Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Dalam perpisahan senja lebih bijaksana Ia pergi dengan keindahan sedang kita berpisah tapi masih bersatu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Your Mother in Love

28 Februari 2023   12:38 Diperbarui: 28 Februari 2023   12:39 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mah aku jatuh cinta dengan Narwatsu, kalau boleh, Narwatsu ingin main ke rumah sama keluarganya ke sini Minggu ini" ucap Maryam putri sulungku yang sudah berusia 25 Tahun.

Bulu kudukku rasanya merinding saat mendengar perasaaan jatuh cinta anak gadisku itu. Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. "Siapa nama Ayahnya Narwatsu" tanyaku pelan. "Narwatsu anaknya pak Mehmet warung makan ayam goreng Pete di pertigaan Jalan Pugeran.

Jantungku rasanya mau copot mendengar nama Pak Mehmet warung ayam goreng Pete di pertigaan jalan bekas swalayan Maga itu. Aku tahu ini adalah tentang perasaan di masa lalu.

Apakah perasaan di masa laluku ini belum berakhir, haruskah ku ceritakan perasaan ini kepada Maryam putriku. Pikiranku sungguh penuh.

"Mah, Mah " Ucap Maryam mengagetkan lamunanku yang jauh. Dari raut wajahnya aku tahu benar, jika Maryam benar-benar sedang kasmaran, sama sepertiku dahulu. Saat aku sedang kasmaran dengan Mehmet ayah dari Narwatsu.

Saat  nama Mehmet disebut kembali dan ia adalah ayah dari seorang anak lelaki yang dicintai oleh anak gadisku rasanya aku bimbang bukan kepalang.

Saat itu aku memutuskan untuk tidak menerima perasaan Mehmet padaku karena saat itu aku sedang menjalin kasih dengan Abdul Mahmud ayah dari Maryam putriku. Saat itu aku sudah hampir lamaran saat Mehmet datang dalam kehidupanku. Saat itu bersama Mehmet terasa segar dan menggembirakan. Aku merasakan cinta yang berdebar-debar. 

Tidak seperti dengan Abdul Mahmud aku menjalin asmara dengannya karena sebuah komitmen untuk hidup berkeluarga dengannya untuk memiliki keturunan yang shalih dan shalihah. Jadi saat itu aku secara sadar dan serius menjalin hubungan asmara deng Abdul Mahmud untuk tujuan pernikahan dan keberlangsungan keturunan.

Abdul Mahmud pria yang baik, teguh pendirian terhadap prinsip agama, Halal Haram masalah uang sangat ia jaga. Jadi tidak ada alasan aku menolaknya. Ia pun tidak pernah mengajakku macam-macam walau hanya sekedar pergi berdua. ia bekerja dengan luar biasa agar bisa menikahiku segera. Sayangnya saat itu aku terjebak pada hubungan tanpa status dengan Mehmet pemilik warung makan ayam goreng Pete itu kini.

Saat Abdul Mahmud bekerja mengumpulkan kepingan rupiah agar bisa menikahiku, aku sering terlibat beberapa acara dengan Mehmet. Awalnya aku hanya merasa nostalgia bertemu Mehmet kembali setelah hampir 8 tahun tidak berjumpa. Mehmet adalah Remaja Masjid yang dulu aku lihat sangat taat terhadap perintah Allah dan Rasulnya. Tapi Mehmet yang ku jumpai hari itu adalah Mehmet yang lain. Seorang Pria yang tidak lagi taat kepada Allah dan Rasulnya tapi begitu memperlakukanku sebagai seorang layaknya putri.

Awalnya aku selalu bertemu dengan Mehmet dengan teman-temanku atau teman-temannya. Tidak ada yang istimewa dari semua pertemuan itu. Hingga suatu saat aku datang ke rumah Mehmet seorang diri untuk memberi amplop berisi uang atas jasanya membuat desain logo untuk toko permenku hari ini.

Jika hanya mengikuti perasaanku saja, saat itu aku pun ingin berlari ke arah Mehmet dan berkata "yes" aku akan hidup bersamamu di sisa usia yang ku miliki. Justru yang kulakukan sebaliknya. Aku menolak perasaannya dan tetap bersama dengan Abdul Mahmud untuk sebuah alasan setia pada sebuah janji yang sudah pernah ada. 

"Ojo Kabari aku,nek koe nikah Karo Abdul Mahmud" Jangan kabari aku jika kamu menikah dengan Abdul Mahmud pesan terakhir yang diucapkan oleh Mehmet untukku. 

"Jangan mengeluh kepadaku, jika kau menyesal dengan pilihanmu nanti" ucap Mehmet dengan  nada kemarahan pada suaranya. Aku tahu hal ini tidak sederhana.

Lantas bagaimana aku harus bersikap dan mengambil keputusan untuk hubungan asmara putriku ini. Akankah aku mengijinkan putriku bersama Narwatsu putra dari pak Mehmet Mantan kekasihku yang putus sebelum jadian itu.

Akankah aku bisa bersikap santai tanpa keraguan. Bahwa yang sudah biarlah sudah. Tapi sungguh aku khawatir melepas putriku bersama Narwatsu.

Aku dulu tidak begitu mempersoalkan jika Mehmet penikmat Alkohol dan beberapa obat terlarang. Toh itu sudah berlalu hanya bagian dari mencari jati diri. Jatinya untuk membangun rumah. Tinggal diri tanpa jati Alisa tidak punya jati diri.

Entahlah, saat itu aku sangat rasional dalam masalah jatuh cinta. Saat itu aku sudah tahu. Kecanduan  obat-obat terlarang dan alkohol tidak bisa seratus persen kembali "bersih" total. Ia pasti akan meninggalkan sisa. Hasrat untuk kembali lagi tetap akan ada, entah kapan ia akan datang lagi. Aku pun tidak siap akan itu. Dan itu hanya kekhawatiranku akan masa depan. Masa depan seseorang tentu masih suci. Tidak pantas bagiku untuk menghukumi.

Buah jatuh tidak jauh dari pohon. Benarkah Narwatsu lelaki Sholih yang kelak bisa menjadi Imam bagi Putriku Maryam.

"Mah, Mah" Tanya putriku sekali lagi. Aku jawab dengan senyuman. "Bawalah Narwatsu ke sini. Jika kau yakin dan tidak merasa terburu-buru ajak juga keluarganya. Mari kita berkumpul, saling bicara dan mengenal. Tentu Mamah sudah berpesan jauh-jauh hari bukan. "Jangan  pernah terburu-buru untuk jatuh cinta"

Beritahu Narwatsu, Mamah ingin bertemu dengan Pria hebat yang bisa membuat putrinya kasmaran. Pintaku sambil menyeringai.

Dalam hatiku yang penuh ragu, Ya Allah berilah aku petunjuk. Aku serahkan semua ini padamu. Aku Ridha akan takdir ini. Bantulah aku menjadi ibu yang dewasa  secara badan, hati juga akalnya.

"Besok, Narwatsu datang bersama rombongan" senyum Maryam putriku.

Aku tahu betul jika seorang gadis telah bertemu jodohnya maka hal itu boleh terburu-buru untuk segera menikah. Sama seperti seorang hamba yang telah menemui ajalnya maka ia juga perlu terburu-buru untuk menuju liang lahatnya.

Sungguh paradoks buru-buru itu.

"Mah Narwatsu hanya punya ayah, Ibunya sudah pergi lebih dulu" ucap putriku memberi tahu dengan wajah kasmaran.

Aku hanya tersenyum manis, semanis toko permenku. Andaikan semua kisah cinta bisa semanis permen di toko milikku. Aku yakin Permen kapas tidak akan pernah hadir di hadapanmu. Permen kapas hadir di hadapanmu untuk menghibur kandasnya asmara yang mampu membuatku merasa lembut selembut kapas.

"Aku tidak ingin mamah menyiapkan permen kapas dari toko mamah" pinta Maryam putriku.

Aku tersenyum lagi, lagi, lagi, lagi lagi tersenyum.

"Suamiku Abdul Mahmud, putri kita sudah besar. Semoga putri kita tetap menjadikanmu cinta pertamanya. Terima kasih telah membesarkannya dengan makanan halal lagi baik. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini. Abdul Mahmud kau suami terkeren yang pernah ku miliki.

Aku menyesap teh jahe yang mulai dingin. Hangatnya jahe menghangatkan batinku yang sempat membeku bagai salju. Awal yang baru untukku menjadi ibu mertua sudah di depan mata.

Hei Narwatsu, Calon menantuku aku tidak sabar ingin berjumpa denganmu.

-Your Mother In Love-

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun