Begitu masuk saya di sambut meja panjang dengan aneka lauk pauk yang sudah dipisahkan berdasarkan jenisnya. Ada kepala, sate kikil, babat, lidah, daging sengkel, paru, aneka gorengan, bungkusan emping dan perkedel.
Seorang pria paruh baya dengan rambut cepak mengenakan kaos kerah bergaris horizontal dengan paduan warna mint dan abu-abu terlihat sibuk di balik meja. Seorang pelanggan menunggunya menghitung. Melihat saya datang ia sigap memberikan kode untuk segera memilih lauk.
"Halal, Pak?" sebuah pertanyaan bodoh yang tiba-tiba saja terlontar dari mulut saya. Ya iyalah Re, namanya Yusuf lho, Yusuf!Â
Wait, jangan hujat saya! Maklum, sebelum datang ke Surya Kencana, Bu Iin dan Bu Efa mewanti-wanti saya untuk berhati-hati.
"Harus ekstra hati-hati ya Mbak, di sana banyak dijual B2, banyak yang nggak halal juga!" ucapnya dengan nada cemas tapi tegas. Jadi ya saya cuma berusaha hati-hati saja, he.
Si Bapak menjawab, "Insyaalah, Mbak," jawab si Bapak setelah mengelus dada seolah ingin berucap, "astagfirullah..."
Melihat aneka jeroan di depan mata, nyali saya pun menciut. Duh, kolesterol semua! Tak apalah, hari ini kolesterol saya liburkan!
Setelah membuat si Bapak menunggu lama akhirnya saya putuskan mengambil 2 potong daging dengan perkedel. Si Bapak memotong daging saya dengan buru-buru, menyiraminya dengan kuah kuning dan menambahkan bawang goreng dan seledri.
Ia memberi kode saya untuk mengambil nasi sendiri. Nasi-nasi tersebut sudah mereka bungkus dengan kertas nasi untuk memudahkan perhitungan harga. Takut tidak habis akhirnya saya hanya mengambil satu bungkus.