Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelamatkan Bumi melalui Sustainable Wedding

4 Februari 2024   16:16 Diperbarui: 5 Februari 2024   19:47 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu berpikir bahwa pesta pernikahan yang kamu gelar bisa jadi salah satu upaya untuk menyelamatkan bumi?!

Pada 18 Januari lalu, sebuah akun TikTok @ersyarwd mengunggah video sebuah pernikahan dengan gaya yang menarik perhatian. Di bawah  video tertulis caption, "Nikahan Sustainable dan terasik di tahun 2023, kaya event popup market! ...."

Pernikahan itu milik Bukhi dan Ikhsan Skuter. Mengusung tema sustainable, mereka menggelar pesta pernikahan yang tak hanya memorable tapi juga mengkampanyekan sustainable life.

Mereka membenahi beberapa hal seperti mengganti piring dengan besek bambu, menggunakan peralatan makan ramah lingkungan seperti sendok kayu, piring rotan serta kuali dari tanah liat. 

Di sana disediakan juga tempat sampah unik dengan pemisahan kategori seperti "masker sarung tangan", "plastik dan kardus", "organik" serta "lain-lain".

Di samping tempat sampah terdapat poster edukatif mengenai pentingnya memilah sisa konsumsi. Poster --poster berbahan kain, bertuliskan tangan yang berisi himbauan juga dipasang di beberapa titik. Isinya macam-macam. Ada pantun tentang himbauan untuk tidak membuang-buang makanan, pentingnya makan buah-buahan bagi tubuh hingga cara pengelolaan sampah yang benar.

Aneka jajanan sehat yang direbus seperti ketela rebus, pisang rebus, dan kawan-kawannya disajikan sederhana namun sarat akan makna. Beberapa minuman dari rimpang juga dipilih bukan tanpa maksud. Setiap hal di pernikahan mereka telah dipikirkan secara baik dan matang.

Pasangan ini bisa dibilang cukup berani untuk menggelar resepsi pernikahan yang berbeda dari kebanyakan orang. Saat di mana orang lain menghamburkan uang dengan menggelar pesta yang mewah dan besar-besaran, mereka justru mempraktikkan serta mengkampanyekan sustainable life ke dalam pestanya.

Tidak dipungkiri, Indonesia menjadi salah satu negara yang gemar menggelar pesta pernikahan secara besar-besaran. Semakin besar, mewah dan banyak tamu undangannya maka semakin bangga si empunya hajat.

Hal ini salah satunya berkaitan dengan pandangan bahwa menikah adalah peristiwa sekali seumur hidup, meski pada realitanya belum tentu demikian.

Selain itu tradisi serta budaya masyarakat setempat juga sangat berpengaruh untuk menggelar pesta yang besar dan meriah. Selebihnya tentu didominasi gengsi dan perasaan tidak mau kalah dibanding pesta yang digelar tetangga, teman atau kerabat.

Selain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sadarkah kita bahwa pesta semacam itu menimbulkan PR lain? Contohnya sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pengunjung akan menimbulkan tumpukan sampah organik. Wadah-wadah makanan berbahan plastik atau styrofoam juga akan menimbulkan semakin banyaknya tumpukan sampah anorganik.

Belum lagi, plastik souvenir, plastik bungkus undangan serta sisa sampah dekorasi yang juga makin menambah PR kita bersama. Semakin banyak undangan disebar, semakin banyak pula tumpakan sampah yang dihasilkan.

Sampah dinilai menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) 20 Maret 2023 lalu mengungkapkan mengenai keberlangsungan hidup generasi mendatang yang dinilai sangat mengkhawatirkan. Salah satu pemicu terbesarnya tak lain adalah soal sampah.

"Khusus sampah, dampaknya sangat besar karena memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Karenanya, meskipun terlihat sepele, namun langkah kongkrit itu berkontribusi besar dalam menahan laju perubahan iklim." Ujar beliau.

Data terbaru dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) tahun 2023 menyebut sampah di Indonesia sudah mencapai 17,4 juta ton pertahun. Dari jumlah tersebut 5,8 juta ton belum dikelola dengan baik.

Persoalan sampah bukan hanya milik pemerintah semata akan tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Kitalah yang menyebabkan angka-angka tersebut timbul dan terus naik setiap tahunnya. Jadi sudah selayaknya jika kita punya kesadaran untuk mengurangi serta memikirkan dampak setelahnya.

Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah menerapkan prinsip hidup berkelanjutan (sustainable life).

Prinsip hidup berkelanjutan bisa diartikan sebagai cara hidup perilaku dan pilihan sosial yang meminimalkan degradasi lingkungan (penggunaan sumber daya alam, emisi co2, limbah dan polusi) sekaligus mendukung pembangunan sosial -- ekonomi yang adil dan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua. (United Nation)

Secara mudahnya kita mulai menata kembali pola hidup dengan memulai kebiasaan tanpa mengesampingkan efek yang akan kita tuai di masa depan.

Mengapa Sustainable Wedding?

Konsep sustainable wedding semakin berkembang sejak maraknya isu global warming dan kerusakan lingkungan. Sayangnya konsep ini masih terbatas di kalangan tertentu yaitu mereka yang meyadari pentingnya isu-isu penyelamatan lingkungan saja.

Di Indonesia konsep sustainable wedding memang tidak mudah untuk diterapkan, pasalnya kosep pernikahan di negeri ini bukan hanya pesta milik ke dua mempelai tapi juga kedua orang tua dan seluruh keluarga.

Dibanyak daerah di Indonesia, orang tua masih ikut campur bahkan mendominasi penyelenggaraan pesta pernikahan anaknya. Hanya sedikit pasangan yang punya andil penuh atas pesta pernikahan mereka sendiri seperti Bukhi dan Ikhsan Skuter tadi.

Padahal kosep ini sangat jenius untuk menekan jumlah sampah serta tepat untuk menyuarakan isu-isu penyelamatan lingkungan.

Pertimbangannya, pertama karena setiap pesta pernikahan menghasilkan sampah yang cukup besar. Bisa coba dihitung berapa banyak pesta pernikahan yang diselenggarakan setiap tahun di Indonesia dan hitung pula berapa sumbangan sampah dari pesta-pesta tadi.

Kedua, karena pesta pernikahan dihadiri oleh banyak orang, maka bisa menjadi soft campaign mengenai isu-isu penyelamatan lingkungan.

Ketiga, memulai untuk mengadakan sustainable wedding sama halnya memprakarsai atau menggerakkan orang lain untuk melakukan hal serupa.

Tak seorangpun mau pesta pernikahan yang mereka anggap suci dan membahagiakan ternyata berdampak buruk bagi masa depan serta lingkungan. Oleh karena itu, semakin banyak orang yang sadar untuk menyelenggarakan konsep sustainable wedding, semakin besar pula peluang lingkungan untuk bisa diselamatkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sustainable wedding!

Sustainable wedding bisa diartikan sebagai pernikahan yang ramah lingkungan di mana kedua mempelai merencanakan dan mengukur dampak ekologis yang mungkin dihasilkan dari pesta yang mereka selenggarakan.

Untuk mengurangi dampak-dampak tersebut, diperlukan perubahan pola serta kebiasaan baru menyangkut pilihan-pilihan atribut, jumlah undangan serta komponen-komponen lain dalam pesta pernikahan.

Sebelumnya, hal yang tak kalah penting untuk dilakukan lebih dulu adalah memberi pengertian kepada pihak keluarga untuk bisa menyelenggarakan konsep pernikahan sesuai keinginan dan menyampaikan betapa pentingnya konsep ini untuk dilakukan. Sebelum berkampanye ke orang lain tentu kita harus melakukannya ke keluarga terdekat terlebih dahulu, bukan?

Memang tidak mudah tapi jaman juga semakin berubah. Misalnya pun generasi orang tua kita masih susah menerima maka, kitalah yang harus menerapkan di pernikahan anak-anak kita nanti.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah mulai kebiasaan membatasi jumlah undangan atau dengan lain menggelar intimate wedding. Konsep pernikahan ini berskala kecil yaitu sebatas 20 hingga 50 orang saja.

Memang belum lumrah terjadi di negeri ini tapi tidak ada salahnya untuk mulai dibiasakan. Mulailah membayangkan pernikahan ala-ala Korea di mana tamunya hanya orang-orang terdekat yang benar-benar meluangkan waktu untuk hadir, mengikuti seluruh rangkaian acara serta bercengkerama duduk bersama pengantin sembari menyantap hidangan setelahnya.

Pesta yang seperti itu tentu lebih berkesan. Kita tak perlu mengundang teman SMP yang tak begitu kenal-kenal amat atau sudah puluhan tahun tak saling menyapa. Kita juga tidak perlu mengundang anaknya kakak dari adiknya ibunya si ini dan si itu. Cukup keluarga dekat, sahabat dekat dan beberapa orang kantor tempat kita bekerja. Itu saja cukup.

Dengan mengurangi undangan kita juga meminimalisir jumlah timbunan sampah yang mungkin dihasilkan sekaligus mendukung konsep zero waste.

Hal lain yang tak kalah penting adalah menghindari penggunaan plastik pada peralatan makan dan menggantinya dengan yang lebih ramah lingkungan atau yang bisa dicuci. Sering kita temui penggunaan mangkok plastik atau styrofoam di pernikahan-pernikahan. Hal ini tentunya menambah jumlah limbah sampah yang sudah ada.

Pemilihan undangan juga menjadi bahan pertimbangan. Lebih baik menggunakan undangan digital untuk mengurangi resiko sampah kertas dan plastik. Sudah lumrah sekali di negeri ini bahwa undangan pernikahan hanya akan berakhir di kantong sampah.

Bisa dibilang itu mubazir baik dari segi uang maupun kertas untuk hanya sekadar menyampaikan informasi. Memang, di masyarakat tertentu penggunaan undangan digital masih dianggap kurang sopan namun hal ini bisa diakali dengan mengundang secara langsung baik datang ke rumahnya atau melalui sambungan telepon.

Selanjutnya penting juga untuk memilih souvenir. Souvenir bisa menjadi cara jitu untuk mengkampanyekan pentingnya sustainable life. Contoh souvenir yang bisa dipilih antara lain botol minuman isi ulang, kantong belanja ramah lingkungan, serta tanaman atau paket benih.

Ketiganya menyuarakan untuk peduli terhadap lingkungan dengan cara menggunakan botol isi ulang ketika berpergian, membawa kantong sendiri ketika berbelanja hingga mulai kebiasaan menanam di rumah.

Tak kalah penting adalah memilih dekorasi panggung yang ramah lingkungan seperti pemakaian tanaman dan bunga asli dan menghindari dekorasi dengan bahan yang nantinya terbuang sia-sia.

Bagi mereka yang menggunakan jasa event organizer (EO), maka penting untuk memilih EO yang paham soal sustainable wedding serta berkomitmen untuk bisa menerapkannya.

Sungguh brilian bukan?! Melalui resepsi pernikahan bertema sustainable, si punya hajat sudah melakukan upaya penyelamatan bumi sementara tamu undangan pulang dengan mindset baru dan kepahaman mengenai pentingnya soal isu-isu penyelamatan lingkungan. Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui. Salam.

Sumber referensi;

kominfo

sipsn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun