MELAWAN BULLYING UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERKUALITAS YANG INKLUSIF DAN AMAN
Â
Rianli Sudarto; Muhammad Alif al Hakim; Muhammad Rafi Athallah Ramadhan; Muhammad Nabil Yusuf; Christian Yordan; Muhammad Zaki R; Mochammad Nouval R;
Muhammad Khiddir Al-Azzam;
rianli@student.telkomuniversity.ac.id;
hakimredfront@student.telkomuniversity.ac.id;
rafiath@student.telkomuniversity.ac.id;
nabilyusuf@student.telkomuniversity.ac.id;
kokyordan@student.telkomuniversity.ac.id;
muhammadzakirobbani@student.telkomuniversity.ac.id;
nouvalramadhika@student.telkomuniversity.ac.id;
khidhir@student.telkomuniversity.ac.id;
Â
ABSTRAK
Penelitian ini membahas fenomena bullying di lingkungan pendidikan, yang menghambat perkembangan akademik dan sosial siswa. Dengan mengkaji perspektif pelaku dan korban, studi ini menemukan bahwa bullying sering disebabkan oleh dorongan untuk menunjukkan dominasi, yang diperkuat oleh dukungan sosial. Sementara itu, korban sering mengalami isolasi yang berdampak buruk pada kesejahteraan psikologis mereka. Artikel ini mengusulkan berbagai upaya preventif, seperti penguatan hubungan sosial dan kebijakan anti-bullying yang tegas, untuk menciptakan iklim belajar yang aman dan inklusif.
Kata Kunci: bullying, pendidikan inklusif, lingkungan belajar, tindakan preventif, kesejahteraan psikologis
Â
1. Pendahuluan
      Pendahuluan ini berisikan tentang Latar belakang dan metode penulisan, berikut adalah paparannya
- Latar Belakang
Bullying merupakan masalah serius yang masih dihadapi banyak lingkungan pendidikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bullying dapat berupa kekerasan fisik, ejekan, penghinaan verbal, hingga penindasan psikologis yang kerap kali sulit terdeteksi. Dampak dari bullying tidak hanya merugikan korban secara emosional dan fisik, tetapi juga menghambat perkembangan akademik dan sosial siswa.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan aman, penting untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari tindakan bullying. Lingkungan yang inklusif menekankan pentingnya penerimaan terhadap perbedaan, baik itu dalam hal latar belakang, kemampuan, maupun identitas pribadi. Dengan demikian, setiap siswa merasa dihargai dan dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau perundungan.
Pendidikan yang berkualitas bukan hanya soal penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang membangun karakter siswa yang berlandaskan pada empati, rasa hormat, dan toleransi. Membangun generasi yang saling menghormati dan mendukung satu sama lain membutuhkan dukungan dari semua pihak: guru, siswa, orang tua, dan pihak sekolah.
Melawan bullying bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan gerakan bersama yang melibatkan semua elemen dalam lingkungan pendidikan. Dengan menciptakan kebijakan yang tegas, sistem pelaporan yang efektif, serta program sosialisasi yang edukatif, kita dapat membentuk lingkungan belajar yang sehat dan produktif. Hanya dengan menghilangkan bullying, kita dapat benar-benar mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan bagi semua kalangan.
- Metode Penulisan
Metode yang digunakan metode studi pustaka dengan membandingkan data
yang diambil dari internet, buku yang berkaitan dengan pembulian dan mewawancarai orang yang pernah berkaitan dengan kejadian ini.
2. Landasan Teori
      Landasan teori yang diambil dalam artikel ini adalah pembulian dari sisi pandang pelaku, pembulian dari sisi pandang korban dan perbuatan preventif yang dapat dilakukan
2.1 Pembulian dari sisi pandang pelaku
      Pada saat SD pernah membuli itu disebabkan oleh perasaan bahwa dirinya paling besar dan kuat, memiliki kekuatan agar dapat menyuruh orang untuk membelikan makanan, namun dibalik itu orang yang menjadi korban tersebut pernah melakukan terhadap pembuli dengan menjelek-jelekan, sombong terhadapnya. Yang membuat pelaku tidak terima dan berakhir dengan bertarugan dan pelaku yang menang membuat teman disekitarnya mulai takut akan orang tersebut membuat dirinya merasa lebih superior dari teman sebayanya. Garis besar wawancara
      Â
2.2. Pembulian dari sisi pandang korban
      Mulai memasuki SMP sang korban menjadi ketua kelas yang harus memikul beban tanggung jawab kelas, pada suatu saat ssang korban diminta untuk mengusir anak-anak yang bukan dari kelas bermain karena ada murid baru yang cukup terkenal dan memilki popularitas dikalangan remaja tersebut disebabkan menganggu kenyaman dikelas, setelah melapor ke Guru BK, sekian banyak yang dipanggil itu berpacaran, namun di sekolah sudah jelas-jelas untuk dilarang keras berpacaran apalagi sekolah Islami, awalnya dijauhin lalu dimusuhin oleh satu Angkatan mulai dari verbal hingga non verbal terhadap sang korban.
