Mohon tunggu...
Galih Satria H
Galih Satria H Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar menulis

ASN milineal yang sangat mendambakan proses kerja terbuka terhadap fleksibilitas,kreatifitas,dan inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sementara Bibirmu Masih Merah

17 Desember 2015   12:38 Diperbarui: 17 Desember 2015   16:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sudut gang tempat lokalisasi yang remang-remang,Mentari menunggu pria hidung belang yang akan bisa diajaknya berkencan.Senyumnya yang lebar seakan menyamarkan pedihnya kehidupan yang harus ia jalani.Bibir yang merah merekah adalah daya tariknya,sembari menunggu pria hidung belang dia keluarkan sebatang rokok dari dalam sakunya dan menyalakannya.Pelan-pelan dia menghisap rokok yang dipegangnya.Tak lama kemudian,sebuah mobil sedan warna silver berhenti tepat di depannya.Dia mendekati mobil tersebut dan mulai menjajakan dirinya.Pria paruh baya yang berada di dalam mobil,membuka kaca pintu depannya.

"Short time 2 jam 500 ribu" begitu kata Mentari menawarkan dirinya kepada pria tersebut.Si Pria mengangguk dan membukakan pintu di sampingnya.Mentari masuk ke dalam mobil dengan tenang tanpa perasaan khawatir atau takut sedikitpun.Selama perjalanan si Pria hanya diam dan mengacuhkan kehadiran Mentari yang duduk di sampingnya.Dan akhirnya sampailah mereka berdua di sebuah rumah mewah.Rumah tersebut jauh dari pemukiman warga.Di sekelilingnya hanya persawahan dan perbukitan saja yang ia pandang.Si Pria membunyikan klakson mobil,dan pintu gerbang pun dibuka.Si Pria menyuruhnya untuk turun dan menunggu di depan pintu rumah tersebut.Mentari mengikuti arahan dari Pria tersebut.10 Menit berlalu,Si Pria menghampiri Mentari yang sudah menunggu di depan pintu.Dia bersama Seseorang yang berpawakan tinggi dan berkulit putih.

"Tugasmu sudah selesai,kamu boleh kembali,"kata Pria yang berpawakan tinggi.Si Pria paruh baya tersebut mengangguk dan meninggalkan mereka berdua.

"Mari silahkan masuk" ajak si Pria dengan sopan.Mentari mengikuti si Pria tepat dibelakangnya.Mentari terkejut,karena rumah yang ia masuki adalah sarang mafia dan Penjudi kelas kakap.Ada 20 orang yang bekerja dan tinggal di rumah tersebut.Mereka sibuk sendiri-sendiri sehingga menghiraukan kedatangan si Mentari.

Si Pria mengetuk salah satu pintu. "Masuk..." teriak orang yang berada di dalam.Pintu dibukanya.Mentari melihat sosok Pria keturunan tionghoa sedang menghitung lembaran uang yang tersusun rapi di atas mejanya.

"Bos..ini yang bos minta,sesuai dengan kriteria yang bos sampaiakan" kata Pria berpawakan tinggi besar tersebut.Pria keturunan tionghoa mengangguk dan menyuruh anak buahnya untuk meninggalkan ruangannya.

"Jadi..siapa namamu?"tanya si Bos mafia dengan senyum.

"Nama saya Mentari,tuan.." jawab Mentari dengan malu-malu.

"Jangan panggil saya tuan,panggil saja saya Fredy"sahut si Bos mafia tersebut.Mentari mengangguk.

"Tugasmu disini adalah melayani saya...saya akan bayar berapapun yang kamu mau,saya akan belikan barang yang kamu inginkan,saya akan penuhi semua kebutuhanmu."kata Fredy.

"Tapi...jangan coba-coba untuk kabur dari tempat ini.."lanjutnya.Mentari mulai ketakutan.Dia hanya mengangguk saja,pasrah dengan keadaan saat ini.

"Kamu pasti belum makan kan?"tanya Fredy.Mentari menggelengkan kepala.Kemudian si Fredy menelepon seseorang.

"Siapkan makanan untuk tamuku.." dan teleponpun ia tutup.

"Mari..kita ke ruang makan" ajak Fredy.Mentari mengikutinya dari belakang.

Di atas meja makan telah tersedia berbagai macam hidangan,dan juga sebotol Wine yang diimport dari Prancis.

Mentari mulai mengisi piringnya dengan beraneka macam hidangan seakan dia tak pernah makan beberapa hari.

"Makanlah sampai kenyang.."kata Fredy sambil menuangkan Wine di gelas yang berada di depan Mentari.

Setelah makan kenyang,Fredy mengajak Mentari ke kamar tidurnya.Dia membopong Mentari seperti pasangan yang baru menikah.Dia rebahkan tubuh Mentari ke tempat tidur,dia lucuti pakaiannya,dan lampu kamar tidur ia matikan.

**************************************

Mentari terbangun karena sengatan sinar matahari yang menembus jendela kamarnya.Di sampingnya,Fredy masih mendengkur.Dia kenakan kembali pakaiannya,dan menuju ke kamar mandi untuk mandi pagi.Setelah mandi,Ia menyiapkan secangkir teh hangat dan sepotong roti isi untuk sarapan Fredy.Dia melangkah menuju halaman yang berada di samping kamarnya.Suasana sepi dan hening ia rasakan,sangat berbeda dengan kehidupannya dulu di gang sempit,kotor,dan ramai.

Dia bersyukur mendapatkan pelanggan yang memperlakukannya dengan baik seperti Fredy.Lama ia melamunkan diri membayangkan masa depannya,sampai akhirnya lamunannya memudar karena tubuhnya dipeluk dari belakang.Ia sontak terkejut.Fredy yang memeluknya dari belakang.Kemudian ia cium bibir merah Mentari dengan lembut dan hangat sambil berbisik "Bibirmu yang merah ini yang membuatku terpesona oleh kecantikanmu".Mentari hanya tersenyum,dan merespon ciuman yang Fredy berikan.

 

Tiga bulan telah berlalu.Benih-benih cinta mulai bersemi diantara mereka berdua.Kini mereka telah menjadi pasangan kekasih.Mentari sangat perhatian dan telaten mengurusi Fredy.Fredy juga memperlakukan Mentari seperti Istrinya sendiri.Kehidupan mereka berjalan dengan harmonis,hangat,dan bahagia.

Hari ini adalah hari special.Karena hari ini Fredy berulang tahun yang ke 35 tahun.Malam harinya,ia mengadakan pesta ulang tahun dengan sangat meriah.Berbagai macam hidangan dihidangkan di atas meja makan,puluhan botol Beer dan Wine dari berbagai merek juga sudah tersedia.Para kolega dan karyawannya mereka memakai stelan jas dan gaun pesta.Mentari mengenakan gaun warna hitam yang membuat dirinya semakin seksi kalau dipandang.Tak ketinggalan bibirnya yang merah merekah menambah aura keseksian yang terpancarkan.

"Kamu cantik malam ini.."puji Fredy,dan memberikan ciuman mesra.

"Hadirin sekalian...hari ini adalah hari yang special buat saya..selain karena umur saya yang bertambah,kekayaan yang kita miliki dari operasional kita juga bertambah...mari kita rayakan dengan penuh suka cita"teriak Fredy sambil mengangkat gelas yang berisi Winenya.Musik dihidupkan...Suasana rumah pun sangat meriah.

Tiba-tiba.."Braaak..."Pintu terbuka karena didobrak.Para tamu undangan panik dan berhamburan meninggalkan rumah.Polisi datang untuk menggerebek rumah tersebut.

Anak buah Fredy melawan aksi polisi dengan mengacungkan pistol.Kontak senjatapun tak terelakkan.

Mayat-mayat bergelimpangan tertembus peluru.

Fredy dan Mentari lari sekencang-kencangnya menuju mobil yang terpakir di halaman belakang rumah.Mentari terjatuh tersandung mayat anak buahnya Fredy.

"Lari Fred...Lari...jangan hiraukan aku" teriak Mentari sambil menembakkan pistol.Fredy lari meninggalkan Mentari.

"Dooorr..."Mentari terkena tembakan dibagian perut.Tetapi ia masih sanggup,dia arahkan pistol dan menembakkan tepat di arah jantung polisi yang menembaknya tadi.

"Doooor..."ia terkena tembakan untuk kedua kalinya.Dia membalas tembakan tersebut.Tembakannya meleset.

"Door...' ketiga kalinya ia tertembak dan akhirnya ia ambruk.Fredy yang menyaksikan kejadian tragis itu tak kuasa menahan air matanya.Fredy berlari menghampiri Mentari yang ambruk terkena tembakan,tetapi anak buahnya menahannya.

Kontak senjatapun berakhir,Polisi kemudian mengejar anak buah Fredy yang berhasil kabur.Suasana rumah sangat mencekam.Entah berapa orang anak buah Fredy yang tewas.Setelah kondisi aman,Fredy berlari menghampiri Mentari yang terkapar.Ia memeluk tubuh Mentari yang penuh darah tersebut.Mentari mengusap lembut pipi Fredy.

"Aku...c...iiii...nnn....ttt...aaa...kaaa...mmm...uuu" kata Mentari dengan terbata-bata.Mulutnya mengeluarkan darah.Merah dari lipstick yang dipakainya bercampur dengan merah darah yang keluar dari mulutnya.Ia tersenyum kepada Fredy untuk terakhir kalinya,dan kemudian tubuhnya tak lagi bernafas dan tak lagi bergerak.Fredy menangis,teriak sejadi-jadinya.Rasa kehilangan,patah hati,marah,benci bercampur jadi satu.Ia luapkan emosinya dengan menembak jasad Polisi yang ada di depannya sambil memaki-maki.Setelah puas meluapkan emosinya,ia membopong jasad Mentari,ia bawa ke mobil.Mobil pun dihidupkan dan bergerak menjauhi rumah tersebut.

Di dalam mobil,ia memandang jasad Mentari yang ia baringkan di sampingnya sambil berharap agar Mentari hidup kembali.Tapi takdir berkehendak lain,Mentari tak lagi bersinar menyinari kehidupan Fredy.Yang ada tinggal kenangan yang akan tetap tersimpan di memori Fredy.

"tak kan ada yang mampu menggantikan senyuman indah dari bibirmu yang merah itu,beristirahatlah dengan damai,terima kasih atas perhatian dan kasih sayangmu untukku"Kata Fredy sambil mencium kening jasad Mentari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun