting lainnya seperti kompetensi, apresiasi, dan kesejahteraan pekerja pariwisata masih dominan bergerak secara inkremental.Â
Bagi para pemandu wisata, belum ada mekanisme apresiasi yang divalidasi melalui payung konstitusi untuk membuat para pelaku bidang ini memiliki jaminan kesejahteraan, baik secara pendapatan, hingga jaminan kesehatan.Â
Mungkin fakta di lapangan sudah ada bagi mereka yang bertindak sebagai staff guide terikat untuk perusahaan tertentu, namun bagi para freelance tourist guide akses kesini masih belum benar - benar terbuka.
Sektor pariwisata yang kita jalankan saat ini masih sangat bergantung kepada mekanisme pasar, hal ini memicu banyak bidang pekerjaan terkait pariwisata bersifat musiman.Â