Melihat tekad adiknya yang kuat, Raka akhirnya mengalah dan memberikan dukungan. "Baiklah, kalau itu yang terbaik untukmu. Kakak akan selalu mendukungmu."
Namun, meskipun Raka memberikan dukungan, ia tetap merasa cemas. Ia khawatir jika Rini terlalu lelah bekerja di luar waktu kuliah dan belajar, akan memengaruhi kesehatannya. Setiap kali mereka berbicara di telepon, Raka sering mengingatkan adiknya untuk menjaga tubuhnya, meskipun ia tahu bahwa adiknya adalah orang yang keras kepala.
"Aku tahu kamu bisa menghadapinya, Rini, tapi ingatlah untuk tidak terlalu memaksakan diri. Kesehatanmu juga penting."
Rini hanya tertawa kecil, "Kak, jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Ini semua untuk masa depan kita."
Rini sangat bersemangat dalam mengejar tujuannya. Setiap hari, setelah kuliah, ia akan bekerja di kafe hingga larut malam. Namun, meskipun kelelahan terkadang membuatnya merasa sangat letih, ia selalu mengingat pengorbanan kakaknya yang telah bekerja keras untuknya. Itu memberi motivasi untuk terus bertahan.
Rini juga mulai mengatur waktu lebih baik antara belajar, bekerja, dan menjaga kesehatannya. Setiap pagi, ia memastikan dirinya cukup tidur agar bisa tampil segar di kampus dan tidak tertidur saat bekerja. Ia tahu bahwa untuk mencapai tujuannya, ia harus pintar mengatur waktunya.
Tahun-tahun berlalu, dan akhirnya Rini lulus dengan predikat yang sangat membanggakan. Ia mendapatkan pekerjaan yang baik, dan segera setelah itu, ia mengirimkan sebagian penghasilannya untuk membantu kakaknya. Namun, yang lebih penting lagi, Rini memastikan bahwa kakaknya tidak perlu bekerja keras lagi. Ia ingin melihat kakaknya hidup dengan tenang, tanpa harus selalu berjuang keras seperti dulu.
Suatu hari, Rini mengunjungi Raka dengan membawa sebuah kotak kecil. Di dalam kotak itu terdapat sebuah jam tangan baru, yang ia pilih dengan hati-hati sebagai hadiah untuk kakaknya. Jam tangan itu bukan hanya sebuah hadiah, melainkan simbol terima kasih atas segala pengorbanan yang telah dilakukan Raka selama ini.
"Kak, ini hadiah kecil untukmu. Terima kasih atas semua pengorbananmu selama ini. Aku tidak akan pernah bisa membalas semuanya, tapi aku berjanji akan selalu ada untukmu," kata Rini, sambil menyerahkan kotak itu.
Raka memandang jam tangan itu dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak mengira adiknya akan memberinya hadiah. "Rini, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Itu sudah cukup bagiku," jawab Raka dengan suara yang penuh haru.
Rini memeluk kakaknya dengan erat. "Aku akan terus berusaha agar kamu bangga, Kak. Terima kasih sudah memberiku segala kesempatan ini."