Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Politik

PDIP Akan Menggantikan Gerindra Sebagai Partai Oposisi Pemerintahan Jokowi?

10 Januari 2016   18:39 Diperbarui: 10 Januari 2016   19:36 3369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Jokowi didampingi Ketum PDIP saat menghadiri Rakernas 2016 (Foto : liputan6.com)

KMP memang KMPret, waktu pilpres 2014 gembar-gembor akan menjadi partai koalisi permanen yang akan solid sebagai oposisi pemerintahan Jokowi-JK, dan belum genap setahun saja sudah pada berantakan partai yang tergabung di dalamnya. PPP terbelah dua, Golkar terbagi dua, PAN menyatakan mendukung pemerintahan Jokowi, disusul PKS menghadap Jokowi dengan istilah baru sebagai OPOSISI LOYAL yang mendukung pemerintah. Jadi Partai Gerindra tinggal CLINGAK-CLINGUK sendirian dan Fadli Zon cuma bisa omong sama ember yang diisi air penuh biar tampak hebat dan menang melulu dalam berdebat.

Sejatinya dalam pertemuan antara Prabowo dan Jokowi di Istana Bogor, Prabowo Subianto pun sudah membuat pernyataan akan mendukung Jokowi dalam mengambil keputusan terkait isu soal kisruh BG dan percakapan of the record lainnya. Ringkasnya Prabowo mendukung Jokowi tapi tidak bisa tegas dalam mengendalikan partai koalisinya, akibatnya Prabowo DIRAGUKAN KEMAMPUANNYA oleh partai koalisinya dan satu persatu meninggalkannya.

Ada isu yang mengatakan pada saatnya nanti Gerindra akan ikut bergabung mendukung pemerintahan Jokowi, mestinya tanpa syarat, tapi bila Gerindra mempunyai permintaan yang bisa dikabulkan Jokowi, ini terkait dengan pembicaraan of the record antara Prabowo dan Jokowi. Gonjang-ganjing memang diperlukan untuk mendata mana PENGACAU yang sebenarnya, agar Jokowi dan Prabowo bisa melakukan serangan balik diam-diam, OPERASI SENYAP antara dua tokoh yang kemarin bersaing dalam pilpres 2014 yang tidak banyak diketahui umum ini menyimpan nilai seni politik yang cantik.

Saat pertemuan di Istana Bogor Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto (Foto:www.merdeka.com)

PDIP Marah

Lalu bagaimana dengan KIH yang masih solid ini? Kelihatannya solid tapi bergolak di dalamnya, peran utamanya masih dipegang Megawati tentunya, sebab Megawati tercatat sebagai ketua partai TERTUA di Indonesia, maka selalu dituakan oleh para ketua partai yang tergabung dalam KIH.

Hubungan Jokowi dengan Megawati (PDIP) seperti orang pacaran yang putus nyambung, bila lagi panas hubungannya jelek, bila lagi dingin saling merindu. Konon Megawati pernah marah pada petinggi KIH, ini terungkap dalam rekaman "Papa Minta Saham" oleh mafia minyak Riza Chalid, terkait dengan keinginan Megawati untuk meloloskan BG sebagai Kapolri. Namun Jokowi malah berpihak pada SUARA RAKYAT yang tidak menghendaki Budi Gunawan menjadi Kapolri.

Padahal BG didukung penuh PDIP dan koalisi KMP, sementara Prabowo Subianto mengatakan mendukung penuh keputusan Jokowi dalam soal itu. Begitulah permainan KECEBONG NAIK KUDA yang tidak banyak dipahami para politisi itu.

Tentu saja cerita lanjutan dari pergantian Kapolri masih berlanjut di Juni 2016 nanti, dipastikan MEMANAS kembali. Dan ini bisa menjadi momentum Gerindra untuk mendukung penuh keputusan Jokowi dalam pemilihan itu. PDIP pasti akan kesal bila akhirnya koalisi KMP tidak mendukungnya lagi. Bisa jadi PDIP akan melakukan serangan balasan kepada Jokowi dan siap menggantikan posisi KMP sebagai PARTAI OPOSISI pemerintah.

Gerindra memang tidak bakalan tahan menjadi partai oposisi, karena pengalamannya masih minim, maklum partai baru dan citranya akhir-akhir ini malah dirusak dengan Fadli Zon yang BANYAK BACOT itu. Sementara PDIP sudah pengalaman menjadi partai oposisi selama 10 tahun pemerintahannya SBY. Dan 32 tahun saat masih bernama PDI sudah berani melawan ORBA-nya Soeharto sampai berdarah-darah dengan peristiwa KUDA TULI-nya itu.

Jokowi Akan Dijatuhkan PDIP?

Bisa jadi bandul politik akan berbalik arah, kemarin PDIP mencalonkan dan mendukung penuh Jokowi untuk menjadi RI 1, ketika berlaku KOPPIG padahal sudah sering disindir sebagai PETUGAS PARTAI, apa boleh buat, PDIP akan melancarkan serangan baliknya yaitu menjadi partai oposisi lagi?

