diselenggarakan, misalnya: ketika anak dari saudara perempuannya menikah, maka
posisinya adalah sebagai hula-hula, dan sebaliknya, jika marga dari istrinya mengadakan
pesta adat, maka posisinya laki-laki itu sebagai boru, dan akan menjadi dongan tubu ketika
teman semarganya yang melakukan pesta.
Kedudukan laki-laki dalam Dalihan Na Tolu adalah sebagai kelas utama, sedangkan
perempuan dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal ini terjadi akibat ideologi patriarki yang
melekat dalam sistem Dalihan Na Tolu, yaitu hanya berpusat kepada laki-laki. Perempuan Batak
hanya menjadi objek, sedangkan laki-laki menjadi subjek penentu kedudukan seorang perempuan.
Laki-laki akan disebut sebagai raja sedangkan perempuan hanya putri raja (boru ni raja) dan bukan
lah menjadi ratu (setara).
Sistem kekerabatan ini menyebabkan dampak yang kurang baik bagi posisi perempuan