Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Lifestyle | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelusuri Jejak Presiden Depok

1 November 2024   23:14 Diperbarui: 1 November 2024   23:19 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chastelein bukan seorang yang bengis, ia sangat peduli pada budak-budaknya. Ia memperlakukan mereka seperti keluarga. Ia bahkan khawatir terhadap nasib para budaknya jika kelak ia meninggal. Menurutnya mau bagaimanapun orang-orang Chastelein akan tetap menjadi budak sepeninggalannya. Dari keresahan itu terbesitlah niat untuk memberikan pendidikan kepada mereka.

Para budak Chastelein hanya akan bekerja hingga pukul 2 siang. Dari Jam 2 dan 3 mereka beristirahat dan setelahnya  harus
belajar baca tulis di gereja (kini menjadi Gereja Immanuel Depok). Tak hanya baca dan tulis, Chastelein juga mengajarkan organisasi kepada para budaknya. Dari situlah lambat laun budak-budak Chastelein mengalami peningkatan pengetahuan.

Ketika meninggal, Chastelein membuat surat wasiat yang berisi pembagian hak waris. Anak-anaknya mendapat bagian di Batavia sementara tanah di Depok menjadi milik budak-budaknya. Itulah awal mula Depok memiliki pemerintahan sipil atau disebut Gementee Bestuur Depok sekitar tahun 1913.

Pengurusnya ada 5 orang dan ketuanya inilah yang disebut sebagai presiden Depok.  Pemerintahan presiden Depok sendiri bertanggung jawab terhadap banyak hal meliputi pendidikan, pertanian, infrastruktur hingga irigasi.

Melihat langsung ke Beberapa Titik Heritage Depok

Usai mengetahui sejarah serta seluk lahirnya daerah otonomi Depok, kami pun diajak Pak Loen untuk melihat langsung jejak jejak peninggalan Chastelein yang lokasinya tak jauh dari kafe.

Rupanya  Cornelis Koffie yang kami kunjungi ini adalah lokasi pertama yang memiliki nilai sejarah. Kafe ini merupakan bangunan era
kolonial yang dibangun pada tahun 1930an. Tempat ini dulunya adalah tempat tinggal seorang keturunan Belanda Depok bernama R. Moh. Singer yang merupakan salah satu negosiator pelepasan hak tanah partikelir Depok.

Cornelis Koffie (dokpri/irerosana)
Cornelis Koffie (dokpri/irerosana)

Bangunan utamanya masih dipertahankan sementara area belakang yang dulunya menjadi kandang kuda sudah banyak mengalami perombakan yang disesuaikan dengan kebutuhan kafe.

Dari Cornelis Koffie kami diajak berjalan ke arah barat sekitar 80 meter menuju ke bekas RS Harapan Depok. Bangunan ini dulunya adalah kantor pemerintahan Depok atau gemeente huis atau bisa juga disebut sebagai tempat ngantornya presiden Depok.

bekas kantor presiden Depok (dokpri/irerosana)
bekas kantor presiden Depok (dokpri/irerosana)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun