Chastelein bukan seorang yang bengis, ia sangat peduli pada budak-budaknya. Ia memperlakukan mereka seperti keluarga. Ia bahkan khawatir terhadap nasib para budaknya jika kelak ia meninggal. Menurutnya mau bagaimanapun orang-orang Chastelein akan tetap menjadi budak sepeninggalannya. Dari keresahan itu terbesitlah niat untuk memberikan pendidikan kepada mereka.
Para budak Chastelein hanya akan bekerja hingga pukul 2 siang. Dari Jam 2 dan 3 mereka beristirahat dan setelahnya  harus
belajar baca tulis di gereja (kini menjadi Gereja Immanuel Depok). Tak hanya baca dan tulis, Chastelein juga mengajarkan organisasi kepada para budaknya. Dari situlah lambat laun budak-budak Chastelein mengalami peningkatan pengetahuan.
Ketika meninggal, Chastelein membuat surat wasiat yang berisi pembagian hak waris. Anak-anaknya mendapat bagian di Batavia sementara tanah di Depok menjadi milik budak-budaknya. Itulah awal mula Depok memiliki pemerintahan sipil atau disebut Gementee Bestuur Depok sekitar tahun 1913.
Pengurusnya ada 5 orang dan ketuanya inilah yang disebut sebagai presiden Depok. Â Pemerintahan presiden Depok sendiri bertanggung jawab terhadap banyak hal meliputi pendidikan, pertanian, infrastruktur hingga irigasi.
Melihat langsung ke Beberapa Titik Heritage Depok
Usai mengetahui sejarah serta seluk lahirnya daerah otonomi Depok, kami pun diajak Pak Loen untuk melihat langsung jejak jejak peninggalan Chastelein yang lokasinya tak jauh dari kafe.
Rupanya  Cornelis Koffie yang kami kunjungi ini adalah lokasi pertama yang memiliki nilai sejarah. Kafe ini merupakan bangunan era
kolonial yang dibangun pada tahun 1930an. Tempat ini dulunya adalah tempat tinggal seorang keturunan Belanda Depok bernama R. Moh. Singer yang merupakan salah satu negosiator pelepasan hak tanah partikelir Depok.
Bangunan utamanya masih dipertahankan sementara area belakang yang dulunya menjadi kandang kuda sudah banyak mengalami perombakan yang disesuaikan dengan kebutuhan kafe.
Dari Cornelis Koffie kami diajak berjalan ke arah barat sekitar 80 meter menuju ke bekas RS Harapan Depok. Bangunan ini dulunya adalah kantor pemerintahan Depok atau gemeente huis atau bisa juga disebut sebagai tempat ngantornya presiden Depok.