Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Metaverse dan Tragedi Kebudayaan

15 Februari 2023   07:28 Diperbarui: 15 Februari 2023   07:32 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini tentu saja menyebabkan manusia sebagai subjek menjadi hilang dan hilang. Salah satu contoh yang diberikan Simmel sebagai bentuk tragedi budaya adalah dominasi uang berdampak besar pada sifat hubungan manusia (Ritzer, 2011:173).

Uang sebagai salah satu bentuk penemuan manusia menjadikan kehidupan sosial manusia penuh dengan rasionalitas dan perhitungan. Dalam studinya tentang kota, Simmel juga menjelaskan bagaimana uang mengubah wajah kota sehingga menghitung tanpa dimensi emosional. 

Prediksi Metaverse

Sangat jelas bahwa metaverse berpotensi menjadi alternatif sarana bersosialisasi di masa depan, untuk mencari hiburan atau bahkan untuk memenuhi aktivitas sehari-hari. Meskipun penggunaannya sejauh ini terbatas pada hiburan, Metaverse tidak tergantikan untuk ruang kelas, ruang kerja, fasilitas olahraga, taman bermain, atau bahkan kedai kopi.

Aktivitas kantor dan sekolah normal yang melibatkan kontak fisik kemungkinan akan digantikan oleh interaksi virtual menggunakan avatar. Di satu sisi, ini adalah bentuk yang ampuh dan efektif, namun di sisi lain dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Memahami kehadiran Metaverse tentu saja tidak bisa berhenti pada keuntungan ekonomis atau efisiensi dan performa. Dampak sosiologis terhadap kehidupan manusia juga harus diperhitungkan agar keberadaannya tidak menjadi isu baru.

Mari luangkan waktu sejenak untuk melihat evolusi ponsel yang kemudian berkembang menjadi smartphone. Diakui, smartphone telah membawa banyak manfaat praktis bagi kehidupan masyarakat, yang semula hanya menjalankan fungsi komunikasi, kini telah menjalankan berbagai fungsi baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya.

Dunia nyata tampaknya berada di tangan manusia. Fitur yang selalu berubah membuat smartphone seolah menjadi teknologi yang sangat canggih yang wajib dimiliki oleh manusia. Namun, semua kekeliruan ini hanyalah satu sisi, di sisi lain, smartphone justru menimbulkan masalah baru, seperti hilangnya privasi, melemahnya privasi, kejahatan dunia maya, kecanduan internet, gangguan psikologis, dll.

Beberapa fitur yang fungsi utamanya untuk mempermudah ternyata sulit dilakukan oleh manusia. Misalnya, media sosial yang semula dimaksudkan untuk mempertemukan orang tanpa bertemu langsung, malah menjadi sumber ujaran kebencian, hasutan, dan fitnah. . "Koneksi" yang ingin dicapai oleh media sosial sebenarnya mengarah pada "keterputusan".

Metaverse sebagai produk teknologi segelap smartphone. Jika manusia sebagai pencipta tidak dapat berfungsi secara normal, maka perhatian Simmel tentang dominasi budaya objektif mungkin terjadi.

Alam Semesta Super seolah hidup dengan logikanya sendiri yang menuntun manusia ke dalam permainannya, bukan tidak mungkin kehadirannya menggantikan segala aktivitas manusia yang selama ini dilakukan tanpa melalui alam Semesta Super.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun