Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya, terutama di wilayah lahan gambut yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara (Rahardi & Suhardi, 2016). Ekosistem lahan gambut tropis yang ada di seluruh dunia meliputi area seluas 40 juta hektar dan 50%, seluas 20 juta diantaranya di Indonesia (Rahardi & Suhardi, 2016). Lahan gambut memiliki keunikan dimana lahan yang basah namun mudah terbakar. Hal itu terjadi karna kandungan bahan organik tinggi dan memiliki sifat kering tak balik, porositas tinggi, dan daya hantar hidrolik vertikal yang rendah (Najiyati et al., 2005). Salah satu tumbuhan khas lahan gambut yang menarik adalah Kantong Semar (Nepenthes spp.), sejenis tanaman karnivora yang memiliki peran penting dalam ekosistem dengan caranya yang unik dalam memperoleh nutrisi dari tanah yang miskin hara(Mansur, 2012). Selain itu, lahan gambut berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat penting bagi kestabilan iklim global, sehingga pelestarian keanekaragaman hayati di ekosistem ini menjadi sangat penting (Agus & Subiksa, 2008).
Kantong Semar merupakan kelompok tumbuhan dengan keragaman yang tinggi di Indonesia, memiliki 64 jenis kantong semar tersebar di Indonesia dari 103 jenis yang dipublikasikan di dunia (Firstantinovi, 2006). Sebagai tanaman karnivora, Kantong Semar terdiri dari berbagai spesies yang memiliki variasi bentuk dan ukuran kantong, mulai dari kantong kecil hingga kantong besar yang menyerupai kendi atau kantong air. Di Indonesia, terdapat 32 spesies Nepenthes di Kalimantan, 29 spesies di Sumatera, Sulawesi memiliki 10 spesies, 9 spesies di Papua, 4 spesies di Maluku dan 2 spesies di Jawa (Mansur, 2006). Tanaman kantong semar memiliki adaptabilitas yang luar biasa dalam tumbuh dan berkembang di berbagai habitat, errmasuk pesisir pantai, gunung berkapur, hutan lebat, dan dataran rendah atau tinggi, area kering yang terbuka, rawa rawa, dan bahkan di puncak pohon (Khairil et al., 2015). Keanekaragaman ini menjadikan Kantong semar sebagai tumbuhan endemik yang sangat penting untuk dilestarikan, terutama mengingat perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem lahan gambut.
Kantong semar dikenal karnivora yang memiliki cara unik untuk memperoleh nutrisi yang dibutuhkannya. Tumbuhan ini memproleh nutrisi dengan menangkap semut, serangga, mamalia, bahkan hewan kecil lain dengan kantongnya. Kantong semar memiliki berbagai variasi morfologi berbeda beda yang secara khususnya beradaptasi guna menarik, menjebak, dan mencerna mangsanya, terutama serangga. Tumbuhan ini mempunyai daun yang mengalami modifikasi khusus yang dikenal sebagai kantong semar, berperan sebagai perangkap mangsa. Kantong semar menghasilkan dan menyimpan cairan pencernaan yang diperlukan. Tumbuhan menghasilkan berbagai enzim hidrolitik saat mencerna mangsa yang terjebak di dalam kantongnya termasuk protease aspartat. Selain mengambil nutrisi, akarnya juga dapat menyerap zat zat dari tanah, diperoleh juga dari serangga yang terperangkap pada kantong. Serangga yang terperangap mengalami penguraian oleh senyawa memiliki tingkat keasaman yang serupa dengan asam lambung sehingga menyerap sari sari nutrisi dari serangga tersebut.
      Keberadaan kantong semar di alam memiliki peranan penting dalam suatu ekosistem. Nepenthes mempunyai manfaat sebagai agen pengendali hayati dengan menjadikan serangga sebagai sumber nitrogen (Mardhiana et al., 2012). Nepenthes memiliki simbiosis dengan bakteri kitinolitik yang dapat ditemui pada cairan kantung Nepenthes, dimana bakteri ini dapat digunakan sebagai pengendali hayati yang potensial dan ramah lingkungan untuk menangani hama dan patogen khususnya serangga pada tanaman budidaya (Fitriani, 2016). Dalam cairan Nepenthes juga terdapat bakteri yang penghasil antibiotik, pada penelitian lain diketahui bakteri tersebut bersifat antagonisme terhadap patogen (Hidayat, 2015). Secara ekologis, tumbuhan ini dapat berperan dalam pengendalian hama serangga pada tanaman dan juga menyerap CO2 dari udara sehingga membantu mengurangi dampak pemanasan global. Kantong semar yang belum terbuka mengandung tingkat CO2 yang tinggi dan saat terbuka, kantong semar melepaskan CO2 di sekitar kantong sebagai strategi untuk menarik mangsa. Penelitian tentang kandungan CO2 di kantong semar saat mendekati masa produktif dapat mencapai 2500 hingga 5000 ppm.Â
Cuaca dan iklim tropis yang lembap di Indonesia sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kantong semar. Musim hujan yang panjang menyediakan suplai air yang cukup bagi tanaman ini untuk bertahan hidup di lingkungan lahan gambut. Namun, musim kemarau yang berkepanjangan dapat berdampak pada kondisi lahan gambut, sehingga memengaruhi ketahanan hidup kantong semar. Suhu dan kelembapan juga menjadi faktor penting bagi tanaman ini, karena kantong semar lebih menyukai lingkungan yang lembap dan tidak tahan terhadap paparan sinar matahari yang terlalu intens.
      Tumbuhan kantong semar memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik untuk tumbuh di tanah yang kekurangan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan tingkat keasaman tanah yang tinggi (Mardhiana et al., 2012). Oleh karena itu, tumbuhan ini mampu hidup dan berkembang di daerah yang cenderung kering. Pada umumnya, Nepenthes spp. mampu tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki kesuburan rendah dan terpapar sinar matahari dalam jumlah yang terbatas. Penelitian lain menjelaskan faktor faktor seperti waktu, ketinggian, kemiringan, lintang, curah hujan, dan kelembaban memengaruhi komunitas tumbuhan di suatu wilayah. Penelitian ekologi sering kali berfokus pada variasi dalam keanekaragaman spesies yang dipengaruhi oleh gradien lingkungan. Variasi ini dijelaskan sebagai hasil dari interaksi antara faktor faktor seperti iklim, produktivitas, interaksi antar makhluk hidup, keragaman habitat, dan sejarah evolusi.
Ada ancaman terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh meningkatnya peristiwa dan eksploitasi sumber daya alam yang dianggap merusak. Contohnya di beberapa wilayah Kalimantan sering terjadi kebakaran hutan, permukiman baru dibangun di hutan dan lahan pertanian berpindah, serta perusahaan tambang perkebunan kelapa sawit muncul di berbagai lokasi. Dampak dari peristiwa dan pemanfaatan kekayaan alam yang tidak bertanggung jawab adalah hilangnya plasma nutfah dan mengancam kelangkaan beberapa jenis tumbuhan, termasuk kantong semar yang dikhawatirkan terancam punah. Oleh karena itu, penelitian harus dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keanekaragaman spesies kantong semar dan membantu dalam upaya konservasi terhadap tumbuhan kantong semar.
