Mohon tunggu...
Upiek_pipie Pie
Upiek_pipie Pie Mohon Tunggu... -

berikan aku alasan MENGAPA AKU HARUS MENULIS? AKU MENULIS UNTUK SEBUAH PERTANGGUNG JAWABAN KELAK DI HARI KEMUDIAN.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MUQADIMAH CINTA

17 November 2011   10:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

banci.....dasar banci

hanya aku yang ada di hadapan cermin itu. bersembunyi di balik ribuan karakter orang lain benar2 menyiksa batin

darah yang membasahi tanganku adalah bukti kebodohan atas apa yang ku lakukan selama ini.

siapa otak dibalik semua kekacauan ini?

sekali lagi ku pecahkan cermin dihadapanku...serpihan-serpihan cermin mulai berserahkah dilantai

naluri tlah terpuaskan aku benar-benar berhasil memperdayakan banyak orang karena kejeniusanku

memuaskan kemarahan dan benci sebagai rangkaian dalam alfabet keybord.

semua orang tau tentang keliaran dan kejeniusanku memperdayakan mereka

hanya dengan memaksa imajenasiku untuk belari liar menembus mimpi-mimpi orang lain bukankah cukup cemerlang menutup aibku

bukankah karakterku masih sangat suci dihadapan cinta?

berlaku bodoh seolah tak pernah terlibat dalam rencana besar ini

kau terlalu naif cinta...satu kata untuk mengambarkan kau untuk kami perdayakan

buktikan jika yang kau sebut kebenaran bukan hanya sebuah fiksi semata

tak ada yang dapat memisahkan cinta dengan sahabat

sahabat bagi cinta tak harus memandang tentang siapa dan dari mana

apa yang salah dengan kebaikan yang terlanjur dalam tertanam pada sosok cinta?

kami dibuat bungkam. diam dalam kebenaran entah sampai kapan keadaan ini terus membelenggu kami.

hanya seorang lelaki kecil yang berotak jenius. dia memenjarakan kami hanya dengan satu alasan

alasan tentang kebenaran yang terlampau dalam ia ketahui. tak punya alasan untuk menghindar membuat kami tunduk mengikuti skenario yang bernama hidup

keangkuhanku atas harga diri sebagai lelaki mengharuskan aku untuk membuat cinta merasakan apa yang kurasakan

ketika dunia seolah berada dalam genggamanku namun hanya karena kehadiran cinta melemahkan aku. aku sang penguasa dibuat tak berdaya dan tunduk pada satu mahluk yang bernama cinta.

tidak terlalu angkuh untuk mengakui jika aku yang memulai

bodoh kau begitu bodoh kau pikir mudah bagi cinta menyelesaikan semua masalah ini sendiri tanpa bimbingan kau satu-satunya orang yang cinta harapkan, yang cinta tau hanya kau yang sanggup membimbing cinta, sampai kapan kau akan terus bungkam dalam tanda tanya yang selama ini cinta harapkan darimu?

tapi aku tak bisa menjadi yang seperti cinta inginkan, dihadapan cinta aku benar2 bersembunyi dibalik topeng-topeng yang ku buat.

ya kalian adalah sepasang jenius yang aneh, aneh ketika cinta hadir mengisi jiwa kalian. menyadari kehadiran cinta tapi tak pernah memberikan cinta ruang sebagai bagian dari diri kalian. terjebak dan terperangkap dalam fantasi yang terlampau tinggi kalian ciptakan.

harus dengan bahasa apa ku akui kehadiranmu, menyuarkan bahwa aku membutuhkanmu bukan membatasimu menjadi bagian dari dirimu sendiri. sampai kapan kau menyadari hanya kau yang ku butuhkan. lepaskan segala obsesimu yang memenjarakanmu bukankah kau berhak memiliki cinta yang berulang-ulang kali hadir menyapamu?

kita telah dewasa harusnya kita belajar atas segelah khilaf yang menjauhkan kita dari yang wajib. kau tau bukan sekedar permainan yang cinta harapkan darimu. kau adalah sosok yang seharusnya bisa menjadi contoh untuk cinta, kalian bisa bersama2 menciptakan karya tanpa harus saling menhakimi. bukankah kau membutuhkan cinta sebagi idemu, sebaliknya tanpa kau cinta hanya menjalankan perasaannya cinta kehilangan akal untuk berpikir.

mengapa harus bergantung pada sebatang rokok? rokok bukan kehidupanmu. mengapa kau begitu mengutamakan hal duniawi cinta? sedangkan kesederhanaan adalah tuntutan awal sebagai mahluk tuhan. haruskah kita terus seperti ini mencari kelemahan-kelemahan sebagai alat untuk saling mengkhakimi?

potongan gambar dicermin hanya terlihat separuh bagian atas tak lagi nampak

siapa sebenarnya bagian dari yang hilang?

darah menetes menyadarkan sosok aku begitu banyak waktu yang ku lewatkan.

tetapi cermin itu tak bisa membohongiku. sebagai aku yang telah kehilangan wibawahku atas dasar cinta

ajarkan aku membahasan BAHWA AKU MENCINTAI CINTA?

banci....dasar banci. bisanya hanya menertawakan kebodohan orang lain sedangkan kelemahannya dibiarkan bungkam.

kau harus bisa memilih selayaknya hidup yang selalu menuntut pilihan. memilih menjemput cinta ataukah membiarkan cinta kembali terluka hanya karena ketidakpahamannya tentang cinta yang masih berbentu (?)

jika kau berkata kau sebagai laki-laki, jika kau pantas menjadi imam, menjadi guru jangan biarkan penilaian buruk menghakimimu.

sekian.

Pengadilan cinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun