Mohon tunggu...
Vika lukita
Vika lukita Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswa UMB Telusuri Keberagaman Budaya di Pecinan Glodok

7 Januari 2025   12:13 Diperbarui: 7 Januari 2025   12:15 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa UMB, Kelas Pancasila (Dosen: Dr Rosmawaty Hilderiah Pandjaiatan, S.Sos., M.T., CPR., CICS) 

Pada hari Minggu, 22 Desember 2024 . Penulis selaku Mahasiswa Universitas Mercu Buana melakukan kunjungan pembelajaran tema sila ke- 3 yaitu "Persatuan Indonesia" dengan judul "Mahasiswa UMB Telusuri Keberagaman Budaya di Pecinan Glodok." sebagai rangka memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Kunjungan ini diselenggarakan sesuai dengan arahan dari Dr Rosmawaty Hilderiah Pandjaitan, S.Sos., M.T., CPR., CICS. , selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila.Kunjungan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mendalami sejarah dan keberagaman budaya yang beragam di kawasan pecinaan tertua di Jakarta.

Kawasan Pecinan Glodok dianggap sebagai pusat budaya Tionghoa yang kaya akan nilai sejarah. Dalam kunjungan ini, Mahasiswa melakukan kunjungan ke Gereja Katolik Santa Maria de Fatima, Vihara Dharma Jaya Toasebio, Vihara Dharma Sakti untuk mempelajari lebih lanjut tentang budaya dan sejarah yang ada di kawasan tersebut. Dan juga Mahasiswa UMB mengunjungi Petak 6 yang dikenal sebagai pusat kuliner, untuk mengeksplorasi ragam makanan khas yang ada di kawasan tersebut, ada juga Petak 9 yang merupakan kawasan Pasar Tradisional disana dan Pancoran Chinatown Point yang merupakan Pusat Perbelanjaan.

Kegiatan ini merupakan salah satu langkah Universitas Mercu Buana untuk menggabungkan pembelajaran akademik dengan pengalaman langsung di lapangan. Melalui kunjungan ini, mahasiswa UMB tidak hanya memperdalam pengetahuan tentang sejarah dan budaya, tetapi juga memperoleh wawasan penting mengenai nilai toleransi dalam membangun masyarakat yang berlandaskan pada Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Sosial Masyarakat Pecinaan Glodok.

Warisan budaya dan kuliner legendaris di Pecinaan

Gapura Chinatown Kawasan Pancoran Glodok
Gapura Chinatown Kawasan Pancoran Glodok

Pecinan Glodok, terletak di Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, dekat pusat kota dan mudah diakses dengan berbagai transportasi. Kawasan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan budaya Tionghoa, dengan sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia.

 

Sejarah Glodok, yang awalnya dikenal sebagai "Kampung Glodok," berasal dari kata Betawi yang berarti "tukang kayu" atau "tempat kayu dipotong," mengacu pada masa lalu ketika daerah ini merupakan pemukiman dan pusat perdagangan kayu. Pada abad ke-17, kawasan ini menjadi pusat pemukiman dan perdagangan bagi orang Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta). Di abad ke-19, Glodok berkembang pesat sebagai pusat perdagangan barang-barang dari Tiongkok, seperti rempah-rempah, tekstil, dan barang kebutuhan lainnya. Seiring bertambahnya jumlah penduduk Tionghoa, kawasan ini menjadi pusat kegiatan mereka, dengan banyak tempat ibadah seperti vihara dan klenteng, serta suasana yang kental dengan budaya Tionghoa, termasuk kuliner, arsitektur, dan festival keagamaan seperti Imlek.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Glodok tetap menjadi pusat budaya dan ekonomi Tionghoa meskipun mengalami perubahan sosial dan politik. Pada 1970-an, kawasan ini mulai dikenal sebagai pusat perbelanjaan elektronik, dan hingga kini tetap menjadi kawasan penting yang memadukan tradisi dan modernitas. Banyak vihara, klenteng, dan pasar yang menjual barang-barang Tionghoa di kawasan ini, menjadikannya sebagai pusat perbelanjaan, budaya, dan kegiatan keagamaan bagi masyarakat Tionghoa di Jakarta.

Mahasiwa Mercu Buana berkunjung ke beberapa tempat bersejarah di kawasan Glodok, seperti tempat beribadah dan tempat kuliner. Berikut destinasi yang dikunjungi :

1. Vihara Dharma Bhakti 

Vihara Dharma Bhakti
Vihara Dharma Bhakti

Vihara Dharma Bhakti adalah salah satu vihara yang terletak di kawasan Pecinan Glodok, Jakarta Barat. Vihara ini juga dikenal dengan nama Vihara Kim Tek Ie, yang merupakan tempat ibadah umat Buddha yang sangat bersejarah. Dibangun pada tahun 1650, vihara ini merupakan vihara tertua di Jakarta dan salah satu yang paling ikonik.

Vihara Dharma Bhakti memiliki arsitektur yang khas, dengan nuansa tradisional Tionghoa yang sangat kental. Di dalam vihara, kamu akan menemukan patung-patung dewa dan ornamen khas Buddha yang dihiasi dengan warna emas dan merah. Pemandangan di sekitar vihara ini juga sangat menarik, terutama ketika ada berbagai perayaan keagamaan atau festival yang sering diadakan, seperti perayaan Imlek.

Tidak hanya sebagai tempat ibadah, Vihara Dharma Bhakti juga menjadi simbol sejarah dan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Masyarakat Tionghoa di sekitar Glodok sering kali datang ke vihara ini untuk berdoa, bersembahyang, atau mengikuti kegiatan keagamaan lainnya. Selain itu, vihara ini juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi mereka yang ingin mempelajari kebudayaan dan sejarah Tionghoa di Jakarta.

"Melihat bagaimana masyarakat begitu menghormati tradisi di vihara ini membuat saya sadar pentingnya menjaga budaya kita sendiri. Ada nilai yang sangat dalam tentang bagaimana kebersamaan tercipta di sini." ujar Maesa Fadillah Rizky selaku Mahasiswa Mercu Buana

2. Gereja Santa Maria de Fatima 

Gereja Katolik Santa Maria de Fatima
Gereja Katolik Santa Maria de Fatima

Selanjutnya ada Gereja Santa Maria de Fatima yang juga menawarkan pengalaman berbeda dalam menjelajahi keberagaman budaya dan agama di kawasan Pecinan, Jakarta. Gereja ini terletak di jalan yang sama dengan Vihara Dharma Bhakti dan menjadi salah satu ikon gereja Katolik yang cukup terkenal di kawasan tersebut.

Gereja Santa Maria de Fatima memiliki arsitektur yang cukup khas dengan nuansa modern namun tetap mempertahankan ciri-ciri tradisional gereja Katolik. Didirikan pada tahun 1960, gereja ini didedikasikan untuk Santa Maria, yang dikenal sebagai Bunda Maria dalam iman Katolik, yang juga merujuk pada penampakan Bunda Maria di Fatima, Portugal. Gereja ini sering kali menjadi tempat ibadah bagi umat Katolik, terutama bagi mereka yang tinggal di sekitar Glodok.

Keistimewaan gereja ini terletak pada suasana yang tenang dan damai, yang sangat cocok untuk berdoa dan merenung. Selain itu, gereja ini juga sering mengadakan misa, kegiatan keagamaan, dan berbagai acara komunitas Katolik yang menyatukan umat dalam semangat kebersamaan. Pemandangan di dalam gereja sangat indah dengan ukiran dan lukisan yang menggambarkan kisah-kisah dalam kehidupan Bunda Maria dan Yesus.

3. Vihara Dharma Jaya Toasebio 

Vihara Dharma Jaya Toasebio
Vihara Dharma Jaya Toasebio

Tidak jauh dari lokasi Gereja Santa Maria de Fatima terdapat Vihara Dharma Jaya Toasebio, sebuah vihara yang juga memiliki makna penting dalam kehidupan spiritual umat Buddha di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Vihara ini, seperti halnya gereja, menjadi tempat yang sangat dihormati bagi komunitas Tionghoa, terutama bagi mereka yang memeluk agama Buddha.

Vihara Dharma Jaya Toasebio memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak awal abad ke-20. Dikenal dengan desain arsitektur yang memadukan gaya Tionghoa klasik dengan nuansa spiritual, vihara ini menjadi tempat yang sempurna bagi umat untuk berdoa, bersembahyang, serta menjalani kehidupan spiritual. Dengan dominasi warna merah dan emas, suasana di dalam vihara sangat sakral dan memberikan kedamaian bagi setiap pengunjung yang datang untuk bermeditasi atau beribadah.

Di vihara ini, berbagai patung Buddha dan arca-arca yang menggambarkan ajaran Buddha bisa ditemukan di seluruh area. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, vihara ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang aktif, seperti pengajaran ajaran Buddha, meditasi, hingga perayaan hari-hari besar agama Buddha, seperti Waisak. Banyak umat yang datang untuk mengikuti berbagai acara keagamaan yang diadakan oleh vihara ini, termasuk ceramah dan pelatihan spiritual.