  Kantong semar di wilayah Kalimantan Barat yang telah dikumpulkan dari  beberapa daerah meliputi Wilayah Hutan Lindung Gunung Ambawang Desa Kampung Baru Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya, Hutan Lindung Danau Selogan Kabupaten Kapuas Hulu, Hutan Rawa Gambut Kalimantan Barat, Bukit Bentuang Dusun Punti Tapau Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, Hutan Desa Padang Tikar 1 Kabupaten Kubu Raya, Bukit Sebomban Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau, Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, Kebun Raya Sambas Kabupaten Sambas, dan Wilayah Hutan Tanaman Industri PT. Bhatara Alam Lestari Kabupaten Mempawah. Kantong semar sangat fleksibel dalam pertumbuhan di tanah yang memiliki tingkat kesuburan rendah, rendahnya kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium, serta tingkat keasaman yang tinggi. Hal ini seringkali menjadi tantangan bagi pertumbuhan tanaman lain (Mardhiana et al., 2012). Hal ini memungkinkan kantong semar untuk bertahan hidup di daerah yang kurang subur. Umumnya, kantong semar dapat hidup dan berkembang di tanah yang memiliki kesuburan rendah dan terpapar sinar matahari dalam jumlah yang terbatas (Hernawati & Akhriadi, 2006). Kondisi ini menjadi faktor utama keberhasilan pertumbuhan kantong semar di Kalimantan
Barat.
Hasil yang didapatkan dari penelitian jenis kantong semar di Hutan Lindung Gunung Ambawang oleh Selvi et al. (2015) sangat informatif dan relevan. Studi ini berhasil mengidentifikasi 3 spesies Nepenthes pada area tersebut, yakni N. ampullaria, N. x hookeriana, dan N. rafflesiana. Wilayah ini merupakan daerah di mana kantong semar tersebar secara melimpah dan merata. Namun, terjadi degradasi hutan yang mempengaruhi pertumbuhan jenis kantong semar sehingga mengalami penurunan
Hasil yang didapatkan oleh Syamswisna & Joni (2022) dalam penelitiannya di Hutan Lindung Danau Selogan Kabupaten Kapuas Hulu mengungkapkan 6 spesies kantong semar, yakni N. albomarginata, N. ampullaria, N. bicalcarata, N. gracilis, N. mirabilis, dan N. rafflesiana, serta dua spesies hibrida alami, yakni N. x hookeriana dan N. cantleyi. Meskipun seharusnya Hutan Lindung Danau Selogan menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan berbagai jenis kantong semar, namun aktivitas manusia telah menyusutkan habitat kantong semar. Hutan Lindung Danau Selogan seharusnya menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan berbagai jenis kantong semar, namun aktivitas manusia telah menyusutkan habitat kantong semar. Di samping itu, kantong semar telah mengalami eksploitasi yang berlebihan oleh individuindividu yang tidak bertanggung jawab, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk menjaga keberlanjutan jenis kantong semar yang ada.
Hasil penelitian oleh Suwardi & Navia (2015) mengungkapkan di Hutan Rawa Gambut Desa Teluk Bakung terdapat 4 spesies kantong semar, yakni N. ampullaria, N. bicalcarata, N. gracilis, dan N. rafflesiana. Kawasan ini sangat baik bagi pertumbuhan kantong semar, namun tanah di lahan ini rentan terhadap kerusakan. Jenis kantong semar yang didapatkan pada kawasan tersebut tergolong dalam kategori rendah.
Hasil penelitian oleh Arwindo et al. (2022) di Bukit Bentuang Dusun Punti Tapau Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau menunjukkan bahwa ada 5 spesies kantong semar, yakni N. ampullaria, N. gracilis, N. mirabilis, N. reinwardtiana, dan N. x trichocarpa. Kawasan ini memiliki kondisi alam yang mendukung kehidupan kantong semar, namun kebiasaan masyarakat sekitar yang hidup secara nomaden dengan membuka lahan baru mengancam habitat kantong semar. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui persebaran kantong semar agar tidak terjadi kepunahan pada jenis yang telah ditemukan.
Hasil penelitian yang didapatkan di Hutan Desa Padang Tikar 1 Kabupaten Kubu Raya oleh Selfiany et al. (2022) mengungkapkan 2 spesies kantong semar, yakni N. ampullaria & N. bicalcarata. Hal ini disebabkan karena pada kawasan ini mengalami kerusakan hutan akibat dari penebangan pohon secara liar sehingga keanekaragaman jenis kantong semar mengalami penurunan. Kualitas hutan juga menjadi salah parameter yang mendukung pertumbuhan kantong semar.
Hasil penelitian di Bukit Sebomban Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau oleh Apriyanto et al. (2021) mengungkapkan 3 spesies kantong semar meliputi N. ampullaria, N. mirabilis, dan N. gracilis. Wilayah ini memiliki kondisi iklim yang cocok bagi pertumbuhan jenis kantong semar terutama pada jenis N. ampullaria. Namun, keberadaan N. gracilis terancam oleh kegiatan penggalian lahan untuk pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh penduduk lokal. Oleh karena itu, perlindungan terhadap habitat alami N. gracilis perlu ditingkatkan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Hasil penelitian oleh Baloari et al. (2013) di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak mengungkapkan 3 spesies kantong semar meliputi N. mirabilis, N. ampullaria, dan N. gracilis. Keterbatasan jumlah kantong semar di kawasan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat lokal yang menggunakan hutan Gunung Semahung untuk kegiatan perkebunan dan ladang yang berpindah sehingga membakar lahan.
Kabupaten Sambas oleh Yuniarty et al. (2020) menunjukkan bahwa ditemukan 5 spesies kantong semar meliputi Nepenthes mirabilis, N. gracilis, N. ampullaria, N. neglecta, dan N. x hookeriana. Kebun Raya Sambas yang berperan sebagai hutan konservasi membuat kantong semar tumbuh dengan baik karena terhindar dari aktivitas manusia yang memiliki kebiasaan merusak alam. Namun, tidak menutup kemungkinan jika kedepannya akan terjadi penambahan ataupun kepunahan jenis pada salah satu atau lebih jenis kantong semar pada lokasi ini.
Hasil penelitian di Wilayah Hutan Tanaman Industri PT. Bhatara Alam Lestari Kabupaten Mempawah oleh Septiani et al. (2018) ditemukan 7 spesies kantong semar yang meliputi N. ampullaria, N. rafflesiana, N. pilosa, N. reinwardtiana, N. xneglecta, N. bicalcarata, dan N. hirsuta. Lokasi yang berstatus sebagai hutan produksi yang seharusnya mengganggu pertumbuhan kantong semar, namun  pada kenyataannya penelitian ini mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan masih mendukung pertumbuhan kantong semar sehingga jumlah individu pada tiap jenis yang ditemukan melimpah dan tersebar dengan merata di setiap plot pengamatan. Tingkat kompetisi rendah di setiap kelompok menyebabkan pertumbuhan semua jenis kantong semar di lokasi tersebut tumbuh dengan baik.
Berdasarkan hasil review yang dilakukan, maka diketahui bahwa N. ampullaria memiliki sebaran paling banyak yang terdapat pada 9 wilayah di Kalimantan Barat diikuti dengan jenis lain N. gracilis, N. mirabilis, N. bicalcarata, N. rafflesiana, N. x hookeriana, N. cantleyii, N. albomarginata, N. reinwardtiana, N. x trichocarpa, N. x neglata, N. pilosa dan N. hirsuta. Faktor-faktor lingkungan yang secara umum mendukung pertumbuhan kantong semar yakni temperatur udara, pH tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan temperatur tanah. Berdasarkan data yang dikumpulkan terdapat rata-rata pertumbuhan kantong semar tumbuh dengan baik dengan kondisi lingkungan yang memiliki kisaran temperatur tanah sebesar 24,2-30,6C, kelembaban udara sebesar 69,7-88,5%, intensitas cahaya sebesar 537,2-1416,6 Lux, pH tanah kisaran 4,6-7, dan temperatur udara 1035C. Kondisi lingkungan dengan parameter abiotik tersebut sejalan dengan kondisi hutan tropis di Kalimantan Barat (Baloari et al., 2013).
