Mohon tunggu...
26_Amalia Eka Oktarina
26_Amalia Eka Oktarina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menjadi member kompasiana berawal dari tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Landasan Pembelajaran Asosiatif Melalui Pengkondisian Klasik

20 September 2023   12:43 Diperbarui: 20 September 2023   18:13 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://i0.wp.com/www.jaiom18.com/wp-content/uploads/2010/11/Ivan-Pavlov.jpg

 Memahami Landasan Pembelajaran Asosiatif Melalui Teori Pengkondisian Klasik

Pengkondisian klasik merupakan konsep dasar psikologi yang berperan penting dalam memahami perilaku manusia dan hewan. Penemu dari konsep ini adalah Iva Pavlov yang merupakan psikologi Rusia sekitar abad ke-20. Pengkondisian klasik merupakan salah satu paradigma pembelajaran asosiatif, yang mengaitkan stimulus awal dengan stimulus yang berbeda atau dengan respon yang berbeda. Artikel ini akan menjelaskan tentang asumsi dasar pengkondisian klasik, teori pengkondisian klasik menurut Ivan Pavlov, dan pengkondisian klasik di kehidupan nyata.

Asumsi Dasar Pengkondisian Klasik

Asumsi dasar pengkondisian klasik menyatakan bahwa segala perilaku dipengaruhi oleh aturan, dapat diprediksi, dan ditentukan. Menurut Ormrod dalam Buku Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, dalam pengkondisian klasik, rangsangan yang tidak memiliki respon, akan dihubungkan dengan rangsangan lain yang memiliki respon. Hal ini bertujuan agar rangsangan tanpa respon memiliki respon yang sama dengan rangsangan yang memiliki respon. Misalnya, ketika istirahat, siswa akan merespon dengan perut lapar. Hal ini dihubungkan bahwa dia belum makan siang.

Menurut Ormrod dalam buku Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, ada beberapa definisi pengkondisian klasik, antara lain:

  1. Pengkondisian klasik merupakan bentuk pembelajaran terasosiasi antara stimulus netral dan stimulus tak bersyarat sehingga akan menghasilkan respon tak bersyarat.

  2. Pengkondisian klasik memiliki prinsip bahwa secara universal perilaku dipengaruhi oleh aturan, dapat diprediksi, dan ditentukan.

  3. Fase pengkondisian klasik antara lain: pembentukan asosiasi, pengujian, pemeliharaan.

Pengkondisian Klasik Ivan Pavlov

Menurut Pavlov dalam Ormrod (2008), pengkondisian klasik yang ada pada manusia dan hewan dapat menjelaskan banyak perbedaan perilaku. Pavlov melakukan uji coba klasik  dalam psikologi. Temuannya dalam eksperimen tersebut antara lain:

  1. Sebelum Pengkondisian 

Anjing mengeluarkan air liur (respon tak terkondisikan) saat diberikan  daging (stimulus tak terkondisikan).

  1. Sebelum Pengkondisian

Anjing tidak mengeluarkan air liur (tidak merespon)  saat diberikan bel (stimulus netral).

  1. Selama Pengkondisian

Anjing mengeluarkan air liur (respon tak terkondisikan) saat diberikan bel dan daging.

  1. Setelah Pengkondisian

Anjing mengeluarkan air liur (respon terkondisikan) saat diberikan bel (stimulus terkondisikan). 

Dari eksperimen ini, disimpulkan bahwa pengkondisian klasik yang populer menjadi landasan pengembangan teori belajar behavioristik.

https://media.hswstatic.com
https://media.hswstatic.com

Implementasi pengkondisian klasik dalam pendidikan contohnya dengan diterapkannya penguatan positif dan negatif. Penguatan positif merupakan peningkatan frekuensi perilaku siswa dengan pemberian reward atau pujian. Sementara itu, penguatan negatif merupakan pengurangan frekuensi perilaku dengan hukuman. 

Menurut Santrock dalam buku Psikologi Pendidikan Edisi 5 Buku 1, keterkaitan teori pengkondisian klasik dalam praktik pendidikan yaitu teori ini dapat diterapkan dalam pendidikan contohnya ketia pembelajaran keterampilan motorik dan pembelajaran bahasa asing.

Pengkondisian Klasik Dalam Kehidupan Nyata

Menurut Ormrod (2008), beberapa implementasi pengkondisian klasik dalam kehidupan nyata:

  1. Penggunaan rangsangan yang anti-mainstream dalam iklan agar iklan tersebut menjadi pusat perhatian. Selain itu, diharapkan iklan tersebut dapat menghasilkan respon positif terhadap produk iklan.

  2. Penggunaan musik dalam iklan bertujuan agar iklan tersebut memiliki vibes yang menyenangkan.

  3. Penggunaan aroma dalam marketing bertujuan agar konsumen merasa nyaman dan tertarik. Contohnya penggunaan aroma vanilla  di toko kue.

  4. Penggunaan warna dalam marketing produk. Perbedaan respon emosional tergantung warna yang digunakan. Contohnya, warna kuning menghasilkan respon yang memicu perasaan senang atau gembira.

  5. Penggunaan Penguatan dalam Pendidikan: Penguatan positif, seperti pujian atau hadiah, dapat digunakan dalam pendidikan untuk mengkondisikan respon positif terhadap perilaku yang diinginkan.

  6. Penggunaan Penguatan Negatif dalam Pendidikan: Penguatan negatif, seperti hukuman atau konsekuensi negatif, dapat digunakan dalam pendidikan untuk mengkondisikan respon yang diinginkan dengan menghindari atau mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

  7. Penggunaan Generalisasi dalam Pendidikan: Generalisasi adalah proses di mana respons yang dipelajari terhadap satu stimulus juga muncul terhadap stimulus serupa. Dalam pendidikan, generalisasi dapat digunakan untuk mengkondisikan respon yang diinginkan terhadap berbagai situasi atau konteks.

  8. Penggunaan Diskriminasi dalam Pendidikan: Diskriminasi adalah proses di mana individu belajar untuk membedakan antara stimulus yang serupa tetapi memiliki konsekuensi yang berbeda. Dalam pendidikan, diskriminasi dapat digunakan untuk mengkondisikan respon yang tepat terhadap situasi atau konteks yang spesifik.

Referensi:

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, terj. Wahyu Indianti dkk. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan Edisi 5 Buku 1. Kencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun