Apakah dengan beberapa contoh di atas, penderitaan hidup sirna dan kemudian muncul kenyamanan batin? Tentu saja tidak. Hal sebaliknya terjadi. Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan manusia perlu mengatur keinginan. Epicureisme mengklasifikasikan tiga jenis keinginan. Pertama, keinginan-keinginan alamiah harus dipuaskan (naturally needed) seperti makan, minum, dan berteduh. Kedua, keinginan kodrati yang belum tentu terpuaskan (naturally sia-sia) seperti makanan dan rumah yang mewah. Ketiga, keinginan yang tidak wajar seperti status sosial yang tinggi dan mencari uang sebanyak-banyaknya.
Untuk mencapai kebahagiaan, seseorang harus fokus pada keinginan pertama dan mengabaikan keinginan ketiga. Sebab, dalam jangka panjang, ketiga keinginan tersebut dapat melahirkan kekecewaan, ketidakpuasan, dan kecemasan dalam hidup. Sedangkan keinginan yang kedua bisa dipuaskan asalkan tidak menimbulkan rasa sakit. Oleh karena itu, keinginan harus ditempatkan dalam konteks kehidupan manusia secara keseluruhan.
Selain itu, manusia juga perlu mengembangkan kesenangan karena itulah pintu masuk menuju kebahagiaan. Kesenangan adalah kebaikan bawaan yang tidak selalu baik dan harus dipenuhi. Kesenangan yang berakhir dengan penderitaan harus dihindari, sedangkan rasa sakit yang berakhir dengan kesenangan harus dipraktikkan. Orang perlu menahan rasa sakit untuk sementara waktu agar kesenangan bertahan lebih lama.
Pada dasarnya, kebahagiaan tidak diukur dengan intensitas, tetapi dengan waktu. Percuma ketika perasaan bahagia begitu kuat tapi waktunya singkat. Lebih baik merasa normal, tetapi dalam jangka panjang. Misalnya, kita tidak makan banyak. Perasaan kita tampak biasa saja dan tidak bertahan lama. Namun, dengan tindakan seperti itu, kita bisa terhindar dari rasa kenyang dan menjadi lebih sehat. Jadi, epikisme menambahkan satu hal pada kebahagiaan, yaitu perasaan puas. Dengan itu, kita akan mudah puas dan kita tidak akan mencari yang lain
Oleh karena itu, akan menjadi kesalahan besar jika hedonisme dipandang mempromosikan kemewahan, kemewahan, dan ketidakpuasan. Hedonisme sejati mengajarkan moderasi, pengekangan, dan pengetahuan tentang batasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H