Di depan saya ada Lukman yang bekerja sebagai mekanik di sebuah perusahaan di Jakarta Utara, sementara sebelah saya persis ada seorang guru muda perempuan bernama Reni yang pernah mengabdikan diri menjadi guru di Maluku selama kurang lebih satu tahun.
Di depan Reni ada mas-mas yang saya lupa tanya namanya tapi dari cerita-ceritanya terdengar ia kerap dan senang sekali bepergian dengan menggunakan kereta api. Sayangnya si Mas tersebut harus turun lebih dulu di stasiun Cirebon Prujakan dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Majalengka.
Lukman dan Reni sendiri harus turun di stasiun Pekalongan. Dari stasiun Pekalongan mereka masih harus meneruskan perjalanan dengan motor kurang lebih 30-60 menit.
Begitu mereka semua turun barulah saya merebahkan diri dan tertidur hingga stasiun akhir yaitu stasiun Tawang.
Motis Utara tiba di stasiun Tawang sekitar pukul 22.00 WIB. Dari pintu keluar kami diarahkan untuk menuju parkiran motor di sebelah timur. Di sana sudah ada petugas Motis dan motor-motor yang belum diambil pemiliknya.
Tak seperti di stasiun sebelum-sebelumnya dimana loading motor membutuhkan waktu antara 30 hingga 15 menit, bagi peserta motis yang turun di Semarang Tawang justru harus menunggu sekitar 1 jam.
Petugas menyuruh kami untuk mengumpulkan lembar bukti penyerahan motor guna proses pengambilan motor. Bagi yang tidak sabar menunggu maka bisa langsung pulang dan mengambil motor di kemudian hari.
Setelah berpikir sejenak akhirnya saya putuskan untuk menunggu dan pulang dengan menggunakan motor. Sembari menunggu saya pun membeli Pop Mie dan Teh Kotak. Seperti peserta lain saya pun ikut menggelar kardus bekas bungkus motor untuk alas rebahan.