Berdasarkan penelitian Vincent et al. (2020) Â mengidentifikasi beberapa jenis tumbuhan kantong semar (Nepenthes spp.) yang tumbuh di lahan gambut Bukit Bentuang, Dusun Punti Tapau, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jenisjenis yang ditemukan antara lain N. ampullaria, N. mirabilis, N. gracilis, N. reinwardtiana, dan N. x trichocarpa. Masing-masing spesies memiliki ciri morfologi yang khas, seperti bentuk, warna, dan struktur kantong. Adapun karakteristik dari tumbuhan kantong semar N. ampullaria, yaitu perangkap berbentuk jorong, berwarna hijau dengan motif garis-garis merah. Bagian tutupnya terbelah dan lonjong. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. mirabilis Kantong variatif, warna hijau kekuningan dengan bintik merah, daun panjang dan sempit, sangat toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0-5.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. gracilis Perangkap berbentuk jorong, berwarna hijau dengan motif garis-garis merah. Bagian tutupnya terbelah dan lonjong. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. reinwardtiana Karakteristik campuran dari kedua spesies induk, biasanya kantong lebih kecil dari N. gracilis, dengan warna dan pola. bervariasi. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0-5.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. x trichocarpa kantong bawah lebih bulat dan kantong atas lebih memanjang, Warna bervariasi. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0-5.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi.Â
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinny, Iswan dan Ratna (2020) Mengatakan pada wilayah Kebun Raya Sambas, Kalimantan Barat, terdapat beragam spesies kantong semar atau Nepenthes spp. yang tumbuh liar. Penelitian ini mengidentifikasi 5 jenis Nepenthes spp. yaitu N. mirabilis, N. gracilis, N. ampullaria, N. xneglecta, dan N. xhookeriana. Masing-masing spesies mempunyai ciri morfologi yang khas, seperti bentuk, warna, dan ukuran kantong yang bervariasi. Adapun karakteristik dari tumbuhan kantong semar N. mirabilis yaitu Kantong variatif, warna hijau kekuningan dengan bintik merahdaun panjang dan sempit, sangat toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 5.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. gracilis Kantong panjang dan ramping, warna hijau hingga coklat kemerahan dengan bintik gelap, daun sempit dan panjang. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.2, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. ampullaria Perangkap berbentuk jorong, berwarna hijau dengan motif garis-garis merah. Bagian tutupnya terbelah dan lonjong. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. xneglecta Karakteristik campuran dari kedua spesies induk, biasanya kantong lebih kecil dari N. gracilis, dengan warna dan pola bervariasi. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.7, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. xhookeriana. Kantong menengah, sering dengan bentuk dan warna yang merupakan campuran dari kedua spesies induk, warna bisa bervariasi dari hijau hingga merah. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.5, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Waironius, Rafdinal dan Masnur (2017) di Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) PT. Muara Sungai Landak, sebuah hutan rawa gambut bekas lokasi deforestasi, mengidentifikasi tiga jenis kantong semar (Nepenthes spp.), yaitu N. ampullaria, N. bicalcarata, dan N. rafflesiana. Meski hanya ditemukan tiga jenis, keanekaragaman kantong semar di kawasan ini tergolong rendah dengan nilai indeks dominasi, keanekaragaman, dan kemerataan yang menunjukkan adanya spesies yang mendominasi dan persebaran individu yang tidak seimbang. Adapun karakteristik dari tumbuhan kantong semar N. ampullaria kantong berbentuk bulat pendek dengan warna hijau dan bercak merah. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.0, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. N. bicalcarata Memiliki kantong besar dengan dua taring di bawah peristoma, bervariasi dari hijau hingga merah, dan berkembang dengan daun panjang. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.5, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi dan sinar matahari tidak langsung. N. rafflesiana kantong besar dengan dua taring di bawah peristoma, bervariasi dari hijau hingga merah, dan berkembang dengan daun panjang. Ditemukan pada kondisi tanah dengan pH 4.5, memiliki kelembapan lingkungan yang tinggi. (Waironius et al, 2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Anggi, Riza dan Mukarlina (2018) menyatakan ada beberapa spesies kantong semar berhasil diidentifikasi di wilayah Sintang, antara lain Nepenthes ampullaria, N. mirabilis, dan N. rafflesiana. Adapun karakteristik dari tumbuhan kantong semar N. ampullaria dikenal dengan kantong bawah berbentuk bulat dan berwarna hijau dengan bintik-bintik merah. Ditemukan pada kondisi pH Tanah 4.0, kelembapan tinggi. Â N. mirabilis memiliki kantong panjang dan ramping berwarna merah atau ungu, serta mampu beradaptasi di berbagai jenis tanah, termasuk gambut. Sementara itu, N. rafflesiana memiliki kantong besar berwarna hijau hingga merah tua dan sering dijumpai di lahan gambut yang lebih kering.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi  dan Zidni Ilman (2015) yang dilakukan di tiga lokasi di desa Teluk Bakung, kecamatan Sungai Ambawang, Kalimantan Barat, berhasil mengidentifikasi empat jenis kantong semar (Nepenthes spp.). Keempat jenis tersebut adalah Nepenthes ampullaria, Nepenthes bicalcarata, Nepenthes gracilis, dan Nepenthes rafflesiana. Adapun karakteristik dari tumbuhan kantong semar Nepenthes ampullaria yaitu kantong berbentuk bulat dan pendek, biasanya berwarna hijau dengan bercak merah. Nepenthes bicalcarata kantong besar dengan dua taring atau duri di bawah peristoma dengan warna yang bervariasi dari hijau hingga merah.  Nepenthes gracilis kantong kecil dan ramping, berwarna merah atau hijau, dengan batang yang panjang dan ramping. Nepenthes rafflesiana kantong besar dengan sayap yang menonjol dan berwarna bervariasi mulai dari hijau, merah hingga ungu. (Zidni et al, 2015)
Sumber Referensi
Agus, F., & Subiksa, I. G. M. (2008). Lahan gambut: Potensi untuk pertanian dan aspek. Balai Penelitian Tanah Dan Word Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, 36.
Firstantinovi, E. S. K. (2006). Kami justru mendorong. Artikel Majalah Trubus, 21.
Fitriani, D. (2016). Isolasi, Seleksi, dan Identifikasi Bakteri Kitinolitik pada Cairan Tanaman Kantong Semar (Nepenthes spp.) sebagai Agens Biokontrol.
Hidayat, Y. (2015). Isolasi Bakteripenghasil Antibiotika Dari Cairan Kantung Tumbuhan Kantong Semar (Nepenthes Spp.) Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat. BioCONCETTA, 1(1), 20--31.
Khairil, M., Dewantara, I., & Widiastuti, T. (2015). Studi keanekaragaman jenis kantong semar (Nepenthes Spp) di kawasan hutan bukit beluan kecamatan hulu gurung. Jurnal Hutan Lestari, 3(2).
Mansur, M. (2006). Nepenthes: Kantong semar yang unik. Penebar Swadaya.
Mansur, M. (2012). Laju Penyerapan CO2 pada Kantong Semar (Nepenthes gymnamphora Nees) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan BPPT, 13(1), 59--65.
Mardhiana, M., Parto, Y., Hayati, R., & Priadi, D. P. (2012). Karakteristik dan kemelimpahan Nepenthes di habitat miskin unsur hara. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 1(1).
Najiyati, S., Asmana, A., & Suryadiputra, I. N. N. (2005). Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and peatlands in Indonesia. Wetlands Intl. Indonesia Prog. Dan Wildlife Habitat Canada. Bogor.
Rahardi, W., & Suhardi, R. M. (2016). Keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem mangrove di Indonesia. Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), 2013, 499--510.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H