Memang tidak mudah tapi jaman juga semakin berubah. Misalnya pun generasi orang tua kita masih susah menerima maka, kitalah yang harus menerapkan di pernikahan anak-anak kita nanti.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah mulai kebiasaan membatasi jumlah undangan atau dengan lain menggelar intimate wedding. Konsep pernikahan ini berskala kecil yaitu sebatas 20 hingga 50 orang saja.
Memang belum lumrah terjadi di negeri ini tapi tidak ada salahnya untuk mulai dibiasakan. Mulailah membayangkan pernikahan ala-ala Korea di mana tamunya hanya orang-orang terdekat yang benar-benar meluangkan waktu untuk hadir, mengikuti seluruh rangkaian acara serta bercengkerama duduk bersama pengantin sembari menyantap hidangan setelahnya.
Pesta yang seperti itu tentu lebih berkesan. Kita tak perlu mengundang teman SMP yang tak begitu kenal-kenal amat atau sudah puluhan tahun tak saling menyapa. Kita juga tidak perlu mengundang anaknya kakak dari adiknya ibunya si ini dan si itu. Cukup keluarga dekat, sahabat dekat dan beberapa orang kantor tempat kita bekerja. Itu saja cukup.
Dengan mengurangi undangan kita juga meminimalisir jumlah timbunan sampah yang mungkin dihasilkan sekaligus mendukung konsep zero waste.
Hal lain yang tak kalah penting adalah menghindari penggunaan plastik pada peralatan makan dan menggantinya dengan yang lebih ramah lingkungan atau yang bisa dicuci. Sering kita temui penggunaan mangkok plastik atau styrofoam di pernikahan-pernikahan. Hal ini tentunya menambah jumlah limbah sampah yang sudah ada.
Pemilihan undangan juga menjadi bahan pertimbangan. Lebih baik menggunakan undangan digital untuk mengurangi resiko sampah kertas dan plastik. Sudah lumrah sekali di negeri ini bahwa undangan pernikahan hanya akan berakhir di kantong sampah.
Bisa dibilang itu mubazir baik dari segi uang maupun kertas untuk hanya sekadar menyampaikan informasi. Memang, di masyarakat tertentu penggunaan undangan digital masih dianggap kurang sopan namun hal ini bisa diakali dengan mengundang secara langsung baik datang ke rumahnya atau melalui sambungan telepon.
Selanjutnya penting juga untuk memilih souvenir. Souvenir bisa menjadi cara jitu untuk mengkampanyekan pentingnya sustainable life. Contoh souvenir yang bisa dipilih antara lain botol minuman isi ulang, kantong belanja ramah lingkungan, serta tanaman atau paket benih.
Ketiganya menyuarakan untuk peduli terhadap lingkungan dengan cara menggunakan botol isi ulang ketika berpergian, membawa kantong sendiri ketika berbelanja hingga mulai kebiasaan menanam di rumah.
Tak kalah penting adalah memilih dekorasi panggung yang ramah lingkungan seperti pemakaian tanaman dan bunga asli dan menghindari dekorasi dengan bahan yang nantinya terbuang sia-sia.