Well, keputusan keluarga sudah diambil. Ro sudah melamarkau sebulan yang lalu dan membuat kesepakatan akan menyegerakan pernikahan kami.
Lalu hari-hariku mulai disibukkan dengan keperluan belanja, mencari bahan dan warna kain untuk gaun pernikahan. Ukur sana-sini, dan seolah-olah tak ada habis-habisnya. Sampai ke-pernak-pernik hiasan untuk pra-weedeng. 'Duuh, dan itu sangat memuakkan.'
"Hun, aku perlu bicara siang ini. Kutunggu di tempat biasa ya?" Kataku melalui pesan singkat yang kukirim ke ponsel August.
Tepat jam 13:00 kulihat mobil rush hitam memasuki halaman kafee Morin's. Dan aku tahu pasti kalau itu August-ku.
"Sudah pesan makanan, Sayang?" Tanyanya sambil mengecup keningku.
"Belum. Aku tidak sedang berselera makan. Kau mau kupesankan sesuatu?"
"Kentang goreng sama soft drink saja." Ia menjawab lembut dengan tatapan teduh yang selalu kurindukan.
"Hun--"
"Iya?"
"Aku-- " Entah bagaimana caraku memulai bicara. Rasanya ini berat sekali. Tapi bagaimanapun berita ini memang harus disampaikan.
"Aku---, Aku menerima pinangan Ro."
"Pinangan? Sayang--- Kau? Ya Tuhaaan."