2.4 Perbuatan preventif yang dapat dilakukan
      Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar dapat mengurangi pembulian yaitu punyalah teman ataupun circle. adanya teman ini bisa membantu aura kekuatan orang karena selalu terlihat bersama. Mulai merubah pola piker dengan manusia itu tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu mulai mencari teman, mulai berbaur dengan teman sekelas, mulai membuka diri agar bisa terbentuknya circle. Ada juga dengan mengikuti kegiatan disekolah dapat mengurangi kemungkinan untuk dibuli disebabkan ada brand image atau sifat yang sudah terbuat dari hal tersebut.
3. Analisis
Analisis Wawancara tentang Pembulian dari Perspektif Pelaku dan Korban
3.1 Pembulian Dari Sisi Pelaku
Dari perspektif pelaku, tindakan bullying umumnya berakar pada keinginan untuk menunjukkan superioritas atau kekuasaan di lingkungan sosial. Hal ini sering didorong oleh perasaan akan memiliki kekuatan fisik yang lebih besar atau dukungan dari teman-teman, yang memperkuat status sosial pelaku. Selain itu, pelaku dapat memiliki latar belakang emosional yang melibatkan dendam atau respon terhadap perilaku negatif dari korban di masa lalu, yang memicu agresi sebagai bentuk pertahanan status atau kepuasan psikologis saat mendominasi orang lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelaku merasa mendapatkan kontrol dan kepuasan ketika teman-teman mereka takut atau tunduk padanya, dan hal itu memperkuat motivasi pelaku untuk terus melakukan bullying.
3.2 Pembulian Dari perspektif korban
Bullying sering terjadi ketika korban menempati peran atau posisi yang berbeda dari norma kelompok, seperti ketua kelas. Hal ini dapat menjadikan korban sebagai target bullying, baik verbal maupun non-verbal, karena dianggap mengganggu atau melawan norma sosial tertentu. Korban yang tidak mendapat dukungan sosial sering kali merasa terisolasi, yang dapat berujung pada tekanan psikologis seperti kecemasan, rendahnya harga diri, dan risiko depresi. Isolasi ini sering kali berlanjut karena korban kesulitan mendapatkan dukungan atau intervensi yang cukup dari lingkungannya.
4. Penutup
      Denikian artikel singkat bagaiman kajian yang sudah disusun dapat bermanfaat bagi pembaca dan terima kasih terhadap teman sejawat dalam membantu menyusun tulisan, kata-kata hingga terbentuknya artikel atau paper ini.
4.1 Kesimpulan
Bullying di lingkungan pendidikan merupakan masalah kompleks yang berpotensi menghambat perkembangan akademik, sosial, dan psikologis siswa. Melalui analisis berbagai perspektif, diketahui bahwa tindakan bullying sering kali dipicu oleh keinginan pelaku untuk menunjukkan dominasi atau kekuatan, yang diperkuat oleh dukungan dari lingkungan sosialnya. Sementara itu, korban bullying kerap mengalami isolasi sosial akibat perbedaan posisi atau status, yang menyebabkan mereka rentan terhadap tekanan psikologis dan kehilangan kepercayaan diri.
Lingkungan pendidikan yang bebas dari bullying harus menjadi prioritas semua pihak agar tercipta iklim belajar yang aman, inklusif, dan mendukung kualitas pendidikan secara menyeluruh. Upaya preventif, seperti memperkuat hubungan sosial dan melibatkan siswa dalam kegiatan positif, menjadi langkah efektif dalam mengurangi risiko bullying. Selain itu, kebijakan anti-bullying yang tegas dan sosialisasi yang berkesinambungan sangat diperlukan untuk membangun kesadaran akan pentingnya empati, toleransi, dan rasa hormat antar siswa. Dengan demikian, diharapkan semua pihak dapat berperan aktif dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan, serta menjadikan lingkungan sekolah sebagai tempat yang aman bagi setiap siswa tanpa diskriminasi atau penindasan.
4.2 Ringkasan
Penelitian ini menganalisis bullying di lingkungan pendidikan dan mengidentifikasi faktor penyebab, dampak terhadap korban, serta tindakan preventif untuk menciptakan pendidikan yang aman, inklusif, dan berkualitas.
Daftar Pustaka
Psychology Today. (n.d.). Bullying. Psychology Today. Diakses pada 8 November 2024, dari https://www.psychologytoday.com/us/basics/bullying
American Psychological Association. (2014, September). APA calls for more school-based programs to prevent bullying and harassment. Diakses pada 8 November 2024, dari https://www.apa.org/news/press/releases/2014/09/prevent-bullying
American Psychological Association. (2015, May). APA supports new research to prevent bullying in schools and online. Diakses pada 8 November 2024, dari https://www.apa.org/news/press/releases/2015/05/bullying-research
Efianingrum, A. (2018). Membaca realitas bullying di sekolah: Tinjauan multiperspektif sosiologi. Jurnal Dimensia, 7(2), 1-12.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H