khidhir@student.telkomuniversity.ac.id;
Â
ABSTRAK
Penelitian ini membahas fenomena bullying di lingkungan pendidikan, yang menghambat perkembangan akademik dan sosial siswa. Dengan mengkaji perspektif pelaku dan korban, studi ini menemukan bahwa bullying sering disebabkan oleh dorongan untuk menunjukkan dominasi, yang diperkuat oleh dukungan sosial. Sementara itu, korban sering mengalami isolasi yang berdampak buruk pada kesejahteraan psikologis mereka. Artikel ini mengusulkan berbagai upaya preventif, seperti penguatan hubungan sosial dan kebijakan anti-bullying yang tegas, untuk menciptakan iklim belajar yang aman dan inklusif.
Kata Kunci: bullying, pendidikan inklusif, lingkungan belajar, tindakan preventif, kesejahteraan psikologis
Â
1. Pendahuluan
      Pendahuluan ini berisikan tentang Latar belakang dan metode penulisan, berikut adalah paparannya
- Latar Belakang
Bullying merupakan masalah serius yang masih dihadapi banyak lingkungan pendidikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bullying dapat berupa kekerasan fisik, ejekan, penghinaan verbal, hingga penindasan psikologis yang kerap kali sulit terdeteksi. Dampak dari bullying tidak hanya merugikan korban secara emosional dan fisik, tetapi juga menghambat perkembangan akademik dan sosial siswa.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan aman, penting untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari tindakan bullying. Lingkungan yang inklusif menekankan pentingnya penerimaan terhadap perbedaan, baik itu dalam hal latar belakang, kemampuan, maupun identitas pribadi. Dengan demikian, setiap siswa merasa dihargai dan dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau perundungan.
Pendidikan yang berkualitas bukan hanya soal penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang membangun karakter siswa yang berlandaskan pada empati, rasa hormat, dan toleransi. Membangun generasi yang saling menghormati dan mendukung satu sama lain membutuhkan dukungan dari semua pihak: guru, siswa, orang tua, dan pihak sekolah.