Artinya Jokowi sudah tidak mau mematuhi perintah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri yang terkenal sebagai ketua partai tertua di dunia dan akherat itu. Sebagai tindakan awalnya, si ONENG Rieke Diah Pitaloka dan si OON Effendi Simbolon maupun gerombolan DUNG DUNG PRET lainnya, sering melakukan "serangan" ke arah Jokowi.

Illustrasi

Rekan Seperjuangan

Kenapa si OON dan si ONENG yang dulu menjadi rekan seperjuangan dalam PILKADAL kini bisa berbalik menyerang Jokowi yang SETIA KAWAN membantu keduanya saat maju jadi calon gubernur?

Popularitas Jokowi nyatanya tak bisa mendongkrak suara si OON dan si ONENG, walau Jokowi sudah menjadi JURKAM mereka. Padahal keduanya sangat berharap bisa tertular popularitas Jokowi yang dipercaya publik itu, nyatanya tidak berhasil. Kenapa bisa demikian?

Popularitas Jokowi itu BUKAN karena PENCITRAAN melainkan KINERJANYA lewat jurus BLUSUKAN. Jadi si OON dan si ONENG sudah melakukan strategi yang tidak pas jika berharap Jokowi bisa menaikkan citra mereka, sebab Jokowi berjuang tidak mencari citra melainkan dengan kerja, kerja, dan KERJA.

Kegagalan si OON dan si ONENG bukan lantaran Jokowi gagal berkampanye, tapi rakyat pemilihnya TIDAK TAHU apa HASIL KERJA Rieke Diah Pitaloka dan Effendi Simbolon ini? Rakyat tidak mengenal reputasi hasil kerja Diah Pitaloka dan Effendi Simbolon, makanya rakyat tidak berminat untuk memilihnya.

Kegagalan si OON dan si ONENG akan terobati bila Jokowi menjadikan mereka jadi MENTERI di Kabinet Kerja. Harapan yang begitu besar itu ternyata tak menjadi kenyataan, sebab Jokowi tidak mau memilih mereka karena juga TIDAK TAHU hasil kerja mereka itu apa? Bagaimana mau dimasukkan ke KABINET KERJA yang dibentuknya itu kalau kinerjanya belum jelas?

Kekecewaan atas harapan yang tak terkabulkan itu membuat mereka pun GAGAL MOVE ON, si OON dan si ONENG pun menampakkan wujud aslinya, sering mengancam dan mencela Jokowi bak musuh yang begitu dibencinya. Begitulah rekan seperjuangan yang hanya mencari PAMRIH itu, tidak tulus dalam dukungannya, tapi hanya mengincar jabatan saja.

Namun dalam politik, kejadian tersebut bisa dilihat dari sudut pandang yang lain, si OON dan si ONENG bisa saja sedang berperan untuk menunjukkan citra PDIP yang tetap KRITIS pada pemerintahan yang ada, walau presidennya kader PDIP sekalipun.

Permainan PDIP

Permainan PDIP untuk menuju kursi oposisi sejati akan mulai terkuak dalam Rakernas PDI-P 2016 pada 10-12 Januari ini. Agenda mereka membahas usulan mengandemen UUD 1945. Tujuannya, mengembalikan MPR sebagai lembaga tertinggi negara, sesuai model kontruksi yang pernah digagas Soekarno demi mewujudkan pembangunan Trisakti Indonesia Raya.

Mengembalikan fungsi MPR yang selama ini dianggap tidak jelas, yang jelas cuma menghabiskan duit saja tuh, sebagai lembaga tertinggi negara. Secara politik bisa terbaca gerak langkah PDIP ini untuk mengarahkan agar MPR mempunyai kewenangan memberhentikan Presiden Jokowi, alasan bisa dicari-cari yang masuk akal, misalnya Jokowi dianggap melanggar konstitusi karena menyerahkan harga BBM pada harga pasar.

Demi suksesnya MELENGSERKAN JOKOWI Fraksi PDIP tentu akan menggalang dukungan partai-partai di parlemen, nah dari sini akan terlihat partai mana yang TETAP SETIA mendukung Jokowi dan yang menunjukkan WUJUD ASLINYA sebagai partai MUNAFIK.

Tentu saja yang kita harapkan, SEMUA partai tetap mendukung pemerintahan Jokowi-JK, dan PDIP tetap solid membela Jokowi demi tercapainya Nawacita yang dicita-citakan bersama itu. Semoga mereka tidak mudah diadu domba para petualang politik dan mafia berkedok suci dan mulia itu. Kebersamaan semua partai adalah KEMAJUAN BERSAMA dalam mempercepat Indonesia Hebat di masa depan dengan lebih baik dan damai.

Salam NKRI Raya!

 

Illustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun