It's a beautiful night, we're looking for something dumb to do
Hey baby, I think I wanna marry you
Sudah susah-susah dilamar romantis dengan lagu Bruno Mars "Marry You", eee.. pas acara resepsi pernikahan lagu yang diputar malah lagunya Rhoma Irama "Mandul". Begitulah kira-kira realita yang terjadi di Indonesia.
Tak ada yang salah dengan lagu Pak Haji, semua legend dan ciamik, tak masalah pula dengan genrenya yang dangdut, cuma temanya lagu yang dipilih itu lho, kok "Mandul". Haduh.
Kejadian semacam ini masih kerap kita temukan di acara-acara pernikahan. Tak cuma "Mandul", beberapa judul lain sama seringnya berseliweran di telinga para tamu undangan. Sebutlah "Malam Terakhir", "Bojo Loro" dan "Kandas" atau yang genre pop ada lagu Armada berjudul "harusnya aku yang di sana."
Belum juga sampai lirik, dari judulnya saja sudah terdengar sadis. Ada lagi lagu yang sering terdengar di pernikahan masyarakat Jawa yaitu "Cucak Rowo".
Nah, kalau ini saya sendiri bingung apakah termasuk pantas atau tidak untuk dinyanyikan. Musiknya memang enak untuk didengar tapi liriknya cukup erotis dan kalau bahasa jawanya "Saru", menimbulkan rasa malu atau tidak pantas bagi pendengar khususnya kaum hawa.
Beberapa lirik "Cucak Rowo" mengkonotasikan pornografi seperti penggunaan perumpaan manuk itu sendiri yang artinya burung, buntut yang artinya ekor, dengan disandingkan dengan kata digoyang dan enak.
Tak kalah ketinggalan lagu "Wedhus" juga hadir untuk memeriahkan suasana. Nah kalau ini saya yakin liriknya sangat-sangat sarkas dan tidak pantas untuk didendangkan di pernikahan seseorang.
Mending tuku sate, timbang tuku wedhuse, mending gendakan, timbang dadi bojone, mangan sate ora mikir mburine, ngingu wedhus ndadak mikir sukete.
Artinya mending beli sate daripada beli kambing, mending selingkuhan ketimbang jadi suami istri, makan sate tidak perlu mikir ke belakangnya, memelihara kambing masih harus mikir untuk ngasih makan.