Presiden Jokowi didampingi Ketum PDIP saat menghadiri Rakernas 2016 (Foto :Â liputan6.com)
KMP memang KMPret, waktu pilpres 2014 gembar-gembor akan menjadi partai koalisi permanen yang akan solid sebagai oposisi pemerintahan Jokowi-JK, dan belum genap setahun saja sudah pada berantakan partai yang tergabung di dalamnya. PPP terbelah dua, Golkar terbagi dua, PAN menyatakan mendukung pemerintahan Jokowi, disusul PKS menghadap Jokowi dengan istilah baru sebagai OPOSISI LOYAL yang mendukung pemerintah. Jadi Partai Gerindra tinggal CLINGAK-CLINGUK sendirian dan Fadli Zon cuma bisa omong sama ember yang diisi air penuh biar tampak hebat dan menang melulu dalam berdebat.
Sejatinya dalam pertemuan antara Prabowo dan Jokowi di Istana Bogor, Prabowo Subianto pun sudah membuat pernyataan akan mendukung Jokowi dalam mengambil keputusan terkait isu soal kisruh BG dan percakapan of the record lainnya. Ringkasnya Prabowo mendukung Jokowi tapi tidak bisa tegas dalam mengendalikan partai koalisinya, akibatnya Prabowo DIRAGUKAN KEMAMPUANNYA oleh partai koalisinya dan satu persatu meninggalkannya.
Ada isu yang mengatakan pada saatnya nanti Gerindra akan ikut bergabung mendukung pemerintahan Jokowi, mestinya tanpa syarat, tapi bila Gerindra mempunyai permintaan yang bisa dikabulkan Jokowi, ini terkait dengan pembicaraan of the record antara Prabowo dan Jokowi. Gonjang-ganjing memang diperlukan untuk mendata mana PENGACAU yang sebenarnya, agar Jokowi dan Prabowo bisa melakukan serangan balik diam-diam, OPERASI SENYAP antara dua tokoh yang kemarin bersaing dalam pilpres 2014 yang tidak banyak diketahui umum ini menyimpan nilai seni politik yang cantik.
PDIP Marah
Lalu bagaimana dengan KIH yang masih solid ini? Kelihatannya solid tapi bergolak di dalamnya, peran utamanya masih dipegang Megawati tentunya, sebab Megawati tercatat sebagai ketua partai TERTUA di Indonesia, maka selalu dituakan oleh para ketua partai yang tergabung dalam KIH.
Hubungan Jokowi dengan Megawati (PDIP) seperti orang pacaran yang putus nyambung, bila lagi panas hubungannya jelek, bila lagi dingin saling merindu. Konon Megawati pernah marah pada petinggi KIH, ini terungkap dalam rekaman "Papa Minta Saham" oleh mafia minyak Riza Chalid, terkait dengan keinginan Megawati untuk meloloskan BG sebagai Kapolri. Namun Jokowi malah berpihak pada SUARA RAKYAT yang tidak menghendaki Budi Gunawan menjadi Kapolri.
Padahal BG didukung penuh PDIP dan koalisi KMP, sementara Prabowo Subianto mengatakan mendukung penuh keputusan Jokowi dalam soal itu. Begitulah permainan KECEBONG NAIK KUDA yang tidak banyak dipahami para politisi itu.
Tentu saja cerita lanjutan dari pergantian Kapolri masih berlanjut di Juni 2016 nanti, dipastikan MEMANAS kembali. Dan ini bisa menjadi momentum Gerindra untuk mendukung penuh keputusan Jokowi dalam pemilihan itu. PDIP pasti akan kesal bila akhirnya koalisi KMP tidak mendukungnya lagi. Bisa jadi PDIP akan melakukan serangan balasan kepada Jokowi dan siap menggantikan posisi KMP sebagai PARTAI OPOSISI pemerintah.
Gerindra memang tidak bakalan tahan menjadi partai oposisi, karena pengalamannya masih minim, maklum partai baru dan citranya akhir-akhir ini malah dirusak dengan Fadli Zon yang BANYAK BACOT itu. Sementara PDIP sudah pengalaman menjadi partai oposisi selama 10 tahun pemerintahannya SBY. Dan 32 tahun saat masih bernama PDI sudah berani melawan ORBA-nya Soeharto sampai berdarah-darah dengan peristiwa KUDA TULI-nya itu.