Keberadaan Vihara Dharma Jaya Toasebio juga memberikan dampak positif dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar. Selain menjadi tempat ibadah, vihara ini juga menjadi wadah bagi umat Buddha untuk berinteraksi, membangun kebersamaan, serta turut serta dalam berbagai kegiatan sosial yang sering diadakan oleh vihara. Melalui acara-acara ini, umat dapat mempererat ikatan sosial dan memperdalam pengertian mereka tentang ajaran Buddha.

4. Petak Enam 

Petak Enam
Petak Enam

Setelah itu ada kawasan sekitar Petak Enam, yang terkenal dengan kekayaan budaya dan kuliner khas Tionghoa. Di sini, suasana Pecinan semakin terasa kental, dengan berbagai pilihan makanan yang menggugah selera dan memperkaya pengalaman budaya.

Petak Enam memang dikenal sebagai pusat kuliner Tionghoa yang sudah ada sejak lama, menawarkan berbagai hidangan autentik yang bisa kamu nikmati sambil meresapi suasana sekitar. Salah satu hidangan yang paling ikonik di sini adalah bakmi nippon, yang memiliki cita rasa khas dengan bumbu yang kaya dan tekstur mie yang kenyal. Selain itu, ada juga pilihan siomay dan dimsum yang menjadi favorit banyak orang, dihidangkan dengan kuah kaldu yang segar dan bahan-bahan yang berkualitas.

Salah satu daya tarik lainnya adalah berbagai toko yang menjual barang-barang tradisional Tionghoa, mulai dari pernak-pernik kerajinan tangan hingga barang-barang yang memiliki nilai sejarah. Jika kamu suka berbelanja, Petak Enam juga menawarkan tempat untuk menemukan barang-barang unik yang sulit ditemukan di tempat lain, menciptakan kesan tersendiri tentang kekayaan budaya Tionghoa di Jakarta.

Petak Enam bukan hanya tentang kuliner, namun juga tentang atmosfer yang membawa kamu lebih dekat dengan warisan budaya Tionghoa yang telah hidup berdampingan dengan berbagai komunitas di Jakarta. Dari kuliner hingga perayaan keagamaan, kawasan ini mencerminkan betapa beragamnya kehidupan di Jakarta, dengan setiap tempat ibadah dan aktivitas sosialnya saling melengkapi dalam menciptakan keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama.

"Bukan cuma makanannya yang bikin betah, tapi juga suasananya. Ini tempat yang sempurna buat santai sambil menikmati budaya lewat kuliner."  Ungkap Vika Lukita PurnamaSari salah satu Mahasiswa Universitas Mercu Buana

5. Petak Sembilan

Kawasan Pasar Tradisional Petak Sembilan
Kawasan Pasar Tradisional Petak Sembilan

Setelah menikmati suasana Petak Enam dengan segala kekayaan kuliner dan budayanya, kini saatnya melangkah ke Petak Sembilan, yang menawarkan pengalaman berbeda, lebih tradisional, dan lebih mengarah pada kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa tempo dulu. Terletak tidak jauh dari Petak Enam, kawasan Petak Sembilan memiliki pesona yang lebih klasik, memberikan gambaran tentang Jakarta pada masa lalu dengan bangunan-bangunan tua yang masih terjaga hingga kini.

Petak Sembilan terkenal dengan suasana pasar tradisionalnya yang ramai dan penuh warna. Berbeda dengan Petak Enam yang lebih modern dengan nuansa kuliner khas, Petak Sembilan lebih fokus pada aktivitas pasar tradisional dan kerajinan tangan. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai barang antik, pernak-pernik khas Tionghoa, dan berbagai jenis bahan makanan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di kawasan tersebut. Suasana pasar yang sempit, dengan pedagang yang ramah, menciptakan atmosfer yang lebih intim dan menghidupkan kembali kenangan akan Jakarta yang lebih sederhana.

Selain itu, Petak Sembilan juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas Tionghoa yang lebih mengutamakan tradisi dan kegiatan sosial. Di sini, kamu bisa melihat berbagai acara atau ritual keagamaan yang diadakan secara rutin, seperti perayaan Cap Go Meh dan berbagai acara budaya yang menjaga tradisi leluhur mereka tetap hidup. Kegiatan ini berbeda dari Petak Enam yang lebih identik dengan kuliner, di Petak Sembilan, kamu akan lebih banyak menemukan sisi tradisional yang memadukan aspek kehidupan sehari-hari dengan unsur budaya Tionghoa yang kental.

