Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Upaya Ibu Rumah Tangga Menyelamatkan Bumi dari Balik Pintu Rumah

20 Juni 2024   21:53 Diperbarui: 20 Juni 2024   22:25 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
irerosana (edited with Canva)

Salah satu cara yang sudah digalakkan adalah transisi energi adil yaitu upaya peralihan energi tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi saja tetapi juga memperhatikan dampak yang mungkin akan ditimbulkan. 

Mengenal Net Zero Emission

Istilah Net Zero Emission (NZE) muncul seiring diadakannya Paris Agreement tahun 2015. Net Zero Emission atau emisi nol karbon sendiri diartikan sebagai kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan oleh atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.

Presiden Jokowi dalam KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim (COP28) di Plenary Al Ghafat, Expo City Dubai pada Desember 2023 lalu menyatakan komitmen bahwa Indonesia akan bekerja keras untuk mencapai nol emisi karbon sebelum 2060.

Beberapa sektor yang menjadi prioritas untuk mencapai NZE di antaranya ; Forest and Other Land Use (FOLU), energi, Industrial Process Production Use (IPPU), pertanian serta Limbah (waste).

Tantangan untuk menuju NZE 2060 bukan hanya ada pada pemerintah saja akan tetapi juga menuntut awareness serta kepedulian dari seluruh lapisan masyarakat, mengapa? Karena krisis iklim ini sudah menjadi masalah bersama di mana dampaknya pun akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Tangga Turut Menyumbang Emisi Gas Rumah Kaca

Kontribusi peningkatan jumlah emisi karbon di atmosfer kita tidak hanya berasal dari sektor skala besar seperti industri dan pabrik-pabrik saja akan tetapi juga skala kecil yaitu rumah tangga. Yap, kalian tidak salah dengar. Kita jugalah yang menyebabkan bumi ini menjadi semakin panas. Semua itu terjadi akibat dari berbagai aktivitas keseharian yang kita lakukan.

Contohnya adalah Listrik yang kita gunakan sehari-hari yang secara mayoritas masih diproduksi dari bahan bakar fosil yaitu batu bara. Semakin banyak listrik yang kita gunakan maka semakin banyak pula batu bara yang akan dibakar dan menghasilkan emisi karbon.

Sampah yang kita hasilkan sehari-hari yang tidak diolah menumpuk juga bisa menghasilkan gas metana.  Data KLKH menyebut setiap 1 ton sampah padat akan menghasilkan 50 kg gas metane. Jumlah produksi sampah di Indonesia sendiri hanya di tahun 2023 saja mencapai 24,477,789,08 ton. Jadi bisa dibayangkan berapa banyak gas metane yang sejauh ini sudah terbentuk?!

Tidak hanya itu, kegiatan rutinitas memasak dengan menggunakan bahan bakar elpiji juga menambah jumlah emisi CO2 menjadi semakin banyak.

Peran Ibu Rumah Tangga Untuk Mengurangi Emisi Karbon

Ibu rumah tangga yang kerap dipandang sebelah mata sebenarnya mempunyai peran strategis terkait upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di rumah. 

Ibu rumah tangga adalah pengguna energi paling banyak di dalam rumah seperti di antaranya memasak, mencuci serta penggunaan alat-alat elektronik. Ibu rumah tangga juga berperan sebagai pengambil keputusan-keputusan strategis terkait kebutuhan kerumahtanggaan seperti; apa yang akan dimasak, berapa banyak yang perlu dibelanjakan, di mana belinya dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun