Jika minat baca meningkat maka akan dibarengi dengan meningkatnya jumlah permintaan serta kebutuhan akan buku bacaan. Kemudian, buku-buku akan diproduksi secara masal dan harga jual bisa lebih ditekan.
PR-nya adalah bagaimana membangun budaya membaca di tengah masyarakat yang sudah enjoy dengan berbagai hiburan gratis di ponsel mereka? Saya rasa ini akan menjadi PR bersama baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.Â
Kita perlu belajar dari beberapa negara dengan predikat tingkat literasi tinggi seperti Finlandia, Belanda, Swedia, Australia dan Jepang di mana budaya membaca sudah diterapkan dari semenjak bayi.
Di negara-negara tersebut keluarga yang mempunyai bayi baru lahir akan mendapat bingkisan paket buku bacaan.Â
Budaya membacakan cerita sebelum tidur juga dilakukan secara turun temurun sehingga konsep membaca menjadi sangat dekat sejak dari usia dini.
Kesuksesan budaya membaca juga tidak terlepas dari peran pemerintah yang memberikan perhatian serta dukungan melalui berbagai program-program seperti Reading Challenge di New South Wales serta menjadikan kegiatan membaca sebagai agenda rutin sebelum dan sesudah sekolah seperti di  Belanda.
Saya berharap kegiatan membaca buku di negeri ini bisa sangat meriah dengan dukungan dan perhatian dari banyak pihak terutama pemerintah. Seperti halnya ketika pemerintah mendukung berkembangnya e-sport dengan mengkampanyekannya melalui berbagai turnamen seperti penyelenggaraan Piala Presiden.
Memang kegiatan membaca bagi khalayak umum terdengar klasik dan membosankan, tapi jika dikampanyekan dengan cara milenial dan bekerja sama dengan publik figure yang tepat, siapa tahu bisa menarik minat masyarakat untuk membaca buku. Seperti halnya seorang Jerome Polin yang bisa membuat matematika menjadi konten menarik di YouTube dan TikTok.
Siapa tahu di beberapa tahun kemudian, kampanye membaca akan viral dan banyak ditemui diberbagai sosial media.Â
Siapa tahu masyarakat Indonesia nantinya akan lebih sering membaca, sesering kegiatan men-scroll akun tiktok dan instagram.Â
Yah, namanya juga berharap, sah-sah saja, kan?!