Raka tersenyum, meskipun tubuhnya terasa lelah. "Kamu harus belajar dengan baik, Rini. Itu yang terbaik yang bisa kakak berikan untukmu."
Hari-hari berikutnya, Rini menghadapi ujian dengan tekun. Setiap malam, ia belajar hingga larut malam, tidak ingin mengecewakan kakaknya. Sementara itu, Raka terus bekerja keras, meskipun tubuhnya semakin lelah. Namun, ia tahu bahwa ia melakukan semua ini untuk masa depan adiknya.
Malam-malam yang panjang itu adalah waktu yang penuh dengan kecemasan bagi Rini. Ia tahu bahwa nilai ujian ini akan sangat menentukan masa depannya, namun ia juga merasakan beban yang besar di hatinya, bukan hanya karena ujian yang harus dijalaninya, tetapi juga karena ia tidak ingin melihat kakaknya terus menderita dalam kesulitan ekonomi. Seringkali, ia terbangun di tengah malam dan mendapati kakaknya sudah kembali bekerja keras. Ia merasa bersalah karena merasa tidak dapat melakukan lebih banyak untuk membantu.
Suatu malam, saat ia tengah belajar dengan tekun, Rini tiba-tiba teringat pada sebuah janji yang pernah dibuatnya kepada dirinya sendiri. Janji untuk tidak mengecewakan kakaknya. Ia menyadari bahwa meskipun ia merasa tertekan, ia harus tetap melangkah maju dengan penuh semangat. Setiap pelajaran yang ia pelajari, setiap soal yang ia pecahkan, semuanya ia lakukan dengan tekad untuk membuktikan bahwa usaha kakaknya tidak akan sia-sia.
Setelah beberapa minggu, hasil ujian diumumkan, dan Rini berhasil lulus dengan nilai yang sangat baik. Ia diterima di universitas impian yang selama ini ia idam-idamkan. Ketika mendengar kabar itu, hati Raka penuh dengan kebanggaan dan rasa syukur yang tak terhingga.
"Rini, kamu lulus! Aku bangga padamu," kata Raka, sambil memeluk adiknya.
Rini, dengan mata yang berkaca-kaca, membalas pelukan kakaknya. "Semua ini karena pengorbanan kakak. Tanpa usaha kerasmu, aku tidak mungkin sampai di sini. Terima kasih, Kak. Aku akan berusaha keras agar kamu tidak kecewa."
Raka merasa hatinya tersentuh mendengar kata-kata adiknya. Ia tahu, pengorbanannya tidak sia-sia. Melihat adiknya berhasil adalah kebahagiaan terbesar baginya. Ia merasa bahwa segala jerih payah yang ia lakukan selama ini telah terbayar lunas dengan senyuman Rini.
Namun, meski Rini diterima di universitas, tantangan baru mulai datang. Biaya kuliah dan biaya hidup di kota tempat Rini melanjutkan pendidikan masih menjadi masalah besar. Rini, yang tidak ingin membuat kakaknya semakin terbebani, memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan. Ia mulai bekerja di kafe kecil di dekat kampus, meskipun kakaknya tidak setuju.
"Aku tidak ingin kamu bekerja, Rini. Kau harus fokus belajar, jangan terbebani masalah uang," kata Raka dengan khawatir.
"Aku tahu, Kak. Tapi ini demi masa depan kita. Aku tidak ingin jadi bebanmu," jawab Rini dengan penuh keyakinan.