Mohon tunggu...
Tedy Aprilianto
Tedy Aprilianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Individu merdeka permbelajar filsafat untuk memberi gambaran opini generasi muda

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada | Pembelajar Filsofis dan Pecinta Perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polemik Penundaan Pemilu: Pemantik Gejolak Kritisisme Masyarakat dalam Memperjuangkan Amanat Demokrasi

19 April 2022   09:57 Diperbarui: 19 April 2022   10:03 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antik Titik bukanlah sifat penguasa yang cocok untuk menjalankan komando pemerintahan di negeri ini. Penguasa yang cocok dan layak memimpin negeri ini adalah penguasa yang demokratis dan terbuka atas segala bentuk aspirasi.

Kritik adalah salah satu bentuk evaluasi kritis atas eksperimentasi yang sampai saat ini belum menemukan titik kulminatif. Ketika masyarakat dan kaum intelektual dapat kritis maka kesadaran kritis akan mendapatkan sebuah signifikansinya kalau ada kesediaan untuk mendengarkan yang lain. 

Dari hal itu kebijakan penundaan pemilu yang telah dicetuskan ini berdasarkan otoritas diatas saja dan tidak berpijak kepada keberpihakan rakyat. 

Pemimpin yang telah dipilih oleh rakyat seharusnya harus mampu menjalankan tugasnya sesuai amanat demokrasi dan undang-undang dasar 1945. Menghargai suara rakyat merupakan suatu tanggung jawab dari paradigma pejabat publik di negeri demokrasi ini.

Ketika pemimpin yang telah rakyat pilih bekerja tidak sesuai harapan rakyat maka keresahan rakyat akan muncul dengan banyaknya jalan yang terblokir oleh aksi massa. 

Ketika pemimpin sudah tidak mampu menjalan pemerintahan dan bahkan lemah dalam pemerintahan maka rakyat akan selalu bergerak dan berjuang semaksimal mungkin untuk mengungkap kebenaran. Seperti yang terjadi di dalam kurun waktu 1 bulan ini. 

Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat selalu turun dan memenuhi jalan untuk mengungkap usulan inkonstitusional penundaan pemilu. Walaupun kenyataanya beberapa tokoh publik seperti Luhut Binsar Panjaitan tidak memberikan sebuah kebenaran yang nyata dan segala argumentatifnya selalu mengkontradiksikan apa yang ia usulkan dulu.

Padahal sebelumnya Luhut Binsar Panjaitan menjadi tokoh yang paling kuat mendukung penundaan pemilu yakni dengan dalih yang ia klaim bahwa masyarakat Indonesia sejumlah 110 juta menyetujui bahwa pemilu ditunda.

Akan tetapi kenyataanya ketika ia dituntut untuk membuka kebenaran data dan metode yang dikaji, Luhut sama sekali tidak mau membuka dan bahkan malah berargumen dengan segala dalih yang ada. 

Dari sinilah letak dimana kritisisme kalangan mahasiswa dan masyarakat terus berjuang semaksimal mungkin untuk mengungkap kebenaran. 

Kebenaran tidak akan pernah mati dan akan terus diperjuangkan oleh generasi penerus di negeri ini selain itu kritik-kritik yang biasanya dibungkam akan semakin mengalir deras dengan harapan bahwa kritik itu adalah cara untuk merenovasi situasi serta pola pikir ke arah yang lebih baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun