Selain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sadarkah kita bahwa pesta semacam itu menimbulkan PR lain? Contohnya sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pengunjung akan menimbulkan tumpukan sampah organik. Wadah-wadah makanan berbahan plastik atau styrofoam juga akan menimbulkan semakin banyaknya tumpukan sampah anorganik.
Belum lagi, plastik souvenir, plastik bungkus undangan serta sisa sampah dekorasi yang juga makin menambah PR kita bersama. Semakin banyak undangan disebar, semakin banyak pula tumpakan sampah yang dihasilkan.
Sampah dinilai menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) 20 Maret 2023 lalu mengungkapkan mengenai keberlangsungan hidup generasi mendatang yang dinilai sangat mengkhawatirkan. Salah satu pemicu terbesarnya tak lain adalah soal sampah.
"Khusus sampah, dampaknya sangat besar karena memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Karenanya, meskipun terlihat sepele, namun langkah kongkrit itu berkontribusi besar dalam menahan laju perubahan iklim." Ujar beliau.
Data terbaru dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) tahun 2023 menyebut sampah di Indonesia sudah mencapai 17,4 juta ton pertahun. Dari jumlah tersebut 5,8 juta ton belum dikelola dengan baik.
Persoalan sampah bukan hanya milik pemerintah semata akan tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Kitalah yang menyebabkan angka-angka tersebut timbul dan terus naik setiap tahunnya. Jadi sudah selayaknya jika kita punya kesadaran untuk mengurangi serta memikirkan dampak setelahnya.
Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah menerapkan prinsip hidup berkelanjutan (sustainable life).
Prinsip hidup berkelanjutan bisa diartikan sebagai cara hidup perilaku dan pilihan sosial yang meminimalkan degradasi lingkungan (penggunaan sumber daya alam, emisi co2, limbah dan polusi) sekaligus mendukung pembangunan sosial -- ekonomi yang adil dan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua. (United Nation)
Secara mudahnya kita mulai menata kembali pola hidup dengan memulai kebiasaan tanpa mengesampingkan efek yang akan kita tuai di masa depan.
Mengapa Sustainable Wedding?
Konsep sustainable wedding semakin berkembang sejak maraknya isu global warming dan kerusakan lingkungan. Sayangnya konsep ini masih terbatas di kalangan tertentu yaitu mereka yang meyadari pentingnya isu-isu penyelamatan lingkungan saja.