Menelusuri kawasan ini juga memungkinkan kamu untuk lebih mengenal berbagai toko barang kuno, termasuk toko kelontong yang sudah berdiri selama bertahun-tahun, menjual bahan-bahan masakan Tionghoa, atau benda-benda yang digunakan untuk upacara keagamaan. Banyak pengunjung yang datang ke Petak Sembilan bukan hanya untuk berbelanja, tetapi juga untuk merasakan atmosfer sejarah dan tradisi yang masih terasa kuat di setiap sudut kawasan ini.

6. Pancoran Chinatown Point

Mall Pancoran Chinatown Point
Mall Pancoran Chinatown Point

Tempat terakhir yaitu Pancoran Chinatown Point adalah salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di kawasan strategis Pancoran, Jakarta Selatan, yang memadukan konsep modern dengan nuansa budaya Tionghoa yang khas. Sebagai pusat perbelanjaan yang baru, Chinatown Point menawarkan pengalaman berbelanja yang unik, dengan sentuhan estetika Tionghoa yang kental, namun tetap dilengkapi dengan fasilitas modern yang menarik bagi pengunjung.

Chinatown Point didesain dengan konsep yang mengutamakan kenyamanan pengunjung, dengan berbagai macam toko yang menjual barang-barang tradisional dan kontemporer. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai produk khas Tionghoa, seperti pernak-pernik tradisional, pakaian, hingga barang antik yang dapat membawa nuansa budaya Tionghoa ke dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Chinatown Point juga memiliki berbagai restoran yang menyajikan hidangan Tionghoa autentik, dari dimsum hingga menu-menu khas lainnya yang sudah terkenal di kalangan pengunjung.

Salah satu daya tarik utama Chinatown Point adalah kemampuannya menggabungkan suasana modern dengan atmosfer Chinatown yang masih terasa kental. Desain interior pusat perbelanjaan ini menciptakan suasana yang hangat dan mengundang, dengan sentuhan warna merah dan emas yang identik dengan simbolisme budaya Tionghoa. Pengunjung bisa merasakan pengalaman berbelanja yang berbeda, dengan lingkungan yang nyaman namun tetap mempertahankan akar budaya yang membuat Chinatown Point begitu khas.

Selain sebagai tempat berbelanja, Chinatown Point juga menjadi lokasi yang sering mengadakan acara dan kegiatan budaya yang memperkenalkan tradisi Tionghoa kepada masyarakat luas. Berbagai acara seperti festival Imlek, perayaan Cap Go Meh, serta pertunjukan seni dan budaya lainnya sering diselenggarakan di sini, menambah keunikan pusat perbelanjaan ini sebagai destinasi yang tidak hanya untuk berbelanja, tetapi juga untuk menikmati keberagaman budaya.

Kunjungan Mahasiswa Universitas Mercu Buana ke Pecinan Glodok memberikan wawasan berharga tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ke-3 "Persatuan Indonesia," dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Di tengah keragaman agama, budaya, dan sosial, masyarakat Glodok menunjukkan bahwa persatuan Indonesia bukanlah sekadar sebuah slogan, tetapi sesuatu yang dapat diwujudkan dalam interaksi sehari-hari. Setiap destinasi yang dikunjungi, mulai dari vihara hingga pasar tradisional, mengajarkan kita bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, tetapi sebuah kekayaan yang memperkaya kehidupan bangsa.

Keberagaman yang ada di Pecinan Glodok menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang kuat karena kemampuannya untuk menghargai dan merayakan perbedaan. Dengan menghidupkan nilai-nilai gotong royong, toleransi, dan saling menghormati, masyarakat di Glodok tidak hanya mempererat persatuan, tetapi juga membangun solidaritas yang kokoh di antara sesama. Ini adalah contoh nyata bagaimana persatuan Indonesia bisa terwujud dalam kehidupan sehari-hari, meskipun di tengah beragamnya latar belakang budaya dan agama.

Melalui pengalaman ini, kita diajarkan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang membimbing kita dalam merayakan keberagaman. Dengan terus menjaga dan merayakan perbedaan, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperkuat fondasi persatuan yang menjadi kekuatan sejati bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus, sudah saatnya kita menjaga dan merawat keberagaman ini dengan penuh rasa hormat, agar Indonesia tetap menjadi negara yang harmonis, toleran, dan kuat dalam persatuannya. 

Akhir kata, penulis ingin menyampaikan permintaan maaf apabila ada kekurangan dalam penyampaian artikel ini. Penulis berharap, melalui tulisan ini, pembaca dapat lebih memahami dan menghargai pentingnya menjaga keberagaman di Indonesia. Semoga nilai-nilai Pancasila dapat terus menginspirasi kita semua untuk merayakan perbedaan dan memperkuat persatuan demi masa depan Indonesia yang lebih harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun