Gunung Tambora yang sanggup ditaklukkan puncaknya lima bulan sebelumnya membuat saya agak meremehkan Rinjani. Jadi telah jelas terbukti bahwa mempertahankan prestasi jauh lebih sulit dibanding meraihnya. Pendakian Tambora yang juga difasilitasi BNI adalah pendakian pertama dalam hidup saya. Usia yang sudah mendekati paruh baya membuat saya bersungguh-sungguh dalam persiapan di Tambora. Ketika menghadapi Rinjani, saya menjadi sedikit santai karena “merasa bisa”. Latihan fisik sering saya tunda-tunda. Hingga akhirnya hanya mendapat waktu latihan efektif selama satu minggu saja. Itulah bentuk kesalahan yang nyata. Sebuah pelajaran yang menjadi poin berharga ketiga.
Bersama hashnya, BNI cabang Sumbawa Besar tetap melakukan kegiatan rutin hingga sekarang. Mutasi pegawai dalam lingkup BNI membuat dinamika keanggotaan hash pun tinggi. Anggota yang tidak lagi tinggal di Sumbawa Besar biasanya tetap merasakan ikatan persaudaraan dengan anggota hash kota itu. Kekuatan itu akan tetap diuji dengan jarak yang jauh. Minat yang besar akan mendorong mereka yang jauh untuk datang kembali ke Sumbawa Besar. Mereka datang dengan suka rela untuk bergabung dalam kegiatan besar hash seperti mendaki gunung atau pertemuan rutin tingkat nasional. Setiap tahun selalu ada pertemuan rutin tingkat nasional. Pertemuan diadakan bergiliran di berbagai kota di Indonesia. Minat yang sama akan meleburkan anggotanya di sana tanpa sekat SARA. Mereka bertemu dan langsung berbaur melakukan petualangan dan perjalan. Terjadi saling menantang kekuatan fisik yang membuat suasana kompetisi menggembirakan. Betapa indah dinamika seperti itu. Terimakasih Tuhan, terimakasih BNI.
Penulis :
Amalia Tri Agustini (dalam rangka #69TahunBNI)
Sumbawa Besar ~ NTB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H